PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
A. Penjelasan
umum
Mahasiswa harus aktif, belajar secara mandiri, mencari
sumber literatur atau informasi sendiri dalam belajar dengan sistem PBL ( Problem Based Learning). Tutor hanya
akan berperan sebagai fasilitator dan
pengarah. Motivasi dan keaktifan sangat menentukan hasil studi. Permasalahan /kasus terbagi dalam 4 bagian
yaitu keperawatan medikal/bedah – gawat darurat, maternitas, anak dan jiwa.
Dimana kasus-kasus tersebut akan dibahas
dari sudut pandang keperawatan
sesuai bagian dari kasus dan memperhatikan segi
kebutuhan dasar manusianya,
proses keperawatan mulai dari pengkajian hingga implemetasi dan evaluasi
serta dibahas tentang bagaimana keperawatan
keluarga atau komunitas.
B. Panduan
untuk peserta pembelajaran
1.
Peserta
pembelajaran ini adalah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan mata ajar PKKDM
III.
2.
Mahasiswa
akan dibagi menjadi 6 kelompok besar
3.
Setiap
kelompok akan mendapatkan satu kasus sesuai bagian yang telah ditentukan.
4.
Setiapkan
kelompok akan melakukan pembelajaran berdasarkan masalah yang telah ditentukan
dengan cara mengembangkan materi yang
dapat membekali mahasiswa sehingga dapat
membuat asuhan keperawatan yang komprehensip.
5.
Presentasi akan dilakukan oleh dua kelompok yang
telah ditentukan.
6.
Kelompok presentan akan menjadi sumber dari
pembelajaran berdasarkan masalah.
7.
Saat presentasi kelompok yang lain harus bersifat
aktif untuk berpartisipasi dalam pengembangan pembahasan materi dari permasalahan
yang telah dibahas oleh kelompok presentan.
8.
Sistem evaluasi yang akan dilakukan adalah :
a.
Ketajaman
pembahasan : 50%
b.
Keaktifan
peserta : 30%
c.
Kerjasama :
20%
C. Tata
cara belajar berdasarkan masalah
Belajar berdasarkan masalah
mengharuskan mahasiswa mencermati setiap kasus yang diberikan dengan cara-cara ;
1.
Klarifikasi
istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah (clarify terms).
2.
Membuat
daftar masalah
Masalah dapat berupa istilah,
fakta, fenomena yang harus dikembangan
oleh kelompok lebih lanjut dan lebih mendalam. Cara yang mudah adalah
dengan cara membuat daftar pertanyaan sebanyak mungkin terhadap istilah, konsep, fakta, atau
fenomena yang didapatkan dari permasalahan dalam modul.
3.
Menganalisa
masalah
Kelompok berdiskusi mengenai masalah-masalah yang
sudah didaftar dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan dengan bantuan
beberapa literatur di perpustakaan.
4.
Mendaftar semua penjelasan pada poin 3 secara
sistematik.
Kelompok harus menjelaaskan
dan mendiskusikan masalah-masalah yang timbul pada poin 3. Bilamana masih ada
penjelasan yang kurang atau belum dimengerti maka dijadikan sasaran belajar dan kemudian buatlah
secara sistematik.
5.
Menetapkan
sasaran belajar
Berdasarkan poin 4 kelompok
harus menentukan ;
·
Apa saja yang harus dipelajari ( sebagai patokan umum dapat dilihat sesuai
dengan TIU dan TIK dan kelompok harus dapat memperluas masalah.
·
Mencari
berbagai literatur sebagai sumber pembelajaran
·
Kelompok menetukan siapa yang akan mempresentasikan
6.
Belajar
mandiri
Semua anggota kelompok harus terlibat dalam
pengembangan masalah yang dapat
dilakukan secara mandiri individu atau
berkelompok sesuai topik topik yang harus dikembangakan oleh setiap
anggota kelompok. Kedalaman materi pembahasan permasalahan akan ditentukan oleh
anggota kelompok itu sendiri dalam kelompoknya.
7.
