Saturday 3 October 2015

APORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA
DI RW XII KELURAHAN PUDAK PAYUNG SEMARANG

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Komunitas


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIV
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014



ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PRECEDE PROCEED
DENGAN MASALAH HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS
DI RW XII KELURAHAN PUDAK PAYUNG SEMARANG


A.        PENGKAJIAN
HIPERTENSI
1.    Pengkajian Sosial
Nama wilayah        : RW XII Kelurahan Pudak Payung Semarang
Batas Wilayah
Utara                : RW XIII Kelurahan Pudak Payung
Selatan            : RW VIII dan RW XIV Kelurahan Pudak Payung
Timur                : RW VIII Kelurahan Pudak Payung
Barat                 : RW X Kelurahan Pudak Payung

a.    Distribusi Lansia Penderita Hipertensi
Diagram 1.1. menunjukkan  bahwa lansia yang tidak menderita hipertensi sebesar 77% (114 lansia), menderita hipertensi sebesar 20% (30 lansia), yang tidak dapat ditemui 2 % (4 lansia), dan yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan 1 % (1 lansia).




b.    Distribusi lansia dengan hipertensi berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 1.2 terlihat bahwa lansia yang terkena hipertensi adalah perempuan sebesar 70 % (21 lansia) dan laki – laki sebesar 30% ( 9 lansia ).

c.    Distribusi lansia dengan hipertensi Berdasarkan Agama
Diagram 1.3 terlihat bahwa lansia yang terkena hipertensi di RW XII Kelurahan Pudak Payung beragama Islam sebesar 80 % (24 lansia) dan yang beragama kristen sebesar 20 % (6 lansia).



d.    Distribusi lansia dengan hipertensi berdasarkan pendidikan
Diagram 1.4 terlihat bahwa pendidikan lansia dengan hipertensi yang tamat SMA sebesar 40 % (12 lansia), Tamat SMP sebesar 33 % (10 lansia), tidak tamat SD 20 % (6 lansia) dan tamat Sarjana atau Diploma sebesar 2 % (2 lansia).

e.    Distribusi lansia dengan hipertensi berdasarkan pekerjaan
Diagram 1.5 terlihat bahwa lansia bekerja sebagai wiraswasta sebesar 40% (12 lansia), tidak bekerja sebesar 37 % (11 lansia), pensiunan sebesar 10 % (3 lansia), PNS sebesar 7 % (2 lansia), sisanya adalah pedagang dan swasta masing-masing sebesar 3 % (1 lansia).



f.     Distribusi Penghasilan per Bulan keluarga lansia dengan hipertensi
Diagram 1.6 terlihat bahwa penghasilan warga = 1.209.000 per bulan sebesar 37% (11 keluarga lansia). Warga dengan penghasilan lebih dari 1.209.000 sebesar 33 % (10 keluarga lansia), dan warga dengan penghasilan kurang dari 1.209.000 sebesar 30 % (9 keluarga lansia).

g.    Distribusi Interaksi Lansia dengan hipertensi berdasarkan kegiatan sosial
Diagram 1.8 menunjukkan bahwa lansia yang aktif mengikuti kegiatan sosial sebesar 75% (24 lansia) dan lasnia yang tidak aktif mengikuti kegiatan sosial sebesar 25 % (6 lansia).



B.       Epidemiologi
1.  Data Wawancara
a.    Kejadian Hipertensi di RW XII Kelurahan Pudak Payung, Semarang pada tahun 2014
Hasil wawancara dengan ketua RW XII
Kalau disini mbak setahu saya yang hipertensi banyak dialami lansia. Biar lebih jelas, mbak bisa tanya sama ketua kadernya rumahnya di RT 6 disana sudah ada datanya. Saya kurang terlalu paham mbak”.
Hasil wawancara dengan kader
“memang ada, malahan sampai ada yang stroke juga mbk ada yang tensinya tinggi sampek kepalanya pusing juga ngak mau memeriksakan mbak, disini itu lansianya ngak pernah datang ke posyandu padahal sudah disediakan fasilitas kesehatan gratis mbak tapi ya tetap aja mbak ngak mau datang , tetapi untuk penyuluhan hipertensi belum ada mbak apa itu hipertensi, gejalanya apa saja itu warga disini mbak termasuk lansia penderitanya juga pada belum tau mbak. Datanya ada disaya mbak siapa saja lansia – lansia penderita darah tinggi di warga RW XII. ”
b.    Penyebaran hipertensi pada lansia
Hasil wawancara dengan ketua Kader posyandu RW XII mengatakan untuk penyebaran hipertensi pada lansia di tiap-tiap RT dan sebenarnya banyak hanya tidak terdeteksi.
Begini mbak, setahu Ibu disini hipertensi banyak dialami lansia sekitar  umur lebih dari 45 tahun. Tiap-tiap RT berbeda mbak penderita darah tingginya, ada yang banyak ada yang sedikit itu yang terdata. Kalau jumlah lansia sendiri  ada 150. Disini banyak juga yang darah tinggi karena riwayat  keturunan mbak”.
c.     Kejadian Hipertensi di RW XII 
Hasil wawancara dengan kader posyandu RW XII kejadian hipertensi disebabkan karena stress, makan berkolestrol, kelelahan, dan makan yang banyak mengandung garam.
Setahu Ibu mbak, darah tingginya itu pada naik kalau banyak pikiran, kelelahan karena pekerjaan dan makan makanan yang asin-asin banyak garam gitu mbak.”

