LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS
DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS PADA
LANSIA
DI RW XII KELURAHAN PUDAK
PAYUNG SEMARANG
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Komunitas
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIV
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PRECEDE PROCEED
DENGAN MASALAH HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS
DI RW XII KELURAHAN PUDAK PAYUNG SEMARANG
A.
PENGKAJIAN
HIPERTENSI
1. Pengkajian
Sosial
Nama wilayah :
RW XII Kelurahan Pudak Payung Semarang
Batas Wilayah
Utara : RW XIII Kelurahan
Pudak Payung
Selatan : RW VIII dan RW XIV
Kelurahan Pudak Payung
Timur : RW VIII Kelurahan
Pudak Payung
Barat : RW X Kelurahan
Pudak Payung
a.
Distribusi Lansia Penderita Hipertensi
Diagram 1.1. menunjukkan bahwa lansia yang tidak menderita hipertensi sebesar 77% (114 lansia), menderita hipertensi sebesar 20% (30 lansia), yang tidak dapat ditemui 2 % (4 lansia),
dan yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan 1 % (1 lansia).
b.
Distribusi
lansia
dengan hipertensi berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 1.2 terlihat bahwa lansia yang terkena hipertensi adalah perempuan sebesar 70 % (21
lansia) dan laki – laki sebesar 30% ( 9 lansia ).
c.
Distribusi lansia dengan hipertensi Berdasarkan
Agama
Diagram 1.3 terlihat bahwa lansia yang terkena hipertensi di RW XII Kelurahan Pudak Payung beragama
Islam sebesar 80 % (24 lansia) dan yang
beragama kristen sebesar 20 % (6 lansia).
d.
Distribusi lansia dengan hipertensi berdasarkan
pendidikan
Diagram 1.4 terlihat bahwa pendidikan lansia dengan hipertensi yang tamat SMA
sebesar 40 % (12 lansia), Tamat SMP sebesar 33 % (10 lansia), tidak
tamat SD 20 % (6 lansia) dan tamat Sarjana atau Diploma sebesar 2 % (2 lansia).
e.
Distribusi lansia dengan hipertensi berdasarkan pekerjaan
Diagram 1.5 terlihat bahwa lansia bekerja sebagai wiraswasta sebesar 40% (12 lansia),
tidak bekerja sebesar 37 % (11 lansia), pensiunan sebesar 10 % (3 lansia), PNS
sebesar 7 % (2 lansia), sisanya adalah pedagang dan swasta masing-masing
sebesar 3 % (1 lansia).
f.
Distribusi Penghasilan per Bulan
keluarga lansia
dengan hipertensi
Diagram 1.6 terlihat bahwa
penghasilan warga = 1.209.000 per bulan sebesar 37% (11 keluarga
lansia). Warga dengan penghasilan lebih dari 1.209.000 sebesar 33 % (10
keluarga lansia), dan warga dengan penghasilan kurang dari 1.209.000 sebesar 30
% (9 keluarga lansia).
g.
Distribusi Interaksi Lansia dengan hipertensi berdasarkan
kegiatan sosial
Diagram
1.8 menunjukkan bahwa lansia yang aktif mengikuti kegiatan sosial
sebesar 75% (24 lansia) dan
lasnia yang tidak aktif mengikuti kegiatan sosial sebesar 25 % (6 lansia).
B.
Epidemiologi
1. Data Wawancara
a.
Kejadian Hipertensi di RW XII Kelurahan Pudak Payung,
Semarang pada tahun 2014
Hasil wawancara dengan ketua RW XII
“Kalau disini mbak setahu saya yang hipertensi
banyak dialami lansia. Biar lebih jelas, mbak bisa tanya sama ketua kadernya
rumahnya di RT 6 disana sudah ada datanya. Saya kurang terlalu paham mbak”.
