ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
Ny. S DENGAN PEMFIGUS VULGARIS
DI
RUANG ANGGREK 2
RSUD
DR. MOEWARDI
Disusun
untuk memenuhi tugas praktek Keperawatan Medikal Bedah
Dosen
Pembimbing : Ns. Henni Kusuma, M.Kep., Sp.KMB
Oleh
:
Abi
sufyan harits
22020110120063
PRAKTIK
KLINIK TAHAP AKADEMIK DALAM KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2013
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
Ny. S DENGAN PRMFIGUS VULGARIS
Tanggal Pengkajian : 20-05-2013
Tanggal Masuk : 05-05- 2013
Ruang :
Anggrek 2
A.
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
a. Nama
: NY. S
b. No.
rekam medis : 01193860
c. Umur : 21 tahun
d. Jenis
kelamin : perempuan
e. Agama
: Islam
f. Pendidikan
: SMA
g. Pekerjaan
:
-
h. Suku
: Jawa
i.
Bahasa :
daerah Jawa
j.
Alamat :
Plumban RT/RW 2/2,Ngeblak, Blora, jawa tengah
k. Diagnosa
Medis : Pemfigus vulgaris
2. Penanggung jawab
a. Nama
: Tn. M
b. Umur
: 26 tahun
c. Pendidikan
: SMA
d. Pekerjaan
:
Wiraswasta
e. Suku
: Jawa
f. Bahasa
: daerah Jawa
g. Alamat
: Plumban RT/RW 2/2,
Nglebak, Blora, Jawa Tengah
3. Keluhan Utama
Timbul
luka serta bula di sekujur tubuh
4. Riwayat penyakit sekarang
Suami
Klien mengatakan awalnya timbul sariawan pda klien, klien berobat ke dokter
namun sariawan justru semakin bertambah sampai tenggorokan, klien mencari
dokter lain namun sariawan yang diderita tidak sembuh. Kemudian muncul bula
pada tangan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh klien pun di bawa ke RSUD Dr.
Moewardi untuk mendapat pengobatan lebih lanjut.
5. Riwayat penyakit dahulu
Suami
klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat, DM (-), Hipertensi (-), alergi
makanan (-)
6. Riwayat penyakit keluarga
Ibu
klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
klien saat ini. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, kebiasaan yang dilakukan
adalah membeli obat di warung.
Genogram
Keterangan :
= laki
– laki ------------
= tinggal serumah
= perempuan =
klien
=
laki
– laki meninggal
=
perempuan
meninggal
7. Pemeriksaan fisik
a.
Kepala
1)
Rambut
: warna hitam, distribusi merata, rambut tampak
kotor.
2)
Mata
: bentuk simetris, sclera
ikterik (-), CA (-)
3)
Hidung
: bentuk
simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret, tidak terdapat polip,
pola nafas reguler, frekuensi 24x per menit.
4)
Telinga
: bentuk simetris, tidak
ada purulen, bernanah (-), alat bantu pendengar (-)
5)
Mulut
: stomatitis (+), mukosa bibir kering, sianosis
(+), menelan (+), terdapat bercak putih tipis di sisi lidah.
b.
Leher
a)
Inspeksi
: tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat lesi bula, krusta
b)
Palpasi : tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, nadi karotis teraba
c.
Kulit
:
- Terdapat
lesi bula, krusta diseluruh tubuh
d.
Thorak
1)
Paru-paru
a)
Inspeksi : pergerakan dada simetris
antara paru kanan dan kiri, ekspansi paru kiri dan kanan sama terdapat lesi
bula, krusta
b)
Palpasi : nyeri karena luka
c)
Perkusi : tidak dikaji karena klien nyeri
d)
Auskultasi
: bunyi
nafas vesikuler pada seluruh area paru, tidak ditemukan ronchi dan wheezing.
2)
Jantung
a)
Inspeksi : iktus cordis (-)
b)
Palpasi : aorta, pulmonal,
trikuspidal teraba terdapat pembesaran jantung
c)
Perkusi
: bunyi redup pada
batas kiri, kanan dan bawah jantung
d)
Auskultasi
:
-
bunyi S1 pada daerah katup trikuspidal
dan mitral
-
bunyi S2 pada katup aortic dan pulmonal
di sela iga II parastrenal kanan dan sela iga II parastrenal kiri.
-
Tidak terdapat suara mur mur
3)
Abdomen
a)
Inspeksi
: bentuk abdomen
agak cekung
b)
Auskultasi
: bising
usus 8x/menit
c)
Palpasi
: terdapat
nyeri tekan di semua lapang perut karena luka.
d)
Perkusi
: tidak dikaji
karena klien merasakan nyeri
e.
Genetalia
Area genetalia tidak terkaji karena
klien merasa malu dan kurang kooperatif.
f.
Ekstremitas
1)
Ektremitas
atas
a) Terdapat
lesi bula, krusta
b) Nadi
radialis teraba
c) Akral
hangat
d) Kekuatan
otot lemah
2)
Ekstremitas
bawah
a) Akral
hangat
b) terdapat
lesi bula, krusta
c) Kekuatan
otot lemah
8. Pemeriksaan fungsional
a.
Oksigenasi
Sebelum
masuk RS:
Klien mengatakan nafasnya normal,
tidak sesak dan tidak menggunakan alat bantu nafas.