2.    Data Angket
                  a.        Distribusi lansia berdasarkan riwayat keluarga hipertensi
Diagram 2.1 menunjukan sebanyak 56%(19 lansia) menyatakan pada keluarganya terdapat riwayat hipertensi, sedangkan 44%(11 lansia) tidak mempunyai riwayat hipertensi di keluarganya
                    b.      Distribusi Lansia Berdasarkan Keluhan yang dirasakan karena Hipertensi




Diagram 2.2 menunjukan bahwa sebanyak 86,67%(26 lansia) mengeluh pusing, yang mengeluh berputar-putar sebanyak 66,67%(20 lansia), sebanyak 93,33%(28 lansia) mengeluh tengkuk kaki, 40% (12 lansia) mengeluh detak jantungnya cepat




            c.        Distribusi Lama keluhan dirasakan
Diagram 2.3 menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi yang merasakan lama keluhan sekitar 1-2 hari sebesar 54% (16 lansia). Lama keluhan sekitar 3 hari – 1 minggu sebesar 33 % (10 lansia) dan lama keluhan sekitar lebih dari 1 minggu sebesar 13 % (4 lansia).

            d.        Distribusi Anggota Keluarga yang Dirawat di rumah sakit karena hipertensi
Diagram 2.4 menunjukkan bahwa sebanyak 73 % (8 lansia) tidak ada anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit pada tiga bulan terakhir karena hipertensi dan 27 % (22 lansia) ada anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit pada tiga bulan terakhir karena hipertensi.



            e.        Distribusi klasifikasi hipertensi

Diagram 2.5 menunjukkan bahwa sebanyak 15 lansia dengan tekanan darah ringan, sedangkan 14 lansia dengan hipertensi sedang dan 1 lansia dengan tekanan darah berat.

C.  Perilaku dan Lingkungan
1.    Data Angkat
                a.    Hipertensi
1)    Perilaku beresiko pada Hipertensi
a)    Disribusi Frekuensi  Kebiasaan Lansia Makan makanan Kalengan dalam 1 minggu

Diagram 3.1 menunjukan sebanyak 40%(12 lansia) dalam 1 minggu sekali mengkonsumsi makanan kalengan, sebanyak 43,3%(13 lansia) dalam 1 minggu sekali mengkonsumsi  makanan instan, sebanyak 40%(12 lansia) mengkonsumsi makanan bersantan dalam 1 minggu sekali.

b)    Distribusi Frekuensi Kebiasaan Lansia Mengkonsumsi Minuman dalam 1 minggu
Diagram 3.2 menunjukan bahwa 97%(29 lansia) tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, sebanyak 93%(28 lansia) tidak pernah minum minuman bersoda, sebanyak 57%(17 lansia) dengan hipertensi tidak pernah mengkonsumsi kopi dalam 1 minggu terakhir

c)    Jumlah Lansia yang Merokok
Diagram 3.3 menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi tidak merokok sebesar 77% (23 lansia) dan lansia yang merokok sebanyak 23 % (7 lansia).

d)    Frekuensi Merokok dalam sehari
Diagram 3.4 menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi merokok 1 kali sehari dan 5-20 kali sehari, masing-masing sebesar 43% (3 lansia) dan 14% (1 lansia) merokok 2-4 kali dalam sehari.

e)    Kebiasaan Begadang di Malam hari
Diagram 3.5 menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi tidak begadang di malam hari sebesar 63 % (19 lansia) dan yang sering begadang sebesar 37 % (11 lansia).

f)     Distribusi Anggota Keluarga yang Dirawat di rumah sakit karena hipertensi
Diagram 3.6 menunjukkan bahwa sebanyak 73 % (22 lansia) tidak ada anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit pada tiga bulan terakhir karena hipertensi dan 27 % (8 lansia) pernah ada anggota keluarga yang dirawat dirumah sakit pada tiga bulan terakhir.



