Thursday 27 August 2015

KARYA TULIS ILMIAH “PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN NACL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN DENGAN LUKA DIABETIKUM”





KARYA TULIS ILMIAH
“PENGARUH PERAWATAN LUKA DENGAN NACL TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN DENGAN LUKA DIABETIKUM
Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktik Keperawatan KomprehensifTahap Profesi




Oleh :

Abi sufyan harits
22020114210120






PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI ANGKATAN XXIV
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit kronis akibat kelainan metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.1 Kondisi ini diakibatkan karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin, ataupun keduanya.2 DM lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan kencing manis.3 Angka penyakit ini akan mengalami peningkatan di setiap tahunnya dengan perkiraan jumlah DM pada tahun 2030 mencapai 552 juta.4 Berdasarkan data statistik dari International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2011 menyebutkan bahwa jumlah penderita diabetes atau lebih dikenal dengan sebutan diabetisi mencapai angka 366 juta.5 Hal ini didukung oleh World Health Organisation (WHO) tahun 2012 yang menerangkan bahwa DM tipe II sudah menjadi epidemik dan merupakan salah satu ancaman kesehatan di dunia.4 Lebih kurang 90 - 95% penderita diabetes mengalami diabetes melitus tipe II yang sebagian terdiagnosis pada keadaan lanjut.1,6
Hal inilah mengapa penyakit DM disebut juga dengan “Silent Killer” karena sifatnya seperti rayap, bekerja diam-diam merusak organ di dalam tubuh.7 Diabetes Melitus tergolong penyakit kronik yang tidak bisa sembuh secara sempurna. Pengobatan penyakit ini membutuhkan perawatan medis dan tingkat kepatuhan pasien secara berkelanjutan agar tidak terjadi komplikasi.4 Yosep dalam bukunya menjelaskan bahwa semua penyakit fisik maupun kronik mempunyai efek psikologi di antaranya adalah kecemasan dan depresi.8 Berbagai macam terapi pengobatan yang panjang dan dilakukan secara teratur dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya. Hal ini juga membuat pasien DM mengalami suatu tekanan batin yang berpengaruh terhadap kesehatan mental.10,11 Sebuah penelitian lain menerangkan bahwa pendiagnosaan dan pengobatan penyakit DM adalah kompleks serta memiliki dampak yang besar pada fungsi psikososial seseorang.12 Hal ini juga didukung oleh Badaria yang menerangkan bahwa salah satu manajemen penyakit DM yang utama adalah harus menjalani diet yang ketat dan rutin dalam pengobatan. Bagi penderita DM, melakukan adaptasi pola hidup seperti yang sudah ditetapkan sangatlah berat sehingga hal itu menimbulkan keputusasaan, kecemasan, depresi, dan tekanan yang menyebabkan penderita akan menghentikan pengobatan serta berpengaruh terhadap cara penderita memandang hidup ke depannya.13,14
Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi diabetes mellitustergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 0,16%,mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar0,09%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%.Sedangprevalensi kasus diabetes mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenaldengan DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun 2006,menjadi 0,96% pada tahun 2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (DinkesProvinsi Jawa Tengah, 2008). Hasil dari data laporan puskesmas KotaSemarang pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus diabetes mellitus adalahsebanyak 63.867 kasus, terdiri atas 25.191 tergantung insulin dan 38.676kasus diabetes mellitus non insulin (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2009).
Terdapat dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis termasuk luka diabetes. Prinsip pertama adalah pembersihan/pencucian luka. Luka kering dibersihkan dengan menggunakan tekhnik swabbing. Dan jika luka mengeluarkan pus pembersihan dilakukan dengan tekhnik bathing.
Prinsip utama dalam perawatan luka adalah mempertahankan kelembaban luka. Luka tidak boleh terlalu kering dan luka juga tidak boleh terlalu basah. Berdasarkan studi sebelumnya untuk menunjang penyembuhan luka luka harus selalu dalam keadaan lembab
Dari uraian yang telah disebutkan peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh perawatan luka menngunakan nacl terhadap proses penyembuhan luka pada pasien home care di puskesmas telogosari kulon semarang.