Saat
pengkajian :
Tanggal
pengkajian
|
25
mei 2013
|
Pernafasan
-
Frekuensi/ RR
-
Irama
-
Kedalaman
-
Sesak nafas
-
Cuping hidung
-
Batuk
-
Sekret
|
24
x/menit
Reguler
Dalam
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
|
Pulsasi
-
Irama
-
Tegangan
-
Distensi vena
|
92
x/menit
Kuat
Tidak
ada
|
Tekanan
darah
|
110/70
mmHg
|
Suhu
|
370C
|
Ekstremitas
-
Akral
-
Capillary
refill
-
Sianosis
|
Hangat
<
2 detik
Tidak
ada
|
Gaya
hidup
|
Merokok
(-), alkohol (-)
|
Pemeriksaan
dignostik jantung paru
|
-
|
Lain
– lain
|
-
|
Masalah
keperawatan yang muncul : -
b.
Nutrisi
dan cairan
Sebelum
masuk RS :
Klien mengatakan sebelum sakit
frekuensi makan 3 kali sehari. Klien makan dengan masakan yang ada di rumah
seperti sayur-sayur dan daging. Klien mengatakan tidak pernah alergi terhadap
makanan apapun.
Saat
pengkajian :
Tanggal
pengkajian
|
20
mei 2013
|
-
Antopometri
-
Klinis
-
Diit
-
Frekuensi
-
Porsi
-
Alergi
-
Status
cairan
|
-
Berat badan sebelum sakit : 49 kg
-
Berat badan saat pengkajian : 45 kg
-
Tinggi badan : 160 cm
Perhitungan
:
BB
normal : TB – 110
: 160 – 110
: 50 kg
BB
ideal : ( TB – 100 ) ± 10 % ( TB –
100 )
: ( 160– 100 ) ± 10 % (
160 – 100 )
: 60 ± 6 kg
: 60 – 66 kg
Indeks
Mass Tubuh ( IMT )
IMT : BB / TB (m2)
: 40 / ( 1,60) 2
: 17,6 ( kurang ) *
Klien terlihat lesu, mukosa bibir
kering,.
Diit TKTP, lunak
3 kali sehari
Makan hanya seperempat porsi
Tidak memiliki alergi terhadap makanan
Intake :
-
Minum : 800 ml
-
Makan : 250 ml
-
Infuse : 1500 ml
-
Total intake : 2550 ml
Output
-
Urin 1200 ml
-
IWL
15 x45 = 675 ml/hari
-
Total output : 1875
Balance
cairan
Intake
– output
2550
– 1875 = 675
|
*nilai
IMT
Nilai
|
Kategori
|
<
20
20
- 25
25
– 30
>30
|
Underweight
Normal
Overweight
Obesitas
|
Masalah
keperawatan yang muncul : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
c.
Eliminasi
Sebelum
masuk RS :
Klien mengatakan tidak ada gangguan
BAK dan BAB. BAK tiap hari lebih dari 5 kali, sedangkan BAB 1x/hari.
Saat
pengkajian :
BAK 5x/hari ± 400 ml, warna kuning jernih dan tidak nyeri
saat BAK.
BAB 1x, kuning kecoklatan, diare
(-), konstipasi (-), perdarahan (-)
Masalah
keperawatan yang muncul = -
d.
Termoregulasi
Sebelum
masuk RS :
Sebelum
masuk rs klien tidak memiliki gangguan termoregulasi
Saat
pengkajian :
Palpasi tubuh klien tidak terasa
panas, pengukuran suhu 3,70 C.
Masalah
keperawatan yang muncul = -
e.
Aktivitas
dan latihan
Sebelum
masuk RS :
Klien dapat melakukan semua
kegiatan sehari-hari dengan mandiri
Saat
pengkajian :
-
Klien terlihat lemah, namun masih dapat
melakukan aktivitas dengan mandiri.
-
Status mobilisasi
Tanggal
|
Duduk
|
Berdiri
|
Jalan
|
25
mei 2013
|
Tidak
mampu
|
Tidak
mampu
|
Tidak
mampu
|
-
ADL
No.
|
Jenis aktivitas
|
Nilai
|
1.
|
Feeding
0 =
tidak mampu
5
= dibantu dengan dipotong-potong, dihaluskan atau dimodifikasi
10
= mandiri
|
5
|
2.
|
Bathing
0
= dibantu
5
= mandiri
|
0
|
3.
|
Grooming
0
= dibantu
5
= mandiri ( mencuci muka, gosok gigi, keramas )
|
0
|
4.
|
Dressing
0
= dibantu
5
= dibantu, tetapi sebagian dapat dilakukan secara mandiri
10
= mandiri
|
0
|
5.
|
Bowels
0 = inkontinensia (
membutuhkan enema )
5 = tidak mampu
mengontrol
10 = mmapu mengontrol
|
10
|
6.
|
Bladder
0
= inkontinensia ( membutuhkan kateterisasi )
5
= tidak mampu mengontrol
10
= mampu mengontrol
|
10
|
7.
|
Toilet
use
0
= dibantu
5
= dibantu, tetapi sebagian dapat dilakukan secara mandiri
10
= mandiri
|
0
|
8.
|
Transfers
( Bed to Chair and Back )
0
= tidak mampu, tidak memiliki keseimbangan untuk duduk
5
= membutuhkan bantuan 1-2 orang
10
= membutuhkan bantuan berupa instruksi
15
= mandiri
|
0
|
9.
|
Mobility
( on level surfaces )
0
= tidak mampu mobilisasi atau mobilisasi < 50 yards
5
= menggunakan kursi roda > 50 yards
10
= berjalan dengan bantuan 1 orang atau instruksi > 50 yards
15
= mandiri, tetapi dapat juga menggunakan alat bantu > 50 yards
|
0
|
10.
|
Stairs
0
= tidak mampu
5
= dengan bantuan
10
= mandiri
|
0
|
TOTAL
|
25
|
Klasifikasi penilaian
-
0 – 20 =
dependen total
-
21 – 40 =
dependen berat
-
41 – 60 =
dependen sedang
-
61 – 90 =
dependen ringan
-
91 – 100 = independen / mandiri
f.