2.    Perawatan Hipertensi
a.      Distribusi Frekuensi pada Lansia Tentang Kepatuhan Minum Obat
Diagram 3.7 menunjukkan bahwa lansia tidak lupa untuk minum obat hipertensi yaitu sebesar 57 % (17 lansia). Lansia dengan hipertensi tidak malas untuk minum obat hipertensi sebesar 57 % (17 lansia).




     b.          Distribusi Frekuensi Tentang Kegiatan Yang Dilakukan Lansia Untuk Mengontrol Tekanan Darah
Diagram 3.8 menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi dalam sebulan memeriksakan tekanan darahnya 1 bulan sekali sebanyak 60 % (18 lansia). Sebanyak 50%(15 lansia) dengan hipertensi dalam sebulan menyatakan tidak pernah berolahraga. Lansia dengan hipertensi dalam sebulan tidak pernah melakukan penimbangan berat badan yaitu sebesar 64% (19 lansia).

        c.        Lingkungan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 - 8 Desember 2014 didapatkan data bahwa:
Lingkungan RW XII  termasuk lingkungan yang padat penduduk, kebersihannya terjaga karena warga rutin melakukan kerja bakti seminggu sekali setiap hari minggu. Gaya hidup RW XII sebagian warga sudah menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang dimasak sendiri. Warga RW XII sudah mempunyai MCK sendiri di rumah masing-masing  dan hanya terdapat beberapa rumah warga yang dibangun belum permanen masih menggunakan kayu. 



D.          Pendidikan dan Organisasi
a.    Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi
Diagram menunjukkan sebanyak 70 % (21 lansia) memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi, sedangkan 30%(9 lansia) memiliki pengetahuan yang kurang tentang hipertensi.  Hal ini ditunjukkan dengan 11 lansia (36.47%) tidak mengetahui bahwa orang yang gemuk mudah terkena hipertensi, 11 lansia (36.47%) tidak mengetahui olahraga teratur minimal 30 menit dan mengurangi penggunaan vetsin dapat menurunkan tekanan darah

b.    Kegiatan dan Organisasi
Hasil wawancara pada tanggal 1 – 8 Desember 2014 dengan ketua RW XII dan ketua RT didapatkan hasil jika kegiatan yang dilakukan di RW XII adalah kegiatan PKK, Arisan, Dasa Wisma, dan Posyandu. Posyandu meliputi posyandu balita dan posyandu lansia. Pada posyandu lansia dilakukan pemeriksaan tekanan darah rutin. Apabila didapatkan warga yang  mengalami hipertensi dan tidak memeriksaan tekanan darahnya maka tidak mendapatkan pengobatan dari tenaga kesehatan setempat. Ketua RW mengatakan jika kegiatan ini dilakukan rutin setiap minggu dan setiap bulan.

c.    Sikap lansia terhadap hipertensi
Wawancara pada tanggal 1-8 Desember kepada 5 lansia di RW XII diperoleh hasil, 3 lansia mengatakan bahwa selama menderita hipertensi lansia rutin memeriksakan tekanan darahnya baik ke Posyandu maupun ke Puskesmas minimal satu bulan sekali. 2 lansia yang lainnya mengatakan bahwa hipertensi adalah penyakit yang wajar terjadi kepada lansia sehingga tidak perlu memeriksakan tekanan darahnya ke Posyandu atau Puskesmas karena memang sudah kodratnya seperti itu.

d.    Persepsi lansia terhadap hipertensi
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 1-8 Desember kepada 5 lansia di RW XII diperoleh hasil, 3 lansia mempersepsikan bahwa hipertensi adalah masalah kesehatan pada lansia yang harus diperhatikan, dicegah dan diobati karena hipertensi akan berdampak memicu timbulnya penyakit lain seperti stroke jika tidak segera diobati dan dicegah. Sedangkan 2 lansia yang lainnya mempersepsikan bahwa hipertensi adalah penyakit yang sudah umum terjadi pada lansia sehingga tidak memerlukan perawatan khusus untuk mengontrol tekanan darah, melainkan cukup dengan istirahat jika mulai terasa pusing.