Sintesis hasil belajar dan uji dalam kelompok
Setelah anggota kelompok
belajar secara mandiri kelompok harus
berkumpu untuk mendiskusikan materi dan persiapkan presentasi di depan kelas.
D. Panduan
untuk tutor
Pada pertemuan pertama
·
Tutor akan menyampaikan permasalahan untuk setiap
kelompok
·
Tutor akan menjelaskan apa yang harus dikerjakan
oleh setiap kelompok dan kelompok
mengerajkan permasalahan sesuai dengan 7
langkah yang ada di petunjuk.
·
Tutor hanya bersifat fasilitator dalam diskusi
kelompok.
Pada pertemuan kedua
·
Pada saat kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tutor akan menjadi
fasilitator.
·
Tutor akan mengarahkan apabila ada kesulitan saat
berjalannya diskusi/presentasi.
UNIT
I
PROSES KEPERAWATAN
Adalah....
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : ……………………..……….
1. BIODATA
Nama (inisial)
|
:
|
|
Umur
|
:
|
|
Jenis kelamin
|
:
|
|
Agama
|
:
|
|
Suku
|
:
|
|
Status
|
:
|
|
Pekerjaan
|
:
|
|
Alamat
|
:
|
|
Tgl Masuk
|
:
|
|
No. Register
|
:
|
|
Dx medis
|
:
|
|
2. RIWAYAT
KESEHATAN
- Riwayat
Penyakit Sekarang
- Alasan datang
- Keluhan utama
- Riwayat
Penyakit Dahulu.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
- Riwayat
penyakit keluarga
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
3. POLA
FUNGSIONAL/kebutuhan biologis
- Kebutuhan
oksigenasi.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Kebutuhan nutrisi (makanan dan cairan)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Kebutuhan
aktivitas.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Pola
istirahat dan tidur.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Pola
eliminasi.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Rasa
aman dan nyaman.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Integritas
Ego.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Pengetahuan
/ pembelajaran.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
- Pola
interaksi sosial/keluarga.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Psikologis
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Spiritual
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum
Tampak
sakit
Pucat
Sesak
Kejang dll
Tk. Kesadaran
Kualitatif
Kuantitatif
Vital Signs
Tekanan darah
Nadi
Respiratory Rate
Suhu
Kulit
Warna
Turgor
Pigmen
Kelembaban
Petechie dll
Kepala
Bentuk
Lain-lain
Mata
Ptosis
Exopthalmus
Palpebra
Conjuntiva
Lensa
Gerak bola
mata
Tekanan IO
Lapang
pandang
Sclera
Pupil dll
Telinga
Membran timpani
Pendengaran
Mastoid
Lain-lain
Hidung
Rongga hidung
Mukosa
Sputum
Cuping Hidung
Mulut
Bibir,gusi,
Mukosa
pipi
Palatum,
Gigi
Lidah dll
Tenggorokan
Tonsil
Pharing
Lain-lain
Leher
Pemb. Darah
Desakan vena
Trakea
Kel. Tiroid
Limponadi
dll
Dada
Bentuk
Simetri
Pernafasan
Benjolan
Pernanahan
Putting
susu
Suara
napas dll
Jantung
Apeks
Pulsasi
Rate
Ritme
Bunyi jantung
Bising dll
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genetalia
Scrotum
Testis
Vagina
Uterus
Luka dll
Ekstremitas
Warna
Udem
Luka
Tremor
Clubbing
Kapiler
refill dll
Neurologik
Status mental
Syaraf otak
Sensoris
Refleks
Motorik
Lain-lain
Recto-anal
Columna vertebralis
Lain-lain
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a. Laboratorium
darah, urin, faces, dahak dll
b. Pemeriksaan
diagnostik
TERAPI
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah ( Carpenito,
2000).
Diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah
kesehatan actual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
(NANDA).