Hasil wawancara dengan kader
“memang ada, malahan sampai ada yang stroke juga mbk ada
yang tensinya tinggi sampek kepalanya pusing juga ngak mau memeriksakan mbak,
disini itu lansianya ngak pernah datang ke posyandu padahal sudah disediakan fasilitas
kesehatan gratis mbak tapi ya tetap aja mbak ngak mau datang , tetapi untuk
penyuluhan hipertensi belum ada mbak apa itu hipertensi, gejalanya apa saja itu
warga disini mbak termasuk lansia penderitanya juga pada belum tau mbak.
Datanya ada disaya mbak siapa saja lansia – lansia penderita darah tinggi di
warga RW XII. ”
b.
Penyebaran hipertensi pada lansia
Hasil wawancara dengan ketua Kader posyandu RW XII mengatakan untuk penyebaran hipertensi pada
lansia di tiap-tiap RT dan sebenarnya banyak hanya tidak terdeteksi.
“Begini
mbak, setahu Ibu disini hipertensi banyak dialami lansia sekitar umur lebih dari 45 tahun. Tiap-tiap RT berbeda mbak penderita darah
tingginya, ada yang
banyak ada yang sedikit itu yang terdata. Kalau jumlah lansia sendiri ada 150. Disini banyak juga yang darah tinggi karena riwayat keturunan mbak”.
c.
Kejadian Hipertensi di RW XII
Hasil wawancara dengan kader posyandu RW XII kejadian hipertensi disebabkan
karena stress, makan berkolestrol, kelelahan, dan makan yang banyak mengandung
garam.
“Setahu
Ibu mbak, darah tingginya itu pada naik kalau banyak pikiran, kelelahan karena pekerjaan dan makan makanan yang asin-asin
banyak garam gitu mbak.”
2.
Data Angket
a.
Distribusi lansia berdasarkan riwayat keluarga hipertensi
Diagram 2.1 menunjukan sebanyak 56%(19 lansia) menyatakan pada keluarganya
terdapat riwayat hipertensi, sedangkan 44%(11 lansia) tidak mempunyai riwayat
hipertensi di keluarganya
b.
Distribusi Lansia
Berdasarkan Keluhan yang dirasakan karena Hipertensi
Diagram 2.2 menunjukan bahwa sebanyak 86,67%(26 lansia) mengeluh pusing, yang mengeluh berputar-putar sebanyak 66,67%(20 lansia), sebanyak 93,33%(28 lansia) mengeluh tengkuk kaki, 40% (12 lansia) mengeluh detak jantungnya cepat
c.
Distribusi Lama keluhan dirasakan
Diagram 2.3 menunjukkan bahwa lansia dengan
hipertensi yang
merasakan lama keluhan sekitar 1-2 hari sebesar 54% (16 lansia).
Lama keluhan sekitar 3 hari – 1 minggu sebesar 33 % (10 lansia) dan lama
keluhan sekitar lebih dari 1 minggu sebesar 13 % (4 lansia).
d.
Distribusi Anggota Keluarga yang
Dirawat di rumah sakit karena hipertensi
Diagram 2.4 menunjukkan bahwa sebanyak 73 % (8
lansia) tidak ada anggota keluarga yang
dirawat di rumah sakit pada tiga bulan terakhir karena hipertensi dan 27 % (22
lansia) ada anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit pada tiga bulan
terakhir karena hipertensi.
e.
Distribusi klasifikasi hipertensi
Diagram 2.5 menunjukkan bahwa sebanyak 15
lansia dengan tekanan darah ringan, sedangkan 14 lansia dengan hipertensi
sedang dan 1 lansia dengan tekanan darah berat.
C. Perilaku dan Lingkungan
1.