Personal
hygiene
sebelum
masuk RS :
klien mandi 2x sehari, keramas
biasanya tiap 2 hari sekali, menggosok gigi 2x sehari dan memotong kuku setiap
2 minggu sekali
saat
pengkajian :
-
kebiasaan mandi : klien hanya di lap dan dikompres menggunakan kapas nacl
-
keramas :
selama dirawat di RS, klien belum keramas
-
menggosok gigi : selama di rawat di RS klien belum menggosok gigi
-
memotong kuku : selama di rawat di RS, klien belum memotong kuku
-
kulit :
terdapat lesi bula, krusta
Masalah
keperawatan yang muncul : gangguan
integritas kulit
g.
Istirahat
tidur
Sebelum
masuk RS :
Klien mengatakan tidur teratur 7
jam per hari dan tidak pernah tidur siang.
Saat
pengkajian :
-
Intensitas tidur : klien mengatakan intensitas tidur berkurang karena rasa
nyeri
-
Frekuensi tidur : klien susah tidur di rumah sakit dengan nyenyak
-
Kebiasaan tidur malam: 4 jam
-
Kebiasaan tidur siang : 2 jam
-
Gangguan tidur : nyeri
h.
Seksualitas
Klien telah menikah namun belum
meiliki anak
i.
Persepsi
sensori
Sebelum
masuk RS :
Klien mengatakan belum pernah
mengalami masalah pada sensori persepsi, khususnya pada penglihatan, penciuman,
dan pendengaran
Saat
pengkajian :
-
Penciuman : klien mampu mencium dan membedakan bau benda satu dengan
benda lainya dengan benar
-
Penglihatan : klien mampu melihat tulisan-tulisan kecil dari jarak 5m
-
Pendengaran : klien mampu merespon setiap pertanyaan dan perintah yang
didengarnya. Pendengaran klien baik
-
Nyeri
Pemicu/Provoking : saat bergerak
dan mengubah posisi
Kualitas/Qualitiy : nyeri
seperti di remas-remas
Lokasi/Region : perut
kuadran kiri bawah dan ulu hati
Skala/Severity : 5 dari 10
Intensitas/Time : nyeri terus
menerus, biasanya bertambah ketika merubah posisi tidur atau bergerak
Lain-lain : klien terlihat meringis kesakitan menahan
sakit saat bergerak atau merubah posisi, klien terlihat fokus pada lokasi nyeri
dan wajah klien terlihat tegang.
Masalah
keperawatan yang muncul : Nyeri
j.
Fungi
neurologis
GCS : 15
Keadaan umum : compos mentis
Tekanan darah : 110/70
Heart rate : 92x/menit
RR :
24x/menit
Saraf cranial :
1) Nervus
I ( olfaktorius )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
Sensasi
hidung kanan
|
Normal
|
Sensasi
hidung kiri
|
Normal
|
2) Nervus
II ( optikus )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Mata
kanan
|
Ketajaman
penglihatan
|
Dapat
melihat jelas
|
Lapang
pandang
|
Mampu
melihat terbatas
|
|
Melihat
warna
|
Normal
|
|
Mata
kiri
|
Ketajaman
penglihatan
|
Dapat
melihat jelas
|
Lapang
pandang
|
Mampu
melihat terbatas
|
|
Melihat
warna
|
Normal
|
3) Nervus
III ( okulomotorius )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Mata
kanan
|
Bentuk
|
Isokhor
|
Besar
pupil
|
3
mm
|
|
Reflek
cahaya
|
Normal
|
|
Mata
kiri
|
Bentuk
|
Isokhor
|
Besar
pupil
|
3
mm
|
|
Reflek
cahaya
|
Normal
|
4) Nervus
IV ( trochlearis )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Mata
kanan
|
Pergerakan
mata ke bawah dalam
|
Normal
|
Mata
kiri
|
Pergerakan
mata ke bawah dalam
|
Normal
|
5) Nervus
V ( trigeminus )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Sensasi
pada wajah dengan benda yang kasar, halus, tumpul dan runcing
|
Dahi
|
Normal
|
Dagu
|
Normal
|
|
Pipi
kanan
|
Normal
|
|
Pipi
kiri
|
Normal
|
|
Membuka
mulut
|
Mampu
|
|
Mengunyah
|
Mampu
|
|
Menggigit
|
Mampu
|
6) Nervus
VI ( abdusen )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Mata
kanan
|
Pergerakan
lateral
|
Normal
|
Melihat
kembar
|
Ada
|
|
Mata
kiri
|
Pergerakan
lateral
|
Normal
|
Melihat
kembar
|
Ada
|
7) Nervus
VII ( facialis )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
Mengerut
dahi
|
Mampu
|
Tersenyum
|
Mampu
|
Mengangkat
alis
|
Mampu
|
Menutup
mata
|
Mampu
|
8) Nervus
VIII ( vestibulochoclears )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Telinga
kanan
|
Suara
bisikan
|
Terdengar
|
Detik
arloji
|
Terdengar
|
|
Telinga
kiri
|
Suara
bisikan
|
Terdengar
|
Detik
arloji
|
Terdengar
|
9) Nervus
IX ( glossopharingeus )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
Merasakan
asin
|
mampu
|
Merasakan
asam
|
mampu
|
10) Nervus
X ( vagus )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
Menelan
|
Mampu
|
Berbicara
|
Mampu,
|
11) Nervus
XI ( accesorius )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Mengangkat bahu
|
Kanan
|
Mampu
|
Kiri
|
Mampu
|
|
Mengangkat kepala
|
Mampu
|
12) Nervus
XII ( hypoglossus )
Tanggal
|
20 mei 2013
|
|
Menjulurkan lidah
|
Mampu
|
|
Menggerakan
lidah
|
Ke
Kanan
|
Mampu
|
Ke
Kiri
|
Mampu
|
|
Tremor
|
Tidak
ada
|
Pemeriksaan diagnostic neurologis :
tidak ada
Masalah
keperawatan yang muncul : -
k.