PERBEDAAN DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DIAGNOSA
MEDIS
Diagnosa
Medis
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Fokus:
faktor2 pengobatan penyakit.
|
Fokus:
reaksi/respon klien thd tindakan keperawatan & tindakan medis/lainnya.
|
Oientasi:
keadaan patologis.
|
Orientasi: kebutuhan dasar individu.
|
Cenderung
tetap mulai sakit sampai sembuh.
|
Berubah sesuai perubahan respon
klien.
|
Mengarah pada tindakan medis yg sebagian dilimpahkan
kepada perawat.
|
Mengarah
pada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan dan evaluasinya.
|
Dx medis melengkapi Dx keperawatan.
|
Diagnosa
keperawatan melengkapi Dx medis.
|
Tujuan
diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi:
- Masalah dimana adanya
respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
- Faktor-faktor yang
menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
- Kemampuan klien untuk
mencegah atau menyelesaikan masalah.
Langkah-langkah
diagnosa keperawatan:
1. Klasifikasi
dan analisa data.
2. Interpretasi
data.
3. Validasi data.
4. Perumusan
diagnosa keperawatan.
KLASIFIKASI
DAN ANALISA DATA
Pengelompokan data adalah
mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami
permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan criteria permasalahannya.
Pengelompokan
data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan atau
pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982).
RESPON MANUSIA (TAKSONOMI NANDA) :
- Pertukaran.
- Komunikasi.
- Berhubungan.
- Nilai-nilai.
- Pilihan
- Bergerak.
- Penafsiran.
- Pengetahuan.
- Perasaan.
POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON) :
- Persepsi kesehatan :
pola penatalaksanaan kesehatan.
- Nutirsi
: pola metabolisme.
- Pola
eliminasi.
- Aktifitas
: pola latihan.
- Tidur
: pola istirahat.
- Kognitif
: pola perceptual.
- Persepsi
diri : konsep diri.
- Peran
: pola berhubungan.
- Seksualitas
: pola reproduksi.
- Coping
: pola toleransi stress.
- Nilai
: pola keyakinan.
INTERPRETASI DATA / IDENTIFIKASI KELEBIHAN MASALAH KLIEN
1. Menentukan
kelebihan klien.
Jika klien
memenuhi standar criteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan
dalam hal tertentu dan kelebihan tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan
atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
2. Menentukan
masalah klien.
Jika klien tidak memenuhi standar criteria, maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3.
Menentukan
masalah klien yang pernah dialami.
Pada tahap ini penting untuk menentukan masalah potensial klien.
4. Penentuan
keputusan.
a.
Tidak ada masalah
tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan).
·
Tidak ada
indikasi respon keperawatan.
·
Meningkatnya
status kesehatan dan kebiasaan.
·
Adanya inisiatif
promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Masalah yang
kemungkinan.
·
Pola
mengumpulkan data yang lengkap untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang
diduga.
c. Masalah actual
atau resiko atau sindrom.
·
Tidak mampu
merawat karena klien menolak masalah dan pengobatan.
·
Mulai desain
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi untuk mencegah, menurunkan atau
meyelesaikan masalah.
d. Masalah
kolaboratif.
·
Konsultasikan
dengan tenaga kesehatan professional yang kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut.
VALIDASI DATA
Validasi
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada
klien / keluarga tentang kejelasan interpretasi data.
PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut
Carpenito (2000), Diagnosa keperawatan dapat dibedakan mrnjadi 5 kategori:
1.
Dx Kep.
Actual.
Ø Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
Ø
Syarat
: harus ada unsure PES. Symptom harus memenuhi criteria mayor (80-100 %) dan
sebagian criteria minor dari pedoman diagnosa NANDA.
Ø Misal, data: muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari.
à Dx keperawatan : Kekurangan volume cairan tubuh b.d.
kehilangan cairan secara abnormal.
à Jika masalah semakin jelek dan mengganggu kesehatan
“perineal” à Resiko kerusakan kulit à Resiko diagnosa.
2.
Dx Kep.
Resiko,
Ø Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi
jika tidak dilakukan intervensi.
Ø
Syarat
: Adanya unsur PE.
Ø
Penggunaan
istilah “Resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan /
kerentanan terhadap masalah.
Ø Misal, Dx : Resiko ggn integritas kulit b.d. diare yang
terus menerus.