Data
Angkat
a. Hipertensi
1)
Perilaku
beresiko pada Hipertensi
a)
Disribusi
Frekuensi Kebiasaan Lansia Makan makanan
Kalengan dalam 1 minggu
Diagram 3.1 menunjukan sebanyak
40%(12 lansia) dalam 1 minggu sekali mengkonsumsi makanan kalengan, sebanyak
43,3%(13 lansia) dalam 1 minggu sekali mengkonsumsi makanan instan, sebanyak 40%(12 lansia)
mengkonsumsi makanan bersantan dalam 1 minggu sekali.
b)
Distribusi
Frekuensi Kebiasaan Lansia Mengkonsumsi Minuman dalam 1 minggu
Diagram
3.2 menunjukan bahwa 97%(29 lansia) tidak pernah mengkonsumsi minuman
beralkohol, sebanyak 93%(28 lansia) tidak pernah minum minuman bersoda,
sebanyak 57%(17 lansia) dengan hipertensi tidak pernah mengkonsumsi kopi dalam
1 minggu terakhir
c) Jumlah
Lansia yang Merokok
Diagram 3.3 menunjukkan bahwa lansia dengan
hipertensi tidak merokok
sebesar 77% (23 lansia) dan
lansia yang merokok sebanyak 23 % (7 lansia).
d) Frekuensi
Merokok dalam sehari
Diagram 3.4 menunjukkan bahwa lansia dengan
hipertensi merokok 1 kali sehari
dan 5-20 kali sehari, masing-masing sebesar 43% (3 lansia) dan 14% (1 lansia) merokok 2-4 kali dalam
sehari.
e) Kebiasaan
Begadang di Malam hari
Diagram 3.5 menunjukkan bahwa lansia dengan
hipertensi tidak begadang
di malam hari sebesar 63 % (19 lansia) dan
yang sering begadang sebesar 37 % (11 lansia).
f)
Distribusi Anggota Keluarga yang
Dirawat di rumah sakit karena hipertensi
Diagram 3.6 menunjukkan bahwa sebanyak 73 % (22
lansia) tidak ada anggota keluarga yang
dirawat di rumah sakit pada tiga bulan terakhir karena hipertensi dan 27 % (8
lansia) pernah ada anggota keluarga yang dirawat dirumah sakit pada tiga bulan
terakhir.
2. Perawatan
Hipertensi
a. Distribusi
Frekuensi pada Lansia Tentang Kepatuhan Minum Obat
Diagram 3.7 menunjukkan
bahwa lansia tidak lupa untuk minum obat hipertensi yaitu sebesar 57 % (17 lansia). Lansia dengan
hipertensi tidak malas
untuk minum obat hipertensi sebesar 57 % (17 lansia).
b.
Distribusi Frekuensi Tentang Kegiatan Yang
Dilakukan Lansia Untuk Mengontrol Tekanan Darah
Diagram 3.8 menunjukkan bahwa lansia dengan
hipertensi dalam sebulan memeriksakan
tekanan darahnya 1 bulan sekali sebanyak 60 % (18 lansia). Sebanyak 50%(15 lansia) dengan hipertensi dalam sebulan menyatakan tidak pernah
berolahraga. Lansia dengan hipertensi dalam sebulan tidak pernah melakukan penimbangan berat badan
yaitu sebesar 64% (19 lansia).
c.
Lingkungan
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan pada tanggal 1 - 8 Desember 2014 didapatkan data bahwa:
Lingkungan RW XII termasuk lingkungan yang padat penduduk,
kebersihannya terjaga karena warga rutin melakukan kerja bakti seminggu sekali
setiap hari minggu. Gaya hidup RW XII sebagian warga sudah menerapkan pola
hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang dimasak sendiri. Warga RW XII
sudah mempunyai MCK sendiri di rumah masing-masing dan hanya
terdapat beberapa rumah warga yang dibangun belum permanen masih menggunakan
kayu.
D.
Pendidikan
dan Organisasi
a. Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Hipertensi
Diagram
menunjukkan sebanyak 70 % (21 lansia) memiliki pengetahuan yang baik tentang
hipertensi, sedangkan 30%(9 lansia) memiliki pengetahuan yang kurang tentang
hipertensi. Hal ini ditunjukkan dengan
11 lansia (36.47%) tidak mengetahui bahwa orang yang gemuk mudah terkena
hipertensi, 11 lansia (36.47%) tidak mengetahui olahraga teratur minimal 30
menit dan mengurangi penggunaan vetsin dapat menurunkan tekanan darah
b.