Psikososial
( Stres, Koping dan Konsep diri )
Sebelum
masuk RS :
Keluarga Klien mengatakan klien
hanya berdiam diri saja.
Klien tidak ada gangguan pada pola
konsep dirinya.
Saat
pengkajian :
Klien pasrah terhadap masalah
kesehatan yang dialaminya sekarang ini.
-
Harga diri : klien tidak dapat berinteraksi dan pasien yang lain,
-
Ideal diri : klien ingin segera sembuh dan dapat melakukan aktivitasnya
seperti biasa
-
Identitas diri : klien adalah seorang wanita berusia 21 tahun dan menikah
-
Gambaran diri : klien adalah seorang wiraswata
-
Koping :
klien mengatakan jika sedang strees yang dilakukan adalah tidur
-
Stresor di RS : tidak ada
-
Dukungan : suaminya.
Masalah
keperawatan yang muncul : -
l.
Spiritual
Sebelum
masuk RS :
Klien adalah seorang muslim. Ketika
beribadah, masih jarang-jarang dan beribadah hanya di rumah.
Saat
pengkajian :
Klien tidak melaksanakan ibada..
Masalah
keperawatan yang muncul : -
m.
Rekreasi
Sebelum
masuk RS :
Klien tidak pernah berekreasi ke
suatu tempat tertentu. Kegiatan rekreasinya adalah ketika ada ia melakukan
suatu pekerjaan
Saat
pengkajian :
klien memenuhi kebutuhan
rekreasinya dengan berinteraksi dengan keluarga
n.
Rasa
aman dan nyaman
Sebelum
masuk RS :
Kebutuhan rasa aman nyaman klien
terpenuhi
Saat
pengkajian :
Klien mengalami nyeri diseluruh
lapang tubuh.
Pemicu/Provoking : saat bergerak
dan mengubah posisi
Kualitas/Qualitiy : nyeri
seperti di remas-remas
Lokasi/Region : perut
kuadran kiri bawah dan ulu hati
Skala/Severity : 5 dari 10
Intensitas/Time : nyeri terus
menerus, biasanya bertambah ketika merubah posisi tidur atau bergerak
Lain-lain : klien terlihat meringis kesakitan menahan
sakit saat bergerak atau merubah posisi, klien terlihat fokus pada lokasi nyeri
dan wajah klien terlihat tegang.
Masalah
keperawatan yang muncul : Nyeri
o.
Aktualisasi
diri
Sebelum
masuk RS :
Orang terdekat dengan klien adalah
ibunya, klien berinteraksi dengan semua tetangga dan teman-temannya di tempat
kerja.
Saat
pengkajian :
Klien berinteraksi keluarga.
9. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal
|
Jenis pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai normal
|
Kesan
|
Rasional
|
10
mei 2013
|
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Index
eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
Hitung
jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Kimia
klinik
Glukosa
darah sewaktu
SGOT
SGPT
|
10, 5 g/dl
33
%
16,1. 103/ul
412.
103/ul
4,52.
104/ul
73,8 /um
23,2 pg
31,4 g/dl
17,4
%
6,0 fl
52
%
0,40
%
0,40
%
88,60 %
8,40 %
1,10
%
121
mg/dl
79 u/L
231 u/L
|
13,5
– 17,5 g/dl
35
– 45 %
4,4
– 11,3 /ul
150
– 450 /ul
4,50
– 5,90 /ul
80,0
– 96,0 /um
28,0
– 33,0 pg
33,0
– 36,0 g/dl
11,6
– 14,6 %
7,2
– 11,1 fl
25
– 65 %
0
– 4 %
0
– 1 %
55
– 80 %
22
– 44 %
0
– 7 %
60
– 140 mg/dl
0
– 35 u/L
0
– 45 u/L
|
normal
normal
normal
normal
normal
Normal
Normal
Normal
Normal
|
-
Hb
: biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari
rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik,
lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari
obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin,
dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
-
Leokosit
: dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau
sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan
postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid,
kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa
antibiotik lainnya.
-
MCV
-
MCH
-
MCHC
: terjadi pada defisiensi zat besi
-
MPV
:
-
Netrofil
:
-
Limfosit
:
-
SGOT
: menunjukkan adanya kerusakan jaringan terutama pada hati dan jantung.