e.    Sarana dan Prasarana
Wawancara yang dilakukan padatanggal 1-8 Desember dengan kader Posyandu, diperoleh hasil bahwa di RW XII sudah memiliki sarana prasarana untuk mengontrol kejadian hipertensi pada lansia di RW XII. Sarana dan prasarana yang terdapat di RW XII yaitu berupa diadakannya Posyandu rutin setiap bulan yang memfasilitasi para lansia untuk melakukan pengukuran tekanan darah dan pemberian obat secara gratis. RW XII juga sudah memiliki alat untuk mengukur tekanan darah yang setiap saat bisa digunakan jika terdapat lansia yang ingin mengukur tekanan darahnya.

E.        Administrasi dan Kebijakan
    a.        Wawancara administrasi dan kebijakan (dengan Ibu Kader)
“Disini itu ya ada posyandu lansia dan posyandu balita, tapi yang lebih aktif ya posyandu balita mbak, soalnya yang posyandu lansia orang-orangnya pada males dan rata-rata bekerja. Biasanya yang dilakukan paling tensi darah dan memberi vitamin, itu saja sudah diberikan gratis tapi tetap saja hanya berapa yang  datang, paling yang bayar itu yang cek kolesterol, gula darah, sama asam urat. Kalau disini memang belum ada mbak kegiatan seperti senam seperti itu mbak, paling yang tensi sama ngasih vitamin. Untuk kegiatan posyandu lansia dan posyandu balita dilakukan bersamaan 1 kali setiap bulannya, dan tempatnya digilir setiap bulannya. Biasanya juga ada orang puskesmas yang datang mbak.

Distribusi frekuensi administrasi dan Kebijakan (warga dengan hipertensi)
1)    Distribusi frekuensi peran keluara untuk mencegah hipertensi
Grafik menunjukkan bahwa sebesar 67% keluarga berperan untuk  memberikan dukungan untuk mencegah hipertensi. Hal tersebut ditunjukkan oleh pola hidup sehat yang telah diterapkan dalam kehidupan sehari – hari seperti  mengurangi mengkonsumsi garam, mengurangi kebiasaan merokok dan kebiasaan lain yang dapat memicu peningkatan tekanan darah.
Sebesar 33% keluarga belum berperan aktif untuk memberikan dukungan dalam upaya mencegah hipertensi



2)    Distribusi frekuensi tentang kunjungan lansia ke pelayanan kesehatan
Grafik menunjukkan bahwa sebesar 40% lansia melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan sebanyak 1 kali dalam 1 bulan, sebesar 34% lansia melakukan kunjunganke pelayanan kesehatan sebanyak 2 – 3 kali dalam 1 bulan, sebesar .sebesar 23% lansia melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan lebih dari 3 kali dalam 1 bulan, sedangkan sebesar 3% lansa tidak pernah melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan.

3)    Distribusi Frekuensi Tentang Hambatan Untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan
 Grafik menunjukkan bahwa 30%(9 lansia) menjawab mengalami hambatan untuk mencapai pelayanan kesehatan karena terhambat kendaraan.


4)    Distribusi Frekuensi Tentang Kesempatan mengikuti pendidikan  Kesehatan Hipertensi yang pernah diPeroleh

Grafik tentang distribusi frekuensi pendidikan kesehatan yang pernah diperoleh sebanyak 63%(19 lansia) menyatakan belum pernah mendapat pendidikan kesehatan tentang hipertensi

5)    Distribusi Frekuensi Tentang Cara lansia untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan
Dari grafik distribusi frekuensi tentang cara lansia mencapai Pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 77%(23 lansia) menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai pelayabab kesehatan. 
GULA DARAH TINGGI
1.  SOSIAL
a.    Distribusi Lansia Dengan gula darah tinggi
Diagram 1.1. menunjukkan bahwa lansia yang terkena gula darah tinggi sebanyak 100% (15 lansia).

b.    Distribusi lansia dengan Gula darah tinggi berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 1.2 menunjukkan bahwa lansia yang terkena gula darah tinggi paling banyak perempuan sebesar 67 % (10 lansia) dan laki-laki sebanyak 33 % (5 lansia).

c.    Distribusi lansia dengan Gula darah tinggi Berdasarkan Agama
Diagram 1.3 menunjukkan bahwa lansia yang terkena Gula darah tinggi di RW XII Kelurahan Pudak Payung beragama Islam sebanyak 100 % (15 lansia).

d.    Distribusi lansia dengan Gula darah tinggi berdasarkan pekerjaan
Diagram 1.4 menunjukkan bahwa lansia dengan gula darah tinggi bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 46% (7 lansia), PNS dan yang tidak bekerja masing-masing sebanyak 27 % (4 lansia).