Kegiatan
dan Organisasi
Hasil
wawancara pada tanggal 1 – 8 Desember 2014 dengan ketua RW XII dan ketua RT
didapatkan hasil jika kegiatan yang dilakukan di RW XII adalah kegiatan PKK,
Arisan, Dasa Wisma, dan Posyandu. Posyandu meliputi posyandu balita dan posyandu
lansia. Pada posyandu lansia dilakukan pemeriksaan tekanan darah rutin. Apabila
didapatkan warga yang mengalami
hipertensi dan tidak memeriksaan tekanan darahnya maka tidak mendapatkan
pengobatan dari tenaga kesehatan setempat. Ketua RW mengatakan jika kegiatan
ini dilakukan rutin setiap minggu dan setiap bulan.
c. Sikap
lansia terhadap hipertensi
Wawancara
pada tanggal 1-8 Desember kepada 5 lansia di RW XII diperoleh hasil, 3 lansia
mengatakan bahwa selama menderita hipertensi lansia rutin memeriksakan tekanan
darahnya baik ke Posyandu maupun ke Puskesmas minimal satu bulan sekali. 2
lansia yang lainnya mengatakan bahwa hipertensi adalah penyakit yang wajar
terjadi kepada lansia sehingga tidak perlu memeriksakan tekanan darahnya ke
Posyandu atau Puskesmas karena memang sudah kodratnya seperti itu.
d. Persepsi
lansia terhadap hipertensi
Wawancara yang dilakukan pada tanggal 1-8 Desember kepada
5 lansia di RW XII diperoleh hasil, 3 lansia mempersepsikan bahwa hipertensi
adalah masalah kesehatan pada lansia yang harus diperhatikan, dicegah dan
diobati karena hipertensi akan berdampak memicu timbulnya penyakit lain seperti
stroke jika tidak segera diobati dan dicegah. Sedangkan 2 lansia yang lainnya
mempersepsikan bahwa hipertensi adalah penyakit yang sudah umum terjadi pada
lansia sehingga tidak memerlukan perawatan khusus untuk mengontrol tekanan darah,
melainkan cukup dengan istirahat jika mulai terasa pusing.
e. Sarana
dan Prasarana
Wawancara
yang dilakukan padatanggal 1-8 Desember dengan kader Posyandu, diperoleh hasil
bahwa di RW XII sudah memiliki sarana prasarana untuk mengontrol kejadian
hipertensi pada lansia di RW XII. Sarana dan prasarana yang terdapat di RW XII
yaitu berupa diadakannya Posyandu rutin setiap bulan yang memfasilitasi para
lansia untuk melakukan pengukuran tekanan darah dan pemberian obat secara
gratis. RW XII juga sudah memiliki alat untuk mengukur tekanan darah yang
setiap saat bisa digunakan jika terdapat lansia yang ingin mengukur tekanan
darahnya.
E.
Administrasi
dan Kebijakan
a.
Wawancara administrasi dan kebijakan (dengan
Ibu Kader)
“Disini
itu ya ada posyandu lansia dan posyandu balita, tapi yang lebih aktif ya
posyandu balita mbak, soalnya yang posyandu lansia orang-orangnya pada males
dan rata-rata bekerja. Biasanya yang dilakukan paling tensi darah dan memberi
vitamin, itu saja sudah diberikan gratis tapi tetap saja hanya berapa yang datang, paling yang bayar itu yang cek
kolesterol, gula darah, sama asam urat. Kalau disini memang belum ada mbak
kegiatan seperti senam seperti itu mbak, paling yang tensi sama ngasih vitamin.
Untuk kegiatan posyandu lansia dan posyandu balita dilakukan bersamaan 1 kali
setiap bulannya, dan tempatnya digilir setiap bulannya. Biasanya juga ada orang
puskesmas yang datang mbak.