-
SGPT
: Peningkatan dalam serum mengindikasikan telah terjadi kerusakan pada hati,
hal ini di tunjang dengan terasanya hati dengan 3 jari
|
10. Terapi
Jenis terapi
|
Dosis
|
Rute
|
Indikasi dan cara kerja
|
Kontra indikasi
|
Efek samping
|
Peran perawat
|
-Nacl0,9 %
- anvinovel
-
Ranitidin
-
Genta mycine
-
methylpredisolon
|
- 20 tpm
- 25 tpm (satu hari
sekali)
50mg/12 jam
80mg/
12 jam
124mg/
24 jam
|
Iv
Iv
Iv
iv
iv
|
-
Pengganti cairan plasma isotonic
yang hilang dan pengganti cairan pada konsdisi alkalosis hipokloremia
- Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
· Penderita GI
yang dipuasakan
·
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca
operasi)
· Stres
metabolik sedang
Gentamisin
merupakan suatu antibiotika golongan aminoglikosida yang aktif menghambat
kuman-kuman gram-positif maupun kuman gram-negatif termasuk kuman-kuman yang
resisten terhadap antimikroba lain, seperti Staphylococcus penghasil
penisilinase; Pseudomonas aeruginosa; Proteus; Klebsiella; E.coli. Mekanisme
kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein.
Indikasi:
Infeksi gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif
(Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi
kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan
septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis
dan tindakan bedah.
|
-
hipertonik uterus, hiponatremia,
retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi
renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Koma
hepatikum, gagal jantung kongestif, asidosis berat, gagal ginjal berat
Hipersensitif
terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain
|
-
Demam, iritasi atau infeksi pada
tempat injeksi, thrombosis atau flebitis yang meluas dari tempat injeksi.
-
-
|
-
Menginjeksi obat
-
Member informasi tentang terapi
yang diberikan
-
Memotivasi pasien agar
menjalankan terapi yang telah diprogramkan.
|
Methylprednisolone
Indikasi
:
-
Kelainan endokrin : insufisiensi adrenokortikal
(hydrocortisone atau cortisone merupakan pilihan pertama, kombinasi
methylprednilosolone dengan mineralokortikoid dapat digunakan); adrenal
hiperplasia kongenital; tiroid non-supuratif; hiperkalemia yang berhubungan
dengan penyakit kanker.
-
Penyakit rheumatik : sebagai terapi
tambahan dengan pemberian jangka pendek pada arthritis sporiatik, arthritis
rheumatoid, ankylosing spondilitis, bursitis akut dan subakut, non spesifik
tenosynovitis akut, gouty arthritis akut, osteoarthritis post-trauma, dan
epikondilitis.
-
Penyakit kolagen : systemik lupus
eritematosus, karditis rheumatik akut, dan sistemik dermatomitosis
(polymitosis).
-
Penyakit kulit : pemphigus, bullous
dermatitis herpetiformis, eritema multiforme yang berat (Stevens Johnson
sindrom), eksfoliatif dermatitis, mikosis fungoides, psoriaris, dan dermatitis
seboroik .
-
Alergi : seasonal atau perenial rhinitis
alergi, penyakit serum, asma bronkhial, reaksi hipersensitif terhadap obat,
dermatitis kontak dan dermatitis atopik.
-
Penyakit mata : corneal marginal alergi,
herpes zooster opthalmikus, konjungtivitis alergi, keratitis, chorioretinitis,
neuritis optik, iritis, dan iridosiklitis.
-
Penyakit pernafasan : sarkoidosis
simptomatik, pulmonary tuberkulosis pulminan atau diseminasi.
-
Kelainan darah : idiopatik purpura
trombositopenia, trombositopenia sekunder pada orang dewasa, anemia hemolitik,
eritoblastopenia, hipolastik anemia kongenital.
-
Penyakit kanker (Neoplastic disease) :
untuk terapi paliatif pada leukemia dan lympoma pada orang dewasa, dan leukemia
akut pada anak.
-
Edema : menginduksi diuresis atau remisi
proteinuria pada syndrom nefrotik.
-
Gangguan saluran pencernaan : kolitis
ulseratif dan regional enteritis.
-
Sistem syaraf : eksaserbasi akut pada
mulitipel sklerosis.
-
Lain-lain : meningitis tuberkulosa.
Kontraindikasi
:
Methylprednisolone dikontraindikasikan
pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersentitif terhadap komponen
obat.
Dosis
:
Dosis awal bervariasi antara 4–48
mg/hari tergantung pada jenis dan beratnya penyakit, serta respon penderita.
Pada penderita usia lanjut : Pengobatan
pada penderita usia lanjut, khususnya dengan jangka lama harus direncanakan
terlebih dahulu, mengingat resiko yang besar dari efek samping kortikosteroid
pada usia lanjut, khususnya osteoporosis, diabetes, hipertensi, rentan terhadap
infeksi dan penipisan kulit.
Pada anak-anak : Dosis umum pada
anak-anak harus didasarkan pada respon klinis dan kebijaksanaan dari dokter
klinis. Pengobatan harus dibatasi pada dosis minimum dengan periode yang
pendek, jika memungkinkan, pengobatan harus diberikan dalam dosis tunggal
secara ADT.
Efek
samping :
Efek samping berikut adalah tipikal
untuk semua kortikosteroid sistemik. Hal-hal yang tercantum di bawah ini
tidaklah menunjukkan bahwa kejadian yang spesifik telah diteliti dengan
menggunakan formula khusus.
-
Gangguan pada cairan dan elektrolit :
Retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung kongestif, kehilangan kalium pada
pasien yang rentan, hipokalemia alkalosis, hipertensi.
-
Jaringan otot : steroid miopati, lemah
otot, osteoporosis, nekrosis aseptik, keretakan tulang belakang, keretakan
pathologi.
