KARYA
TULIS ILMIAH
“PENGARUH PERAWATAN
LUKA DENGAN NACL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN DENGAN LUKA
DIABETIKUM”
Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktik
Keperawatan KomprehensifTahap Profesi
Oleh :
Abi
sufyan harits
22020114210120
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ANGKATAN XXIV
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes
Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit kronis akibat kelainan metabolik yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.1 Kondisi
ini diakibatkan karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja
insulin, ataupun keduanya.2 DM lebih dikenal oleh masyarakat dengan
sebutan kencing manis.3 Angka
penyakit ini akan mengalami peningkatan di setiap tahunnya dengan perkiraan
jumlah DM pada tahun 2030 mencapai 552 juta.4 Berdasarkan data
statistik dari International Diabetes
Foundation (IDF) tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes
atau lebih dikenal dengan sebutan diabetisi
mencapai angka 366 juta.5 Hal ini didukung oleh World Health Organisation (WHO) tahun 2012 yang menerangkan bahwa
DM tipe II sudah menjadi epidemik dan merupakan salah satu ancaman kesehatan di
dunia.4 Lebih kurang 90 - 95% penderita diabetes mengalami diabetes
melitus tipe II yang sebagian terdiagnosis pada keadaan lanjut.1,6
Hal inilah mengapa penyakit DM disebut juga dengan “Silent Killer” karena sifatnya seperti
rayap, bekerja diam-diam merusak organ di dalam tubuh.7 Diabetes
Melitus tergolong penyakit kronik yang tidak bisa sembuh secara sempurna.
Pengobatan penyakit ini membutuhkan perawatan medis dan tingkat kepatuhan
pasien secara berkelanjutan agar tidak terjadi komplikasi.4 Yosep
dalam bukunya menjelaskan bahwa semua penyakit fisik maupun kronik mempunyai
efek psikologi di antaranya adalah kecemasan dan depresi.8 Berbagai
macam terapi pengobatan yang panjang dan dilakukan secara teratur dapat
menimbulkan perasaan tidak berdaya. Hal ini juga membuat pasien DM mengalami
suatu tekanan batin yang berpengaruh terhadap kesehatan mental.10,11
Sebuah penelitian lain menerangkan bahwa pendiagnosaan dan pengobatan penyakit
DM adalah kompleks serta memiliki dampak yang besar pada fungsi psikososial
seseorang.12 Hal ini juga didukung oleh Badaria yang menerangkan
bahwa salah satu manajemen penyakit DM yang utama adalah harus menjalani diet
yang ketat dan rutin dalam pengobatan. Bagi penderita DM, melakukan adaptasi
pola hidup seperti yang sudah ditetapkan sangatlah berat sehingga hal itu
menimbulkan keputusasaan, kecemasan, depresi, dan tekanan yang menyebabkan
penderita akan menghentikan pengobatan serta berpengaruh terhadap cara
penderita memandang hidup ke depannya.13,14
Berdasarkan laporan rumah sakit dan
puskesmas, prevalensi diabetes mellitustergantung insulin di Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2008 sebesar 0,16%,mengalami peningkatan bila dibandingkan
prevalensi tahun 2007 sebesar0,09%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota
Semarang sebesar 0,84%.Sedangprevalensi
kasus diabetes mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenaldengan DM tipe
II, mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun 2006,menjadi 0,96% pada tahun
2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (DinkesProvinsi Jawa Tengah, 2008). Hasil dari
data laporan puskesmas KotaSemarang pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus
diabetes mellitus adalahsebanyak 63.867 kasus, terdiri atas 25.191 tergantung
insulin dan 38.676kasus diabetes mellitus non insulin (Profil Kesehatan Kota Semarang,
2009).
Terdapat dua prinsip utama dalam
perawatan luka kronis termasuk luka diabetes. Prinsip pertama adalah
pembersihan/pencucian luka. Luka kering dibersihkan dengan menggunakan tekhnik
swabbing. Dan jika luka mengeluarkan pus pembersihan dilakukan dengan tekhnik
bathing.