Distribusi
frekuensi administrasi dan Kebijakan (warga dengan hipertensi)
1) Distribusi
frekuensi peran keluara untuk mencegah hipertensi
Grafik menunjukkan bahwa sebesar 67% keluarga berperan
untuk memberikan dukungan untuk mencegah
hipertensi. Hal tersebut ditunjukkan oleh pola hidup sehat yang telah
diterapkan dalam kehidupan sehari – hari seperti mengurangi mengkonsumsi garam, mengurangi
kebiasaan merokok dan kebiasaan lain yang dapat memicu peningkatan tekanan
darah.
Sebesar 33% keluarga belum berperan aktif untuk
memberikan dukungan dalam upaya mencegah hipertensi
2) Distribusi
frekuensi tentang kunjungan lansia ke pelayanan kesehatan
Grafik
menunjukkan bahwa sebesar 40% lansia melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan sebanyak 1 kali dalam 1
bulan, sebesar 34% lansia melakukan kunjunganke pelayanan
kesehatan sebanyak 2 – 3 kali dalam 1 bulan, sebesar .sebesar 23% lansia melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan lebih dari 3 kali dalam 1 bulan, sedangkan sebesar 3% lansa tidak
pernah melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan.
3) Distribusi
Frekuensi Tentang Hambatan Untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan
Grafik menunjukkan bahwa 30%(9 lansia) menjawab mengalami hambatan
untuk mencapai pelayanan kesehatan karena terhambat kendaraan.
4) Distribusi
Frekuensi Tentang Kesempatan mengikuti
pendidikan Kesehatan
Hipertensi yang pernah diPeroleh
Grafik
tentang distribusi frekuensi pendidikan kesehatan yang pernah diperoleh
sebanyak 63%(19 lansia) menyatakan belum pernah mendapat pendidikan kesehatan
tentang hipertensi
5) Distribusi
Frekuensi Tentang Cara lansia untuk Mencapai Pelayanan Kesehatan
Dari
grafik distribusi frekuensi tentang cara lansia mencapai Pelayanan kesehatan
yaitu sebanyak 77%(23 lansia) menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai
pelayabab kesehatan.
GULA DARAH TINGGI
1. SOSIAL
a. Distribusi
Lansia Dengan gula darah tinggi
Diagram 1.1. menunjukkan
bahwa lansia
yang terkena gula darah tinggi sebanyak 100% (15 lansia).
b. Distribusi
lansia dengan Gula darah tinggi berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram 1.2 menunjukkan
bahwa lansia yang terkena gula darah tinggi paling banyak perempuan
sebesar 67 % (10 lansia) dan laki-laki sebanyak 33 % (5 lansia).
c.
Distribusi lansia dengan Gula darah tinggi Berdasarkan Agama
Diagram 1.3 menunjukkan
bahwa lansia yang terkena Gula darah
tinggi
di RW XII Kelurahan Pudak Payung
beragama
Islam sebanyak 100 % (15 lansia).
d.
Distribusi lansia dengan Gula darah tinggi berdasarkan pekerjaan
Diagram
1.4 menunjukkan bahwa lansia dengan gula
darah tinggi bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 46% (7 lansia), PNS
dan yang tidak bekerja masing-masing sebanyak 27 % (4 lansia).
2.
EPIDEMIOLOGI
Data
Wawancara
a.
Kejadian Gula darah tinggi di RW XII Kelurahan Pudak
Payung, Semarang pada tahun 2014.
Hasil wawancara dengan Kader : “Kalau disini mbak setahu saya yang punya gula Cuma sedikit mbak, paling nggak dalam 1 RT ada 1-2 orang.”
b.
Penyebaran gula darah tinggi pada
lansia.
Hasil wawancara dari ibu kader RW XII Kelurahan Pudak
Payung, Semarang pada tahun 2014 : “Begini mbak, disini selain hipertensi juga ada
penyakit gula,dan kebanyakan dari mereka yang berusia diatas 45 tahun”
Hasil wawancara pada 2 orang diabetesi :
-
Ny. D “ saya terkena penyakit Gula
baru-baru saja mas, saya juga tidak tahu, saya kaget, soalnya keluarga tidak
punya riwayat Gula.”