à Jika diduga Ggn konsep diri, tetapi data kurang
mendukung (definisi karakteristik / tanda & gejala) Ã Kemungkinan diagnosa.
3.
Dx Kep.
Kemungkinan .
Ø
Menjelaskan
perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
Ø
Masalah
dan factor pendukung belum ada tapi sudah ada factor yang dapat menimbulkan
masalah.
Ø
Syarat
: adanya unsur respon (problem) dan factor yang mungkin dapat menimbulkan
masalah tetapi belum ada.
Ø Misal, Dx. Kemungkinan Ggn konsep diri : rendah diri /
terisolasi b.d. diare.
4.
Dx Kep.
Wellness (kesejahteraan).
Ø
Merupakan
keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga dan atau masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih
tinggi.
Ø Ada 2 kunci yang harus ada:
(1)
Sesuatu yang menyenangkan
pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
(2)
Adanya status dan
fungsi yang efektif.
Ø
Pernyataan
diagnosa dituliskan “ potensial untuk peningkatan … “.
Ø Diagnosa ini tidak mengandung unsur berhubungan.
Ø Contoh: Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga.
Hasil yang diharapkan:
-
Makan pagi
bersama selama 5 hari/minggu.
-
Melibatkan anak
dalam pengambilan keputusan keluarga.
-
Menjaga
kerahasiaan setiap anggota keluarga.
5.
Dx Kep.
Sindroma.
Ø
Merupakan
diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa actual dan resiko tinggi yang
diperkirakan akan muncul / timbul karena suatu kejadian / situasi tertentu.
Ø
Manfaat
diagnosa keperawatan sindrom adalah agar perawat selalu waspada dan memerlukan
keahlian perawat dalam setiap melakukan
pengkajian dan tindakan keperawatan.
Ø Menurut NANDA ada 2 Dx keperawatan sindrom :
(1)
Syndroma trauma
perkosaan (Rape trauma syndrome).
Lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan gejala. Meliputi : cemas,
takut, sedih, ggn istirahat & tidur, dan resiko tinggi nyeri sewaktu
melakukan hubungan seksual.
(2)
Resiko sindroma
penyalahgunaan (Risk for Disuse Syndrome).
Contoh :
·
Resiko
konstipasi.
·
Resiko
perubahan fungsi pernafasan.
·
Resiko
infeksi.
·
Resiko
trombosis.
·
Resiko
gangguan aktivitas.
·
Resiko
perlukaan.
·
Kerusakan
mobilisasi fisik.
·
Resiko
gangguan proses Pikir.
·
Resiko
gangguan gambaran diri.
·
Resiko
ketidak berdayaan.
·
Resiko
kerusakan integritas jaringan.
PERENCANAAN
Adalah suatu tindakan perawat dimana klien sebagai focusnya, dengan tujuan
dan kriteria hasil serta intervensi keperawatan
untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan dalam
perencanaan
1.
Menetukan prioritas masalah keperawatan
2.
Menentukan tujuan
3.
Menentukan kriteria hasil
4.
Menyusun rencana keperawatan
5.
Mengkomunikasikan ke dalam NCP
(nursing care plan)
Agar perencanaan bisa komprehensip ada tiga tahapan dasar, yaitu initial
planning, on going planning dan discharge planning.
- Initial
planning
Dikembangkan oleh perawat
berdasarkan riwayat keperawatan dan pengkajian fisik.
- Ongoing
planning
Perencanaan yang dilakukan sesuia
interaksi perawat dan klien. Implementasi-analisa-data baru-harus ada
intervensi baru untuk mengatasi masalah baru.
- Discharge
planning
Perencanaan
pulang
PRIORITAS
Dalam
menentukan prioritas diagnosa keperawatan, dapat digunakan metoda ; kebutuhan hirarki maslow, konsep
triage, kebutuhan keamanan, kepentingan menurut kebutuhan klien sendiri.