Prinsip utama dalam perawatan luka
adalah mempertahankan kelembaban luka. Luka tidak boleh terlalu kering dan luka
juga tidak boleh terlalu basah. Berdasarkan studi sebelumnya untuk menunjang
penyembuhan luka luka harus selalu dalam keadaan lembab
Dari uraian yang telah disebutkan
peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh perawatan luka menngunakan
nacl terhadap proses penyembuhan luka pada pasien home care di puskesmas
telogosari kulon semarang.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk
melakukan asuhan keperawatan yang komperhensif pada klien dengan luka
diabetikum Mellitus di wilayah Puskesmas
Telogosari Kulon Semarang.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengelola
klien dengan luka diabetikum
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan luka diabetikum
c. Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang dibuat pada pasien dengan
luka diabetikum
d. Melakukan evaluasi hasil pada pasien dengan luka diabetikum
C. Manfaat
1. Bagi
Mahasiswa
Untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan luka diabetikum
2. Bagi
Institusi Puskesmas
Sebagai
sarana untuk meningkatkan pelayanan
homecare bagi klien dengan
luka diabetikum di wilayah Puskesmas Telogosari kulon
Semarang
3. Bagi
Profesi Keperawatan
Memberikan
tambahan referensi untuk profesi keperawatan dalam pengelolaan klien dengan
luka diabetikum.
D. RUANG LINGKUP
Wilayah
Puskesmas Telogosari Kulon Semarang.
BAB
II
1.
Faktor genetik : ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
2.
Faktor non genetik : nutrisi, stress, usia.
|
·
Riwayat kesehatan keluarga.
·
Riwayat keehatan klien dan pengobatan sebelumnya
·
Riwayat penyakit penyerta.
·
Aktivitas
·
Sirkulasi
·
Makan/minum, dll
|
DM : sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
|
penatalaksanaan
|
Manifestasi klinik
|
patofisiologi
|
etiologi
|
·
Hormon insulin berperan mengatur kadar glukosa darah, jika insulin tidak
ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel degan akibat
kadar glukosa darah meningkatà DM tipe I
·
Jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor
(penangkap) insulin di permukaan sel kurang sehingga glukosa yang masuk ke
dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar/glukosa dan glukosa
dalam darah meningkatà DM tipe II
|
1.
Munculnya luka diabetikum penurunan BB, lemah, banyak makan, banyak minum,
banyak kencing.
2.
gangguan penglihatan, gangguan ereksi, gatal/bisul,
|
1.
Pengaturan makanan
2.
Olahraga/exercise
3.
Pemantauan kadar glukosa darah
4.
Pengobatan : OHO, insulin
5.
Pendidikan kesehatan
6.
Perawatan luka
|
Asuhan keperawatan
|
Pengkajian
|
Diagnosa
keperawatan
|
·
Kekurangan
volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
·
Perubahan
status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
·
Resiko infeksi
berhubungan dengan hyperglikemia.
·
Resiko tinggi
terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan atau elektrolit.
·
Kurang
pengetahuan tentang penyakit,berhubungan dengan kurangnya informasi.
|
io
Ny. M (48 th)
Datang kepuskesmas tgl 16 Juni 2015
|
Terdapat luka pada kaki
|
· 5 tahun
menderita DM
· Terdapat
luka diabetikum derajat 2 luas 5x1 cm
|
Sirkulasi darah ke perifer
terganggu
|
16-06-2015
GDS: 306 mg/dl
TTV: TD:
130/80 mmHg, HR: 90 x/menit
Rr 20x/menit
|
Tidak pernah mengatur pola makan
|
DM tipe 2
|
ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
|
Penatalaksanaan di Puskesmas atau dirumah
|
1. Pengaturan makanan
2.
Olahraga/exercise
3.
Pemantauan kadar glukosa darah
4.
Perawatan luka
5. Pendidikan kesehatan
|
Kekurangan informasi)
|
kurang pengetahuan
|
Resiko ketidakstabilan glukosa darah
|
GDS tidak terkendali
|
|
Ny. S (63 th)
Datang kepuskesmas tgl 16 Juni 2015
|
Terdapat luka diabetikum derajat 1
|
· DM selama 20
tahun
· Terdapat
luka diabetikum derajat 1
|
Sirkulasi darah ke perifer
terganggu
|
19-06-2015
GDS: 506 mg/dl
TTV: TD:
140/900 mmHg, HR: 88 x/menit
|
Tidak pernahmengontrol pola makan
|
DM tipe 2
|
ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
|
Penatalaksanaan di Puskesmas atau dirumah
|
Kekurangan informasi
|
kurang pengetahuan
|
Resiko ketidakstabilan glukosa darah
|
GDS tidak terkontrol
|
BAB
III
KASUS
A. Pengkajian
Kasus klien
pertama adalah ny.M dengan diabetes mellitus. Klien tidak memeriksakan kadar
gula darahnya secara rutin. Sehari-hari klien bekerja sebagai wiraswasta tanpa
libur sehingga klien tidak rutin memeriksakan kesehatannya di puskesmas maupun
fasilitas kesehatan yang lain. Klien juga kekurangan paparan informasi terkait
diabetes mellitus karena kesibukan pekerjaan serta kurangnya rasa ingin tahu.