-
Tn. R “ saya sudah 10 tahun terkena
penyakit gula ini,mas. Kemungkinan besar saya terkena DM karena memang punya
riwayat keluarga yaitu bapak saya terkena DM juga”.
Data Angket
a.
Distribusi lansia berdasarkan riwayat keluarga gula darah tinggi
Diagram
2.1 menunjukkan bahwa lansia dengan gula
darah tinggi dengan riwayat keluarga yang memiliki gula darah tinggi sebanyak 67 % (10 lansia) dan
yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan gula darah tinggi sebanyak 33 % (5
lansia).
b.
Distribusi lansia berdasarkan
hubungan dengan keluarga yang mempunyai riwayat gula darah tinggi
Diagram 2.2 menunjukkan bahwa lansia
dengan gula darah tinggi berdasarkan hubungan dengan keluarga yang mempunyai
riwayat gula darah tinggi, sebanyak 50 % (5 orang) adalah saudara perempuan, 30
% (3 orang) adalah ibu kandung, 10 % (1 orang) adalah saudara laki-laki dan 10
% (1 orang) ayah kandung.
3. PERILAKU DAN LINGKUNGAN
Perilaku
beresiko pada Gula darah tinggi :
a) Distribusi
Kebiasaan Lansia merokok
Diagram 3.1 menunjukkan bahwa lansia dengan kebiasaan tidak
merokok sebesar 67 % (10 lansia) dan
lansia merokok sebesar 33
% (5 lansia).
b) Distribusi
Kebiasaan Lansia yang suka minum alkohol
Diagram
3.2 menunjukkan bahwa lansia yang tidak suka minum alkohol sebanyak 100 % (15
lansia).
c)
Distribusi
lansia dengan gula darah tinggiBerdasarkan Frekuensi makan nasi
dalam sehari.
Diagram 3.3 menunjukan bahwa lansia
dengan gula darah tinggi di RW XII Kelurahan Pudak Payung frekuensi makan sehari 3 kali sehari sebanyak
93% (14
lansia), dan makan sehari 2 kali sehari
sebanyak 7% (1 lansia).
d)
Distribusi lansia dengan gula darah tinggi berdasarkan makanan yang sering dikonsumsi
Keterangan
:
i. Daging
ii. Ayam/telor ayam
iii. Tempe/ tahu
iv. Ikan
Diagram 3.4
menunjukan gula darah tinggi berdasarkan makanan yang sering
dikonsumsi yaitu tempe/tahu sebanyak 67 % (10 lansia) dan makanan yang jarang dikonsumsi
yaitu daging sebesar 33% (5 lansia)
e)
Distribusi lansia dengan gula darah tinggi
berdasarkan frekuensi konsumsi manis perhari
Diagram 3.6 menunjukan distribusi
lansia dengan gula darah tinggi yang mengkonsumsi manis > 2 porsi
perhari sebanyak 60% (9 lansia), dan paling sedikit tidak pernah 7% (1 orang)
f)
Distribusi
lansia berdasarkan frekuensi konsumsi
cemilan
Diagram 3.7 menunjkan berdasarkan
frekuensi konsumsi cemilan dalam sehari 1 kali pehari sebanyak 60% (9 lansia)
dan paling sedikit 2 kali sehari sebanyak 7% (1 lansia)
Perilaku Aktivitas Fisik :
a. Kebiasaan berolahraga
Diagram
3.8 menunjukkan bahwa lansia yang tidak suka melakukan kebiasaan berolahraga
sebanyak 53 % (8 lansia) dan yang suka melakukan kebiasaan berolahraga sebanyak
37 % (7 lansia).
b.
Kebiasaan berolahraga yang teratuR
Diagram
3.9 menunjukkan bahwa lansia yang tidak suka melakukan kebiasaan berolahraga secara
teratur sebanyak 100 % (7 lansia).
c.
Kebiasaan berolahraga dalam satu minggu
Diagram
3.10 menunjukkan bahwa lansia yang melakukan kebiasaan berolahraga teratur
dalam satu minggu sekali sebanyak 57 % (4 lansia) dan yang melakukan kebiasaan
berolahraga dalam dua kali seminggu sebanyak 43 % (3 lansia).
d.