1. Hirarki maslow
Aktualisasi
diri
|
Kemampuan
membut keputusan, koping yang baik, diterima orang lain
|
Harga
diri
|
Percaya
diri, menerima, dihargai orla, pertise.
|
Mencintai
dan
dicintai
|
Persahabatan,
hubungan interpersonal, bercinta.
|
Keamanan
dan
kenyamanan
|
Keamanan fisik dan psikologis. Bebas dari rs takut,
merasa terlindungi
|
Kebutuhan
fisiologi
|
Oksigen,
air, makanan
|
- Konsep
triage
- High
priority
Fisiologis
atau psokologis
Contoh ; kerusakan pertukaran gas, penurunan cardiac output, bersihan jalan
napas tidak efektif, tidak efektifnya koping individu.
- Intermediate
priority
Non
emergency-non life, kebutuhan untuk perawatan.
Contoh ;
nutrisi
- Low
priority
Tidak spesifik
terhadap kesakitan.
Contoh ; resiko infeksi karena rokok.
- Kebutuhan
keamanan
- menurut
Kepentingan klien
TUJUAN
Merupakan
Pernyataan spesifik tentang prilaku klien atau respon klien yang diharapkan dan
dapat diantisipasi dengan NCP.
Tujuan
merupakan petunjuk untuk memilih rencana intervensi yang akan dilakukan untuk
evaluasi.
Klien
merupakan fokus dalam menetukan tujuan,
komponen dalam tujaun adalah ;
S
pesifik
M easurable
A chievable
R ealistic
T ime
Tujuan yang ditetapkan harus mencakup
adanya perubahan tingkat kesejahteraan
dalam aktivitas sehari-hari, penampilan, pengambilan keputusan, memecahkan masalah, peningkatan
kognitif dan fungsi fisik atau fisiologis. Tujan juga dapat bersifat preventif
atau rehabilitatif.
KRITERIA HASIL
Merupakan
tolok ukur untuk mengevaluasi (Mager,
1985 ). Kriteria hasil selalu mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan dan resolusi penyebab dari diagnosa
keperawatan, respon dari kondisi klien
secara fisiologis, emosi, spiritual yang diharapakan terjadi adanya perubahan.
Penulisan
kriteria hasil harus mencakup :
q Klien sebagai
fokusnya
q Terdri atas
satu faktor
q Dapat diukur
q Dapat
diobservasi langsung
q Ada pembatasan
waktu
q Realistik
q Dapat dicapai
NURSING INTERVENSI
Merupakan
strategi atau tindakan untuk merubah tingkat kesehatan klien
Jenis
Inisiati /independent perawat
q
Merupakan respon
perawat terhadap kebutuhan perawatan klien dan diagnasa keperawatan.
q
Merupakan
autonomi perawat berdasarkan rasional ilmunya untuk menyelesaikan masalah dan
diagnosa keperawatan.
q
Contoh ;
intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien dengan diberikanya pendidikan kesehatan tentang topik tertentu.
q
Inisiatif perawat bukan merupakan perencananan dimana
hanya melakukan tindakan sesuai perintah
dari dokter atau tim kesehatan lainnya.
Inisiatif
/ dependent dokter
q
Berdasarkan dari
respon dokter terhadap diagnosa medis dan perawat melengkapi program.
q
Contoh ; medikasi, tindakan invasif, tindakan
diagnostik
Kolaborasi
/ inter dependent
q
Merupakan
kerjasma dengan professional tim kesehatan
q
Contoh ; klien
dengan stroke yang terjadi hemiplegi dan penurunan kognitif sehingga perlu
kerjasama dengan ahli fisioterapi.
IMPLEMENTASI
Adalah
aktifitas perawat untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil dari perawatan. (Iyer et al, a996)
Tujuan
dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.
Kegiatan
dalam implementasi
·
Melaksanakan
rencana keperawatan
·
Mengumpulkan data
lanjutan dan modifikasi kebutuhan klien
·
Mendokumentasikan
Praktik keperawatan terdiri dari
beberapa komponen, yaitu ;
·
Kognitif
Pengetahuan dari masing-masing intervensi, harus
mengetahui bagaimana fungsi tubuh yang normal dan abnormal baik fisiologi atau
respon psikologi
·
Interpersonal skill
Komunikasi dengan klien dan keluarga atau anggota tim
kesehatan lainnya
·
Psikomotor skill
Ketrampilan / perawatan langsung. Contoh ;
ganti balut, isap lendir, personal hygiene
Proses
implementasi
1.