2.    EPIDEMIOLOGI
            Data Wawancara
a.    Kejadian Gula darah tinggi di RW XII Kelurahan Pudak Payung, Semarang pada tahun 2014.
Hasil wawancara dengan Kader : Kalau disini mbak setahu saya yang punya gula Cuma sedikit mbak, paling nggak dalam 1 RT ada 1-2 orang.”
b.    Penyebaran gula darah tinggi pada lansia.
Hasil wawancara dari ibu kader RW XII Kelurahan Pudak Payung, Semarang pada tahun 2014 : “Begini mbak, disini selain hipertensi juga ada penyakit gula,dan kebanyakan dari mereka yang berusia diatas 45 tahun”
Hasil wawancara pada 2 orang diabetesi :
-       Ny. D “ saya terkena penyakit Gula baru-baru saja mas, saya juga tidak tahu, saya kaget, soalnya keluarga tidak punya riwayat Gula.”
-       Tn. R “ saya sudah 10 tahun terkena penyakit gula ini,mas. Kemungkinan besar saya terkena DM karena memang punya riwayat keluarga yaitu bapak saya terkena DM juga”.



Data Angket
a.    Distribusi lansia berdasarkan riwayat keluarga gula darah tinggi






Diagram 2.1 menunjukkan bahwa lansia dengan gula darah tinggi dengan riwayat keluarga yang memiliki gula darah tinggi sebanyak 67 % (10 lansia) dan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan gula darah tinggi sebanyak 33 % (5 lansia).

b.    Distribusi lansia berdasarkan hubungan dengan keluarga yang mempunyai riwayat gula darah tinggi

   
Diagram 2.2 menunjukkan bahwa lansia dengan gula darah tinggi berdasarkan hubungan dengan keluarga yang mempunyai riwayat gula darah tinggi, sebanyak 50 % (5 orang) adalah saudara perempuan, 30 % (3 orang) adalah ibu kandung, 10 % (1 orang) adalah saudara laki-laki dan 10 % (1 orang) ayah kandung.



3.    PERILAKU DAN LINGKUNGAN
Perilaku beresiko pada Gula darah tinggi :
a)    Distribusi Kebiasaan Lansia merokok
Diagram 3.1 menunjukkan bahwa lansia dengan kebiasaan tidak merokok sebesar 67 % (10 lansia) dan lansia merokok sebesar 33 % (5 lansia).

b)    Distribusi Kebiasaan Lansia yang suka minum alkohol
          
Diagram 3.2 menunjukkan bahwa lansia yang tidak suka minum alkohol sebanyak 100 % (15 lansia).






c)    Distribusi lansia dengan gula darah tinggiBerdasarkan Frekuensi makan nasi dalam sehari.

Diagram 3.3 menunjukan bahwa lansia dengan gula darah tinggi di RW XII Kelurahan Pudak Payung frekuensi makan sehari 3 kali sehari sebanyak 93% (14 lansia), dan makan sehari 2 kali sehari sebanyak 7% (1 lansia).

d)    Distribusi lansia dengan gula darah tinggi  berdasarkan makanan yang sering dikonsumsi



Keterangan :
                                i.    Daging
                              ii.    Ayam/telor ayam
                             iii.    Tempe/ tahu
                             iv.    Ikan

Diagram 3.4 menunjukan gula darah tinggi berdasarkan makanan yang sering dikonsumsi yaitu tempe/tahu sebanyak 67 % (10 lansia) dan makanan yang jarang dikonsumsi yaitu daging sebesar 33% (5 lansia)

e)    Distribusi lansia dengan gula darah tinggi berdasarkan frekuensi konsumsi manis perhari
Diagram 3.6 menunjukan distribusi  lansia dengan gula darah tinggi yang mengkonsumsi manis > 2 porsi perhari sebanyak 60% (9 lansia), dan paling sedikit tidak pernah 7% (1 orang)



f)     Distribusi lansia berdasarkan  frekuensi konsumsi cemilan
Diagram 3.7 menunjkan berdasarkan frekuensi konsumsi cemilan dalam sehari 1 kali pehari sebanyak 60% (9 lansia) dan paling sedikit 2 kali sehari sebanyak 7% (1 lansia)