Lamanya Kebiasaan berolahraga
Diagram 3.11 menunjukkan bahwa lansia
yang melakukan kebiasaan berolahraga teratur sesuai dengan lamanya kebiasaan
berolahraga dalam 20 menit sebanyak 72 % (5 lansia), kebiasaan berolahraga yang
dilakukan dalam 30 menit sebanyak 14% (1 lansia), dan kebiasaan berolahraga
yang dilakukan dalam 10 menit sebanyak 14% (1 lansia)
4.
ORGANISASI DAN PENDIDIKAN
a.
Distribusi pengetahuan lansia tentang pengertian Gula Darah
Tinggi
Diagram 4.1 menunjukkan
bahwa pengetahuan lansia mengenai pengertian Gula Darah
Tinggi adalah menumpuknya zat gula dalam
darah sebanyak 93 % (14 lansia) dan menumpuknya zat gula dalam getah bening
sebanyak 7 % (1 lansia).
b. Distibusi pengetahuan lansia tentang
gejala Gula Darah Tinggi
Diagram 4.2 menunjukkan pengetahuan lansia tentang gejala Gula Darah
Tinggi adalah banyak minum, sering minum,
sering kencing sebanyak 73% (11 lansia). 20 % (3 lansia) dengan keluhan
banyak makan, sedikit minum dan sedikit kencing. 7 % (1 lansia) dengan keluhan
sedikit makan, banyak minum dan sedikit kencing.
c.
Distrbusi pengetahuan lansia tentang Gula Darah
Tinggi termasuk penyakit
Diagram 4.3 menunjukkan pengetahuan lansia mengenai Gula Darah
Tinggi termasuk penyakit bawaan sebanyak
67% (10 lansia), diabetes melitus penyakit turunan 20% (3 lansia), dan
diabetes melitus penyakit menular 13% (2 lansia)
d. Distribusi
frekuensi Makanan Yang harus dibatasi oleh penderita Gula Darah
Tinggi
Diagram
4.4 menunjukan distribusi frekuensi tentang makanan yang harus dibatasi oleh
penderita Gula
Darah Tinggi di RW XII kelurahan pudak payung didapatkan
hasil jika sebanyak 100%(15 lansia) menjawab makanan manis harus dibatasi untuk
penderita Gula
Darah Tinggi.
e. Distribusi
frekuensi dampak dari Gula Darah Tinggi
Diagram
4.5 menunjukan distribusi frekuensi tentang dampak Gula Darah Tinggi
di kelurahan Pudak Payung sebanyak 80% (12 lansia) menjawab dampak dari Gula Darah Tinggi
yaitu ganggren/borok di kaki dan 20% (3 lansia) menjawab dampak dari Gula Darah Tinggi
adalah dehidrasi.
f. Distribusi
Frekuensi tentang gejala yang akan timbul dalam waktu lama pada penderita Gula Darah
Tinggi
Diagram 4.6 menunjukan frekuensi gejala
yang timbul dalam waktu lama pada penderita Gula Darah
Tinggi
di RW XII, para lansia dengan gejala BB turun yaitu sebanyak 47% (7 lansia).
Dan paling sedikit 7% (1 lansia) mengatakan gejala Gula Darah
Tinggi
adalah banyak minum.
g.
Distribusi frekuensi tentang penyebab
ganggren/borok pada pada penderita Gula Darah Tinggi
Diagram 4.7 menunjukan distribusi
frekuensi penyebab ganggren pada kaki penderita Gula Darah Tinggi
sebanyak 73%(12 lansia) menjawab penyumbatan pembuluh darah sebagai penyebab
utama, 14%(2 lansia) mengatakan penyebab Gula Darah Tinggi adalah kadar gula
meningkat, dan 13% (1 lansia) mengatakan penyebab Gula Darah Tinggi
adalah infeksi
5.