B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan yang komperhensif pada klien dengan luka diabetikum Mellitus  di wilayah Puskesmas Telogosari Kulon Semarang.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengelola klien dengan luka diabetikum
b.      Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan luka diabetikum
c.       Melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang dibuat pada pasien dengan luka diabetikum
d.      Melakukan evaluasi hasil pada pasien dengan luka diabetikum



C.    Manfaat
1.      Bagi Mahasiswa
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan luka diabetikum
2.      Bagi Institusi Puskesmas
Sebagai sarana untuk meningkatkan pelayanan homecare bagi klien dengan luka diabetikum di wilayah Puskesmas Telogosari kulon Semarang
3.      Bagi Profesi Keperawatan
Memberikan tambahan referensi untuk profesi keperawatan dalam pengelolaan klien dengan luka diabetikum.

D.    RUANG LINGKUP
Wilayah Puskesmas Telogosari Kulon Semarang.



BAB II

1.     Faktor genetik : ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
2.     Faktor non genetik : nutrisi, stress, usia.
MAIN MAP TINJAUAN KASUS TERKAIT

·  Riwayat kesehatan keluarga.
·  Riwayat keehatan klien dan pengobatan sebelumnya
·  Riwayat penyakit penyerta.
·  Aktivitas
·  Sirkulasi
·  Makan/minum, dll


DM : sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)

penatalaksanaan

Manifestasi klinik

patofisiologi

etiologi

·  Hormon insulin berperan mengatur kadar glukosa darah, jika insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel degan akibat kadar glukosa darah meningkatà DM tipe I
·  Jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar/glukosa dan glukosa dalam darah meningkatà DM tipe II

1.     Munculnya luka diabetikum penurunan BB, lemah, banyak makan, banyak minum, banyak kencing.
2.     gangguan penglihatan, gangguan ereksi, gatal/bisul,

1.     Pengaturan makanan
2.     Olahraga/exercise
3.     Pemantauan kadar glukosa darah
4.     Pengobatan : OHO, insulin
5.     Pendidikan kesehatan
6.     Perawatan luka

Asuhan keperawatan

Pengkajian

Diagnosa  keperawatan

·  Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
·  Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
·  Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
·  Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
·  Kurang pengetahuan tentang penyakit,berhubungan dengan kurangnya informasi.
 






io






Ny. M (48 th)
Datang kepuskesmas tgl 16 Juni 2015


Terdapat luka pada kaki

·  5 tahun menderita DM
·  Terdapat luka diabetikum derajat 2 luas 5x1 cm

Sirkulasi darah ke perifer terganggu

16-06-2015
GDS: 306 mg/dl
TTV: TD: 130/80 mmHg, HR: 90 x/menit
Rr 20x/menit

Tidak pernah mengatur pola makan

DM tipe 2

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Penatalaksanaan di Puskesmas atau dirumah


1.     Pengaturan makanan
2.     Olahraga/exercise
3.     Pemantauan kadar glukosa darah
4.     Perawatan luka
5.     Pendidikan kesehatan

Kekurangan informasi)

kurang pengetahuan

Resiko ketidakstabilan glukosa darah

GDS tidak terkendali
 



1.     Pengaturan makanan
2.     Olahraga/exercise
3.     Pemantauan kadar glukosa darah
4.     Perawatan luka
5.     Pendidikan kesehatan

Ny. S (63 th)
Datang kepuskesmas tgl 16 Juni 2015


Terdapat luka diabetikum derajat 1

·  DM selama 20 tahun
·  Terdapat luka diabetikum derajat 1

Sirkulasi darah ke perifer terganggu

19-06-2015
GDS: 506 mg/dl
TTV: TD: 140/900 mmHg, HR: 88 x/menit

Tidak pernahmengontrol pola makan

DM tipe 2

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Penatalaksanaan di Puskesmas atau dirumah