Pola makan klien. Pola makan klien saat menderita diabetes mellitus tidak
berbeda dengan pola makan klien saat menderita diabetes mellitus sehinnga
control gula darah yang dilakukan klien tidak optimal. Ketika memeriksakan diri
ke puskesmas klien mendapatkan obat untuk mengontrol gula darah namun saat obat
tersebut habis klien tidak kembali memeriksakan kesehatannya ke fasilitas
kesehatan.
Saat dilakukan
kunujngan kerumah keadaan umum klien baik. Terdapat luka diabetikum derajat 2
pada telapak kaki klien. Klien sebenarnya rutin membersihkan luka nya dengan
menggunakan air dan alcohol, klien juga membalut lukanya dengan kassa namun
klien belum menggunakan nacl untuk membersihkan lukanya. Pada saat dikaji tanda
tanda vital terpantau baik tekanan darah 130/80mmHg, nafas 20 kali permenit dan
nadi 90 kali permenit. Pengetahuan klien tentang diabetes mellitus sangat
kurang karena klienselalu bekerja dan kurang memperhatikan penyakit diabetes
mellitus yang didertitanya.Klien datang bersama tetangganya Ny.S (63th) yang
merupakan tetangganya yang mempunyai
keluhan yang hamper sama. Ny S juga oleh peneilti diangkat menjadi kasus
kelolaan asuhan kepeawatan.
Kasus kedua yang
diangkat olehpeneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan adalah Ny.S (63th)
yang telah menderita diabetes mellitus selama 20 tahun. Selama 20 tahun klien
mengalami diabetes mellitus klien tidak secara rutin memeriksakan keadaannya ke
fasilitas kesehatan. Sebenarnya klien sudah tidak bekerja namun kesadaran klien
untuk menjaga kesehatan diri terbilang tidak optimal karena klien biasanya
hanya memeriksakan keadaannya saat mengalami keluhan nyeri kepala atau saat
diajak tetangganya yaitu Ny.M.
Pengkajian yang
dilakukan kepada Ny. S didapatkan hasil tanda tanda vital sebagai berikut:
keadaan umum klien baik tekanan darah klien 150/90mmHg, pola nafas klien 25
kali setiap menit dan nadi klien tercatat 93 kali setiap menit.gula darah klien
sangat tinggi yaitu 506mg/dl. Setiap harinya klien tidak mengatur pola makan
sesuai dengan pola makan penderita diabetes. Sebenarnya saat pengkajian
dilakukan dan gula darah klien terbilang sangat tinggi peneliti telah
memberikan saran kepada klien untuk segera memeriksakan keadaannya ke fasilitas
kesehatan klien mengatkan akan memeriksakan diri ke puskesmas tlogosari kulon
namun hingga asuhan keperawatan selesai diberikan klien belum berobat.
B. ANALISA KASUS
Kedua kasus
diatas memiliki persamaan diagnose yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan ketidakefektifan perfusi jaringan. Ketidakstabilan kadar gula dalam
darah klien karena klien tidak mengontrol gula darah yang berakibat pada
ketidakefektifan perfusi jaringan sangat dimungkinkan menjadi etiologi utama
munculnya diagnose kerusakan integritas kulit pada klien.
Tujuan yang ingin dicapai dari diagnosa diatas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 30
menit dalam 3 minggu diharapkan masalah
kerusakan integritas kulit pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil luka
bersih, tidak ada penyebaran luka, klien dapat melakukan perawatan luka secara
mandiri.Intervensi yang diberikan kepada pasien meliputi perawatan luka dengan
nacl, mengajarkan klien melakukan tekhnik perawatan luka yang sederhana.