Perilaku Aktivitas Fisik :
a.    Kebiasaan berolahraga
       
Diagram 3.8 menunjukkan bahwa lansia yang tidak suka melakukan kebiasaan berolahraga sebanyak 53 % (8 lansia) dan yang suka melakukan kebiasaan berolahraga sebanyak 37 % (7 lansia).



b.    Kebiasaan berolahraga yang teratuR
          
Diagram 3.9 menunjukkan bahwa lansia yang tidak suka melakukan kebiasaan berolahraga secara teratur sebanyak 100 % (7 lansia).



c.    Kebiasaan berolahraga dalam satu minggu
           
Diagram 3.10 menunjukkan bahwa lansia yang melakukan kebiasaan berolahraga teratur dalam satu minggu sekali sebanyak 57 % (4 lansia) dan yang melakukan kebiasaan berolahraga dalam dua kali seminggu sebanyak 43 % (3 lansia).

d.    Lamanya Kebiasaan berolahraga
        
Diagram 3.11 menunjukkan bahwa lansia yang melakukan kebiasaan berolahraga teratur sesuai dengan lamanya kebiasaan berolahraga dalam 20 menit sebanyak 72 % (5 lansia), kebiasaan berolahraga yang dilakukan dalam 30 menit sebanyak 14% (1 lansia), dan kebiasaan berolahraga yang dilakukan dalam 10 menit sebanyak 14% (1 lansia)



4.    ORGANISASI DAN PENDIDIKAN
a.    Distribusi pengetahuan lansia tentang pengertian Gula Darah Tinggi
Diagram 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan lansia mengenai pengertian Gula Darah Tinggi adalah menumpuknya zat gula dalam darah sebanyak 93 % (14 lansia) dan menumpuknya zat gula dalam getah bening sebanyak 7 % (1 lansia).

b.    Distibusi pengetahuan lansia tentang gejala Gula Darah Tinggi
         
Diagram 4.2 menunjukkan pengetahuan lansia tentang gejala Gula Darah Tinggi adalah banyak minum, sering minum, sering kencing sebanyak 73% (11 lansia). 20 % (3 lansia) dengan keluhan banyak makan, sedikit minum dan sedikit kencing. 7 % (1 lansia) dengan keluhan sedikit makan, banyak minum dan sedikit kencing.
c.    Distrbusi pengetahuan lansia tentang Gula Darah Tinggi termasuk penyakit
        
Diagram 4.3 menunjukkan pengetahuan lansia mengenai Gula Darah Tinggi termasuk penyakit bawaan sebanyak 67% (10 lansia), diabetes melitus penyakit turunan 20% (3 lansia), dan diabetes melitus penyakit menular 13% (2 lansia)

d.    Distribusi frekuensi Makanan Yang harus dibatasi oleh penderita Gula Darah Tinggi
Diagram 4.4 menunjukan distribusi frekuensi tentang makanan yang harus dibatasi oleh penderita Gula Darah Tinggi di RW XII kelurahan pudak payung didapatkan hasil jika sebanyak 100%(15 lansia) menjawab makanan manis harus dibatasi untuk penderita Gula Darah Tinggi.



e.    Distribusi frekuensi dampak dari Gula Darah Tinggi              
Diagram 4.5 menunjukan distribusi frekuensi tentang dampak Gula Darah Tinggi di kelurahan Pudak Payung sebanyak 80% (12 lansia) menjawab dampak dari Gula Darah Tinggi yaitu ganggren/borok di kaki dan 20% (3 lansia) menjawab dampak dari Gula Darah Tinggi adalah dehidrasi.

f.     Distribusi Frekuensi tentang gejala yang akan timbul dalam waktu lama pada penderita Gula Darah Tinggi
          
Diagram 4.6 menunjukan frekuensi gejala yang timbul dalam waktu lama pada penderita Gula Darah Tinggi di RW XII, para lansia dengan gejala BB turun yaitu sebanyak 47% (7 lansia). Dan paling sedikit 7% (1 lansia) mengatakan gejala Gula Darah Tinggi adalah banyak minum.