Kekurangan informasi

kurang pengetahuan

Resiko ketidakstabilan glukosa darah

GDS tidak terkontrol
 



BAB III
KASUS

A.    Pengkajian

Kasus klien pertama adalah ny.M dengan diabetes mellitus. Klien tidak memeriksakan kadar gula darahnya secara rutin. Sehari-hari klien bekerja sebagai wiraswasta tanpa libur sehingga klien tidak rutin memeriksakan kesehatannya di puskesmas maupun fasilitas kesehatan yang lain. Klien juga kekurangan paparan informasi terkait diabetes mellitus karena kesibukan pekerjaan serta kurangnya rasa ingin tahu. Pola makan klien. Pola makan klien saat menderita diabetes mellitus tidak berbeda dengan pola makan klien saat menderita diabetes mellitus sehinnga control gula darah yang dilakukan klien tidak optimal. Ketika memeriksakan diri ke puskesmas klien mendapatkan obat untuk mengontrol gula darah namun saat obat tersebut habis klien tidak kembali memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan.
Saat dilakukan kunujngan kerumah keadaan umum klien baik. Terdapat luka diabetikum derajat 2 pada telapak kaki klien. Klien sebenarnya rutin membersihkan luka nya dengan menggunakan air dan alcohol, klien juga membalut lukanya dengan kassa namun klien belum menggunakan nacl untuk membersihkan lukanya. Pada saat dikaji tanda tanda vital terpantau baik tekanan darah 130/80mmHg, nafas 20 kali permenit dan nadi 90 kali permenit. Pengetahuan klien tentang diabetes mellitus sangat kurang karena klienselalu bekerja dan kurang memperhatikan penyakit diabetes mellitus yang didertitanya.Klien datang bersama tetangganya Ny.S (63th) yang merupakan tetangganya  yang mempunyai keluhan yang hamper sama. Ny S juga oleh peneilti diangkat menjadi kasus kelolaan asuhan kepeawatan.
Kasus kedua yang diangkat olehpeneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan adalah Ny.S (63th) yang telah menderita diabetes mellitus selama 20 tahun. Selama 20 tahun klien mengalami diabetes mellitus klien tidak secara rutin memeriksakan keadaannya ke fasilitas kesehatan. Sebenarnya klien sudah tidak bekerja namun kesadaran klien untuk menjaga kesehatan diri terbilang tidak optimal karena klien biasanya hanya memeriksakan keadaannya saat mengalami keluhan nyeri kepala atau saat diajak tetangganya yaitu Ny.M.
Pengkajian yang dilakukan kepada Ny. S didapatkan hasil tanda tanda vital sebagai berikut: keadaan umum klien baik tekanan darah klien 150/90mmHg, pola nafas klien 25 kali setiap menit dan nadi klien tercatat 93 kali setiap menit.gula darah klien sangat tinggi yaitu 506mg/dl. Setiap harinya klien tidak mengatur pola makan sesuai dengan pola makan penderita diabetes. Sebenarnya saat pengkajian dilakukan dan gula darah klien terbilang sangat tinggi peneliti telah memberikan saran kepada klien untuk segera memeriksakan keadaannya ke fasilitas kesehatan klien mengatkan akan memeriksakan diri ke puskesmas tlogosari kulon namun hingga asuhan keperawatan selesai diberikan klien belum berobat.

B.     ANALISA KASUS
Kedua kasus diatas memiliki persamaan diagnose yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakefektifan perfusi jaringan. Ketidakstabilan kadar gula dalam darah klien karena klien tidak mengontrol gula darah yang berakibat pada ketidakefektifan perfusi jaringan sangat dimungkinkan menjadi etiologi utama munculnya diagnose kerusakan integritas kulit pada klien.
Tujuan yang ingin dicapai dari diagnosa diatas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 30 menit dalam 3 minggu diharapkan masalah kerusakan integritas kulit pada klien dapat teratasi dengan kriteria hasil luka bersih, tidak ada penyebaran luka, klien dapat melakukan perawatan luka secara mandiri.Intervensi yang diberikan kepada pasien meliputi perawatan luka dengan nacl, mengajarkan klien melakukan tekhnik perawatan luka yang sederhana.








iklan perawatan luka

iklan