Mengkaji ulang
keadaan klien
Mengkaji ulang keadaan klien apakah intervensi masih benar-benar harus
dilaksanakan.
2.
Mereview, menganalisa
dan modifikasi apa yang akan dilakukan dalam perencanaan.
Intervensi yang disusun berdasarkan data
dan masalah yang ditemukan,
perubahan sedikt saja tentang keadaan klien akan memerlukan modifikasi.
Sebelum melakukan tindakan, terlebih
dahulu melihat perencanaan, dan membandingkan data, masalah dan rencana apakah
sesuai dengan keadaan klien saat akan dilakukannya tindakan.
3.
Mengidentifikasi
asisten yang diperlukan
Sebelum melakukan tindakan perawat harus dapat menentukan apakah tindakan
tersebut memelukan bantuan orang lain
atu tidak. Contoh ; saat akan melakukan alih baring atau memindahkan
klien perawat akan memerlukan bantuan orang lain baik itu dari rekan kerja atau
keluarga klien.
4.
Implemantasi rencana tindakan
Implementasi yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain ;
a.
Membantu ADL
klien akan memerlukan bantuan perawatan karena keterbatasan yang
dialaminya. Seperti klien dengan kelemahan otot ekstremitas, koma dll. Mungkin
klien memerlukan bantuan yang bersifat temporary, intermitten dan
rehabilitasi. Perawat harus dapat membedakan klien mana yang benar-benar
memerlukan bantuan.
Contoh bantuan perawat ; ambulasi,
makan, minum, berpakaian, mandi, dll.
b. Pendidikan dan
Konseling
Adalah metode implementasi untuk
memecahkan masalah klien dan mengatasi
stress serta hubungan antara klien dengan orang lain. Konseling merupakan kelanjutan dari
pendidikan kesahatan. Konseling pada klien atau keluarga diharapkan dapat
merubah pengetahuan yang salah, prilaku yang kurang baik atau perasaan yang tidak enak. Sedangkan dalam pendidikan
hanya akan ada perubahan dalam pengetahuan saja. (Riedmen 1993).
Diharapkan klien dan keluarga akan
berpartisipasi dalam pencegahan penyakit dan kesakitan, recovery
kesehatan, belajar cara koping terhadap
perubahan fungsi. Keterlibatan ini sangat penting dalam efektifitas perawatan diri dan perubahan yang untuk mencapai tujuan .
c. Dukungan
terhadap perawatan langsung
untuk mencapai tujuan, maka perawat harus dapat ;
·
Mengantisipasi
dari dampak dari tindakan yang dilakukan.
Seperti perawat harus dapat melakukan
antisipasi dari reaksi yang merugikan. Seperti saat memberikan obat tertentu
mungkin klien alergi terhadap obat tersebut sehingga perawat harus dapat
mengenali gejala tersebut.
·
Melakukan
pencegahan
·
Menyiapkan
klien untuk prosedur
·
Tehnik
Administrasi dengan benar
·
Mendukung klien dalam mencapaian tujuan
Klien pasti memerlukan lingkungan
yang kondusif dimana klien merasa nyamandan aman, termotivasi, menerima terapi dan perawatan.
d.
Supervisi dan evaluasi
Mungkin ada beberapa tindakan yang dapat didelegasikan kepada perawat
assosiat. Delegasi adalah memberikan/mentransfer tanggung jawab aktifitas keperawatan dari satu individu ke individu yang lainnya.
Sebelum mendelegasikan
pelayanan keperawatan , ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti ;
q
Kondisi
klien saat didelegasikan
q
Kompleksisitas
aktivitas
q
Kapabiliti
UAP ( unlicensed assistive personnel)
q
Kemampuan
menerima beban yang lebih setelah menerima
delegasi
5.
Mengkomunikasikan
implemantasi dalam dokumentasi
Implementasi yang telah dilaksanakan harus dikomunikasikan, baik secara
lisan atau dokumentasi.