-
Saluran pencernaan : ulserasi peptik
dengan kemungkinan perforasi dan perdarahan, pankretitis, ulserasi esofagitis,
perforasi pada perut, perdarahan gastrik, kembung perut. Peningkatan Alanin
Transaminase (ALT, SGPT), Aspartat Transaminase (AST, SGOT), dan Alkaline
Phosphatase telah diteliti pada pengobatan dengan kortikosteroid. Perubahan ini
biasanya kecil, tidak berhubungan dengan gejala klinis lain, bersifat reversibel
apabila pemberian obat dihentikan.
-
Dermatologi : mengganggu penyembuhan
luka, menipiskan kulit yang rentan, petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah,
banyak keringat.
-
Metabolisme : Keseimbangan nitrogen yang
negatif sehubungan dengan katabolisme protein. Urtikaria dan reaksi alergi
lainnya, reaksi anafilaktik dan reaksi hipersensitif. dilaporkan pernah terjadi
pada pemberian oral maupun parenteral.
-
Neurologi : Peningkatan tekanan
intrakranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri, dan epilepsi.
-
Endokrin : Menstruasi yang tidak
teratur, terjadinya keadaan „cushingoid“, supresi pada pitutary-adrenal axis,
penurunan toleransi karbohidrat, timbulnya gejala diabetes mellitus laten,
peningkatan kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes,
menghambat pertumbuhan anak, tidak adanya respon adrenokortikoid sekunder dan
pituitary, khususnya pada saat stress atau trauma, dan sakit karena operasi.
-
Mata : Katarak posterior subkapsular,
peningkatan tekanan intrakranial, glaukoma dan eksophtalmus.
-
Sistem imun : Penutupan infeksi, infeksi
laten menjadi aktif, infeksi oportunistik, reaksi hipersensitif termasuk
anafilaksis, dapat menekan reaksi pada test kulit.
Ranitidine
Indikasi
:
-
Pengobatan jangka pendek tukak usus 12
jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis.
-
Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan
tukak usus 12 jari, tukak lambung.
-
Pengobatan keadaan hipersekresi
patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik).
-
Ranitidine injeksi diindikasikan untuk
pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau
ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka
pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.
Kontraindikasi
:
Penderita yang hipersensitif terhadap
Ranitidine.
Dosis
:
Ranitidine injeksi
Injeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran)
tiap 6 – 8 jam.
Injeksi i.v. : intermittent.
Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6
– 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi
i.v. lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL
(total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan
waktu 5 menit).
Intermittent infusion : 50 mg (2 mL)
tiap 6 – 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan
i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5
mg/mL (total volume 100 mL).
Kecepatan infus tidak lebih dari 5 – 7
mL/menit (dengan waktu 15 – 20 menit).
Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine
diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan
diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom
Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan
dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga
diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1
mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita.
Efek
samping :
-
Sakit kepala
-
Susunan saraf pusat, jarang terjadi :
malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.
-
Kardiovaskular, jarang dilaporkan :
aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature
ventricular beats.
-
Gastrointestinal : konstipasi, diare,
mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis.
-
Muskuloskeletal, jarang dilaporkan :
artralgia dan mialgia.
-
Hematologik : leukopenia,
granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa penderita).
Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia
aplastik pernah dilaporkan.
Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam, eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.
Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam, eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.
B.
ANALISA
DATA
Nama
: ny. S No.
RM : 0182668
Umur
: 21 tahun Diagnosa : Pemfigus vulgaris
No.
|
Tanggal/Jam
|
Data fokus
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
20
mei 2013
09.00
|
DS
:
-
klien mengatakan seluruh tubuh nya
sakit
DO :
-
kulit klien terlihat terdapat
lesi bula, krusta
mukosa bibir kering
|
Defisit
imunologi
|
Kerusakan
intergritas kulit
|
2.
|
20
mei 2013
12.30
|
DS
:
Klien
mengatakan sakit diseluruh tubuh
DO
:
-
Klien terlihat gelisah
-
Pemicu/Provoking : saat
bergerak dan mengubah posisi
-
Kualitas/Qualitiy : nyeri seperti di
remas-remas
-
Lokasi/Region : seluruh lapag
tubuh
-
Skala/Severity : 5 dari 10
-
Intensitas/Time : nyeri terus
menerus, biasanya bertambah ketika merubah posisi tidur atau bergerak
|
Proses
inflamasi
|
Nyeri
akut
|
3.
|
20
mei 2013
12.00
|
DS
:
Klien
mengatakan tidak nafsu makan karena sariawan.
DO
:
-
Berat badan sebelum sakit : 49 kg
-
Berat badan saat pengkajian : 45
kg
-
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 22.64 ( kurang)
Kerusakan integritas kulit
mempengaruhi kecepatan penguapan
Kehilangan cairan aktif saat bula
pecah
|
Intake
kurang dari kebutuhan dan kehilangan cairan aktif
|
Resiko
ketidakseimbangan nutrisi cairan kurang dari kebutuhan tubuh
|
C.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi
2.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan proses penyakit
3.
Ketidakseimbangan nutrisi cairan kurang
dari pemenuhan kebutuhan tubuh b.d intake kurang dan kehilangan cairan aktif.
D.