g.    Distribusi frekuensi tentang penyebab ganggren/borok pada pada penderita Gula Darah Tinggi
                     
Diagram 4.7 menunjukan distribusi frekuensi penyebab ganggren pada kaki penderita Gula Darah Tinggi sebanyak 73%(12 lansia) menjawab penyumbatan pembuluh darah sebagai penyebab utama, 14%(2 lansia) mengatakan penyebab Gula Darah Tinggi adalah kadar gula meningkat, dan 13% (1 lansia) mengatakan penyebab Gula Darah Tinggi adalah infeksi                                  



5.    ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN
a.    Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan Jaminan Kesehatan
      
Diagram 5.1 menunjukkan bahwa sebesar 47% (7 lansia) tidak  pernah menggunakan jaminan kesehatan dalam waktu 1 bulan. 40 % ( 6 lansia) menggunakan jaminan kesehatan kurang dari 3 kali dalam sebulan. 13 % (2 lansia) menggunakan jaminan kesehatan lebih dari 3 kali dalam sebulan.

b.    Distribusi frekuensi berdasarkan seberapa sering penderita mendatangi pelayanan kesehatan
   
Diagram 5.2 menunjukkan bahwa sebesar 73% (11 lansia) tidak pernah mendatangi pelayanan kesehatan dalam sebulan, 20 % (3 lansia) mendatangi pelayanan kesehatan satu kali dalam sebulan, 7 % (1 lansia) mendatangi pelayanan kesehatan dua kali dalam sebulan.
c.    Distribusi frekuensi berdasarkan mencapai tempat pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
   
Diagram 5.3 menunjukkan bahwa sebesar 67 % (10 lansia) mencapai tempat pelayanan kesehatan dengan kendaraan pribadi dan 33 % (5 lansia) menggunakan kendaraan umum .

d.    Distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga dalam mendukung pengobatan Gula Darah Tinggi
    
Diagram 5.4 menunjukkan bahwa sebesar 87% (13 lansia) anggota keluarga berperan dalam mendukung pengobatan Gula Darah Tinggi untuk 13% (2 lansia)



e.    Distribusi frekuensi berdasarkan kunjungan petugas kesehatan dalam melakukan pendidikan kesehatan mengenai Gula Darah Tinggi
   
Diagram 5.5 menunjukkan bahwa sebesar 60% (9 lansia) belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai Gula Darah Tinggi dari petugas kesehatan dan 40% (6 lansia) mengaku mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai Gula Darah Tinggi dari petugas kesehatan.

f.     Distribusi frekuensi berdasarkan pemeriksaan rutin mengenai masalah Gula Darah Tinggi dari puskesmas
    
Diagram 5.6 menunjukkan bahwa sebesar 40% (6 lansia) melakukan pemeriksaan rutin mengenai masalah Gula Darah Tinggi dari puskesmas dan 60% (9 lansia) tidak melakukan pemeriksaan rutin mengenai masalah Gula Darah Tinggi dari puskesmas

g.    Keefektifan Pemeriksaan rutin yang dilakukan puskesmas
Diagram 5.8 menunjukkan mengenai keefektifan pemeriksaan yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan sebanyak 87% (13 lansia) menjawab pemeriksaan rutin yang dilakukan tidak efektif dan tidak efektif sebanyak 13 % (2 lansia).       

h.    Distribusi Frekuensi Tentang Program yang pernah dilakukan oleh Puskesmas
  
Diagram 5.9 menunjukkan program yang pernah dilakukan oleh Puskesmas yaitu sebanyak 53%(8 lansia) menjawab program yang dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan rutin 1 bulan sekali, dan sebanyak 47% (7 lansia) menjawab program yang pernah dilakukan adalah penyuluhan.

i.      Distribusi Frekuensi tentang pertemuan rutin dari posyandu dan Puskesmas untuk membahas Gula Darah Tinggi
    
Diagram 5.10 menunjukkan frekuensi pertemuan rutin dari posyandu dan puskesmas untuk membahas diabetes mellitus sebanyak 100% (15 lansia) menjawab jika tidak ada pertemuan rutin.
j.      Distribusi frekuensi tentang pengobatan gratis yang dilakukan di RW XII Kelurahan Pudak Payung
Diagram 5.11 menunjukkan sebanyak 100% (15 lansia) tidak terdapat pengobatan gratis yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan di kelurahan RW XII di kelurahan Pudak Payung.


iklan perawatan luka

iklan