EVALUASI
Adalah
tahapan proses keperawatan yang merespon klien pada setiap tindakan
keperawatan dan pencapaian tujuan masalah.
adalah
perencanaan yang sistematis dalam membandingkan status kesehatan klien
dengan criteria hasil/tujuan. Dengan
pengukuran data obyektif klien , efektifitas kegiatan perawatan. ( Griffith dan Christensen,1982 dikutip oleh
Iyer, w et al )
Kegiatan
dalam Evaluasi
·
Mengukur
pencapaian tujuan klien
·
Mengiddetifikasi
factor yang mempengaruhi keberhasilan
atau kegagalan pencapaian tujuan
Dalam melakukan evaluasi ada tiga aspek mayor yaitu
apa yang akan dievaluasi ( what ), siapa yang melakukan
evaluasi ( who ) dan kapan evaluasi dilakukan ( when ).
Pengukuran
dan sumber evaluasi dalam pencapaian tujuan
Pada dasarnya perawatan merupakan bantuan
kepada klien untuk mengatasi masalah
kesehatan, mencegah terjadinya masalah, dan memeprtahankan status kesehatan.
Dalam
evaluasi perawat akan melihat perubahan secara fisiologi atau prilaku klien. Ada komponen tentang status kesehatan klien yang perlu
dievaluasi, yaitu ;
1. faktor kognitif (pengetahuan )
lingkup evaluasi ini adalah pengetahuan
klien tentang penyakitnya, mengontrol gejala, pengobatan, diet, aktifita,
persediaan alat yang diperoleh secara lisan atau tertulis.
2. afeektif (status emosional)
afekktif
merupakan penilaian yang subyektif
tentang perasaan yang klien rasakan. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan
observasi ( ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, non verbal dll) dan
feedback dengan tim kesehatan lainnya.
3.
psikomotor
evaluasi
lebih mudah dilakukan, karena langsung dapat diobservasi apa yang dilakukan
klien sesuai dengan tujuan dan kriteri hasil yang ditetapkan.
4.
perubahan
fungsi tubuh dapat
dilakukan pemeriksaan dan observasi langsung terhadap klien. Misalnya adany atanda peradangan pada luka dan tanda
vital yang berubah karena pengaruh tersebut.
Data yang telah ditemukan kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan. Sumber data utama dalam evaluasi adalah
klien. Tetapi perawat perlu mengali data
dari keluarga atau catatan kesehatan klien.
Tahapan dalam melakukan evaluasi ;
- mengidentifikasi
pernyataan tujuan
- mengkaji klien ( prilaku
dan respon baru )
- menganalisa dan
membandingkan antara criteria hasil
dengan respon klien.
- nyatakan apakah respon
klien sama dengan criteria hasil yang ada ( menyimpulkan hasil evaluasi)
- menganalisa hasil
evaluasi kemudian tentukan apa yang akan dilakukan ?
evaluasi yang sering dilakukan dengan menggunakan
komponen seperti ;
S ubyektif
|
; Data subyektif yang didapat
|
O byektif
|
; Data obyektif yang didapat
|
A nalisa
|
;
Analisa apakah data-data tersebut sudah sesuai dengan criteria hasil yang telah ditepkan
dan tujuan telah tercapai.
|
P lanning
|
; Rencana apa yang akan dilakukan dari hasil analisa tersebut
|
I
mplementasi
|
; Tindak
lanjut apa yang akan dilakukan
|
E valuasi
|
;
Evaluasi lagi tindakan yang dilakukan
|
R
eassessment
|
; Kaji ulang
|
ANA (american Nurses
association), ada tiga jenis evaluasi, yaitu ;
- Evaluasi
struktur
evaluasi struktur lebih berfokus pada lingkungan yang mempengaruhinya,
seperti ; fasilitas fisik, peralatan, karekteristik organisasi, kebijakan,
prosedur, sumber fisik dan personel.