INTERVENSI
Tanggal/Jam
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Paraf
|
20 mei 2013
|
Nyeri
akut
|
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3 x 24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria
hasil:
-
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
-
Melaporkan bahwa nyeri berkurang
-
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-
Tanda
vital dalam rentang normal
|
NIC :
-
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-
Berikan yang posisi nyaman
-
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
-
Anjurkan untuk banyak
istirahat
-
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
|
Abi
|
20
mei 2013
|
Kerusakan integritas
kulit
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 24 jam, masalah kerusakan integritas
kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil:
-
Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)
-
Tidak terdapat lesi bula,
krusta
-
Nyeri berkurang
-
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
|
NIC : Pressure Management
-
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar/ tidak memakai pakaian sama sekali.
-
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
-
Anjurkan pasien mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali (jika
memungkinkan)
-
Monitor
kulit akan adanya lesi bula, krusta
-
Monitor
status nutrisi pasien
|
Abi
|
20
mei 2013
|
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam tidak terjadi masalah ketidakseimbangan nutrisi dengan indikator:
-
Nafsu makan klien meningkat
-
Mual (-)
-
Mukosa bibir lembab
-
Hb meningkat
|
-
Kaji
adanya alergi makanan
-
Monitor adanya penurunan BB
-
Monitor
lingkungan selama makan
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
-
Monitor
mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nutrisi
-
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
Kolaborasi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian diit
-
Kolaborasi pemberian cairan lewat
infuse
|
Abi
|
E.
IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam
|
No. DX.
|
Implementasi
|
Respon
|
Paraf
|
20 mei 2013
13.00
13.05
13.10
13.15
13.20
13.30
13.45
|
I
|
-
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-
Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-
Memberikan yang posisi nyaman
-
Mengajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
-
Menganjurkan untuk banyak
istirahat
-
Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
|
0
:
S:
-
Pemicu/Provoking : saat bergerak
dan mengubah posisi
-
Kualitas/Qualitiy : nyeri seperti
di remas-remas
-
Lokasi/Region : perut seluruh
lapang tubuh
-
Skala/Severity : 5 dari 10
-
Intensitas/Time : nyeri terus
menerus, biasanya bertambah saat
merubah posisi tidur atau bergerak
S
:
O
: klien terlihat gelisah dan kurang kooperatif
S
:
O
: lingkungan terlihat tenang
S
: klien terlihat lebih rileks
O
: memberikan posisi miring
S
: klien bersedia menggunakan teknik relaksasi
O
: Klien melakukan teknik relaksasi
S
: klien bersedia untuk istirahat lebih banyak
O
: klien bersiap untuk istirahat
S
:
O
: TD : 110/70 mmHg, HR : 96x/menit, RR : 24x/menit, S : 370C.
|
Abi
|
20 mei 2013
09.45
09.48
09.50
09.55
12.00
|
II
|
-
Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang longgar
-
Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
-
Menganjurkan pasien mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
-
-
Memonitor
kulit terdapat lesi bula, krusta
-
Memonitor
status nutrisi pasien
|
S
: klien bersedia tidak memakai pakaiaan
O
: keluarga mendukung klien klien
S
: keluarga klien bersedia menjaga kebersihan kulit
O
: -
S
: klien tidak bersedia mobilisasi tiap 2 jam sekali
O
: banyaknya luka menyebabkan pemindahan posisi tidak memungkinkan.
S
:
O
terdapat lesi bula, krusta
S
:
O
: diit lunak TKTP
|
Abi
|
20 mei 2013
12.00
12.05
12.08
12.10
12.12
12.20
12.22
12.25
12.30
|
III
|
-
Kaji
adanya alergi makanan
-
Monitor adanya penurunan BB
-
Monitor
lingkungan selama makan
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
-
Monitor
mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nutrisi
-
Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
|
S
: klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
O
: tidak ada tanda-tanda alergi sesudah makan
S
:
O
: BB sebelum : 59 kg, BB sekarang : 54 kg
S
:
O
: lingkungan terlihat tenang dan nyaman
S
:
O
: turgor kulit < 2 detik
S:
O
: rambut terlihat kusam
S :
O : klien tidak mual muntah
S :
O : Conjunctiva anemis, mukosa bibir
kering
S :
O : porsi makan klien tidak habis
S : klien mengerti dan berusaha untuk
makan
O : terlihat klien ingin istirahat
|
Abi
|
21 mei 2013
09.00
09.08
09.10
09.15
09.18
|
I
|
-
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-
Memberikan posisi nyaman
-
Menganjurkan untuk banyak
istirahat
-
Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
|
-
S : Pemicu/Provoking : saat
bergerak dan mengubah posisi
-
Kualitas/Qualitiy : nyeri seperti
di remas-remas
-
Lokasi/Region : seluruh
lapang tubuh
-
Skala/Severity : 5 dari 10
Intensitas/Time :
nyeri terus menerus, biasanya
bertambah saat merubah posisi tidur atau bergerak
O:
S
:
O
: lingkungan terlihat tenang
S
: klien terlihat lebih rileks
O
: memberikan posisi miring
S
: klien bersedia untuk istirahat lebih banyak
O
: klien bersiap untuk istirahat
S
:
O
: TD : 100/60 mmHg, HR : 88x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C.