ADMINISTRASI DAN
KEBIJAKAN
a.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan Jaminan Kesehatan
Diagram
5.1 menunjukkan bahwa sebesar 47% (7 lansia) tidak pernah menggunakan jaminan kesehatan dalam
waktu 1 bulan. 40 % ( 6 lansia) menggunakan jaminan kesehatan kurang dari 3
kali dalam sebulan. 13 % (2 lansia) menggunakan jaminan kesehatan lebih dari 3
kali dalam sebulan.
b. Distribusi
frekuensi berdasarkan seberapa sering penderita mendatangi pelayanan kesehatan
Diagram
5.2 menunjukkan bahwa sebesar 73% (11 lansia) tidak pernah mendatangi pelayanan kesehatan dalam sebulan, 20 % (3
lansia) mendatangi pelayanan kesehatan satu kali dalam sebulan, 7 % (1 lansia)
mendatangi pelayanan kesehatan dua kali dalam sebulan.
c. Distribusi
frekuensi berdasarkan mencapai tempat pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Diagram
5.3 menunjukkan bahwa sebesar 67 % (10 lansia) mencapai tempat pelayanan
kesehatan dengan kendaraan pribadi dan 33 % (5 lansia) menggunakan kendaraan
umum .
d. Distribusi
frekuensi berdasarkan peran keluarga dalam mendukung pengobatan Gula Darah
Tinggi
Diagram
5.4 menunjukkan bahwa sebesar 87% (13 lansia) anggota keluarga berperan
dalam
mendukung pengobatan Gula Darah Tinggi untuk 13% (2 lansia)
e. Distribusi
frekuensi berdasarkan kunjungan petugas kesehatan
dalam melakukan pendidikan kesehatan mengenai Gula Darah
Tinggi
Diagram
5.5 menunjukkan bahwa sebesar 60% (9 lansia) belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
mengenai Gula
Darah Tinggi dari petugas kesehatan dan 40% (6 lansia) mengaku mendapatkan pendidikan
kesehatan mengenai Gula Darah Tinggi dari petugas kesehatan.
f. Distribusi
frekuensi berdasarkan pemeriksaan rutin mengenai masalah Gula Darah
Tinggi
dari puskesmas
Diagram
5.6 menunjukkan bahwa sebesar 40% (6 lansia)
melakukan pemeriksaan rutin mengenai masalah Gula Darah Tinggi
dari puskesmas dan 60% (9 lansia) tidak melakukan pemeriksaan
rutin mengenai masalah Gula Darah Tinggi dari puskesmas
g.
Keefektifan Pemeriksaan rutin yang
dilakukan puskesmas
Diagram
5.8 menunjukkan mengenai keefektifan pemeriksaan yang dilakukan oleh
pelayanan kesehatan sebanyak 87% (13
lansia) menjawab pemeriksaan rutin yang dilakukan tidak efektif dan tidak efektif sebanyak 13 % (2 lansia).
h.
Distribusi Frekuensi Tentang Program
yang pernah dilakukan oleh Puskesmas
Diagram
5.9 menunjukkan program yang pernah
dilakukan oleh Puskesmas yaitu sebanyak
53%(8 lansia) menjawab program yang dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan rutin 1 bulan sekali,
dan sebanyak 47% (7 lansia) menjawab program yang pernah dilakukan adalah penyuluhan.
i.
Distribusi Frekuensi tentang pertemuan
rutin dari posyandu dan Puskesmas untuk membahas Gula Darah
Tinggi
Diagram 5.10 menunjukkan frekuensi pertemuan rutin dari posyandu dan puskesmas untuk
membahas diabetes mellitus sebanyak 100% (15 lansia) menjawab jika tidak ada pertemuan
rutin.
j. Distribusi
frekuensi tentang pengobatan gratis yang dilakukan di RW XII Kelurahan Pudak
Payung
Diagram 5.11 menunjukkan
sebanyak 100% (15 lansia) tidak terdapat pengobatan gratis yang dilakukan oleh
pelayanan kesehatan di kelurahan RW XII di kelurahan Pudak Payung.
No comments:
Post a Comment