|
Abi
|
21 mei 2013
09.30
09.35
09.40
09.45
|
II
|
-
Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang longgar
-
Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
-
Menganjurkan pasien mobilisasi (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
-
Memonitor
kulit aka nada nya lesi bula dan krusta
|
S
: klien bersedia tidak memakai pakaian
O
: keluarga mendukung klien
S
: keluarga klien bersedia membantu menjaga kebersihan kulit
O
: klien kurang kooperatif
S
: klien tidak bersedia mobilisasi tiap 2 jam sekali
O
: keadaan klien belum memungkinkan
S
:
O
: terdapat lesi krusta dan bula
|
Abi
|
21 mei 2013
12.00
12.05
12.08
12.10
12.14
12.30
08.00
|
III
|
-
Kaji
adanya alergi makanan
-
Monitor
lingkungan selama makan
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor
mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nutrisi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
|
S
: klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
O
: tidak ada tanda-tanda alergi sesudah makan
S
:
O
: lingkungan terlihat tenang dan nyaman
S
:
O
: turgor kulit < 2 detik
S :
O : perut klien sudah tidak kembung
S :
O : Conjunctiva anemis, mukosa bibir
kering
S :
O : porsi makan klien sudah habis ¼ porsi
S :
O : diit lunak TKTP
|
Abi
|
22 mei 2013
09.00
09.08
09.10
09.15
09.18
|
I
|
-
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
-
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-
Memberikan posisi nyaman
-
Menganjurkan untuk banyak
istirahat
-
Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
|
-
S : Pemicu/Provoking : saat
bergerak dan mengubah posisi
-
Kualitas/Qualitiy : nyeri seperti
di remas-remas
-
Lokasi/Region : seluruh
lapang tubuh
-
Skala/Severity : 5 dari 10
Intensitas/Time :
nyeri terus menerus, biasanya
bertambah saat merubah posisi tidur atau bergerak
O:
S
:
O
: lingkungan terlihat tenang
S
: klien terlihat lebih rileks
O
: memberikan posisi miring
S
: klien bersedia untuk istirahat lebih banyak
O
: klien bersiap untuk istirahat
S
:
O
: TD : 100/60 mmHg, HR : 88x/menit, RR : 20x/menit, S : 360C.
|
Abi
|
21 mei 2013
12.00
12.05
12.08
12.10
12.14
12.30
08.00
|
III
|
-
Kaji
adanya alergi makanan
-
Monitor
lingkungan selama makan
-
Monitor
turgor kulit
-
Monitor
mual dan muntah
-
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
-
Monitor intake nutrisi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
|
S
: klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan
O
: tidak ada tanda-tanda alergi sesudah makan
S
:
O
: lingkungan terlihat tenang dan nyaman
S
:
O
: turgor kulit < 2 detik
S :
O : perut klien sudah tidak kembung
S :
O : Conjunctiva anemis, mukosa bibir
kering
S :
O : porsi makan klien sudah habis ¼
porsi
S :
O : diit lunak TKTP
|
Abi
|
F.
EVALUASI
Tanggal/Jam
|
No. Dx.
|
Evaluasi
|
Paraf
|
20 mei 2013
|
I
|
S
: klien mengatakan nyeri perut sudah mulai berkurang
O :
-
Pemicu/Provoking : -
-
Kualitas/Qualitiy : -
-
Lokasi/Region : -
-
Skala/Severity : 5 dari 10
-
Intensitas/Time : -
A
: masalah nyeri teratasi belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi
-
Memberikan posisi nyaman
-
Menganjurkan teknik relaksasi
|
Abi
|
20 mei 2013
|
II
|
S
: klien mengatakan tubuh klien masih nyeri
O
: lesi krusta dan bula masih terlihat,
mukosa bibir kering
A
: masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi
-
Menganjurkan menjaga kebersihan
kulit
-
Mengajurkan mobilisasi tiap 2 jam
-
Menganjurkan memakai pakaian
longgar
|
Abi
|
26 april 2013
|
III
|
S
: klien mengatakan nafsu makan mulai ada
O
: porsi makan klien habis ¼ porsi, mukosa bibir kering. Conjunctiva anemis
A
: masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P
: lanjutkan intervensi
-
Kolaborasi diit lunak TKTP
-
Kaji adanya alergi, mual muntah
|
Abi
|
21 mei 2013
|
I
|
-
S : Pemicu/Provoking : -
-
Kualitas/Qualitiy : seperti diremas-remas,
perih
-
Lokasi/Region : seluruh lapang tubuh
-
Skala/Severity : 5 dari 10
-
Intensitas/Time : terus menerus
O
: klien terlihat gelisah
A
: masalah nyeri belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi intervensi
|
Abi
|
21 mei 2013
15.30
|
II
|
S
: -
O
: bula krusta dan lesimasih terlihat di seluruh tubuh klien
A
: masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P
: Lanjutkan intervensi
-
Monitor adanya bula krusta dan
lesi
-
Anjurkan mobilisasi tiap 2 jam
-
Anjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan kulit
|
Abi
|
21 mei 2013
|
III
|
S
: klien mengatakan nafsu makannya sudah kembali
O
: klien dapat mengahabiskan makanan 1/3 porsi, mukosa bibir lembab
A
: resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi
-
Kolaborasi diit lunak TKTP
|
Abi
|
22 mei 2013
|
I
|
-
S : Pemicu/Provoking : -
-
Kualitas/Qualitiy : seperti
diremas-remas, perih
-
Lokasi/Region : seluruh lapang tubuh
-
Skala/Severity : 5 dari 10
-
Intensitas/Time : terus menerus
O
: klien terlihat gelisah
A
: masalah nyeri belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi intervensi
|
Abi
|
22 mei 2013
|
II
|
S
: klien mengatakan masih nyeri
O
: masih terdapat lesi krusta dan bula
A
: masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi
|
Abi
|
22 mei 2013
|
III
|
S
: keluarga klien mengatakan klien habis setengah porsi
O
:
A
: masalah belum teratasi
P
: lanjutkan intervensi
Diet TKTP
|
Abi
|
No comments:
Post a Comment