- Eveluasi
proses
evaluasi
proses lebih berfokus pada prose dalam memberikan asuhan keperawata dari mulai
pengkajin hingga evaluasi
- Eveluasi
hasil
evaluasi ini
berfokus pada adanya perubahan tatus kesehatan klien atau akhir dari perawatan.
UNIT II
KONSEP KEPERAWATAN ANAK
DALAM KONTEKS KELUARGA
A.
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN
1.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali pengertian mengenai konsep keperawatan anak
2.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasi berbagai hal yang terkait dengan tumbuh kembang dan berbagai
kelainan patologis anak
3.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali berbagai hal yang terkait dengan proses tubuh kembang dan
proses penyakit dalam berbagai kelainan patologis pada anak
4.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali berbagai hal yang terkait dengan tanda dan gejala penyakit
dan kondisi patologis lainnya pada anak secara spesifik
5.
Mahasiswa dapat
merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada anak
6.
Mahasiswa dapat
membuat perencanaan dan mendemonstrasikan beberapa prosedur tindakan
keperawatan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan sebelumnya
7.
Mahasiswa dapat
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada anak
dengan berbagai kelainan patologis
8.
Mahasiswa dapat
menyusun discharge planning (perencanaan pulang) untuk perawatan lanjutan di
rumah.
B.
KONSEP SINGKAT
Pendahuluan
Derajat kesehatan sebuah negara di lihat dari tingkat
kematian dan kecacatan. Salah satu
penilaian yang digunakan untuk menilai tingkat kematian adalah dengan melihat
derajat kematian bayi (infant mortality rate) dan derajat kematian anak
(childhood mortality). Di negara berkembang ditemukan bahwa penyebab
kematian yang utama pada bayi adalah
terkait dengan berat saat lahir. Menurut Every dan First (1994) Berat badan
bayi lahir rendah (<2500gram) merupakan faktor utama penyebab kematian pada
bayi. Faktor lain yang meningkatkan resiko kematian pada bayi adalah meliputi
usia ibu, lama gestasi, tingkat pengetahuan/pendidikan ibu (Whaley and Wong,
2001). Sedangkan pada derajat kematian dan kecacatan pada anak yang banyak
terkait adalah adanya kecelakaan pada anak, bunuh diri, keracunan, dan
lain-lain. Hal-hal inilah yang harus menjadikan perhatian bagi perawat anak,
selain pada perawatan anak tidak boleh dipisahkan dengan keluarga sebagai
pengambil keputusan dan orang terdekatnya, serta adanya faktor tumbuh kembang
yang harus selalu diperhatikan oleh perawat anak.
Perawatan pada anak dalam konteks keluarga merupakan
fokus dari praktek perawatan anak. Untuk memperoleh anak-anak yang sehat, perlu
adanya promosi kesehatan pada keluarga mulai dari kehamilan ibu sampai dengan
anak tumbuh menjadi dewasa. Selama anak-anak ini tumbuh, mereka memerlukan
supervisi kesehatan dan support secara kontinue. Pada saat anak mulai matang,
maka siklus baru pun dimulai dan ini memerlukan dukungan tambahan. Peran
perawat anak dalam setiap fase, berfokus pada promosi kesehatan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak dan keluarganya dalam rentang sehat-
sakitnya. Sehingga anak tetap dapat mendapatkan stimulasi dalam tumbuh
kembangnya saat sehat maupun saat sakit.
Perawatan Pada Anak
Filosofi perawat anak adalah dengan melihat pada definisi
Perawat dan perawat berfokus pada keluarga. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
perawatan pada bayi dan anak harus konsisten dengan definisi dari keperawatan
sebagai “ diagnosa dan penatalaksanaan terhadap respon manusia baik aktual
maupun potensial dalam masalah kesehatannya”. Perawatan anak harus berfokus
pada keluarga (data pengkajian keperawatan harus memasukkan keluarga seperti
pada pengkajian individu).
Keperawatan pada anak dalam konteks keluarga, dipahami
bahwa keluarga sebagai hal yang tetap (konstan) dalam kehidupan anak. Perawatan
anak juga berfokus pada komunitas/masyarakat karena kesehatan keluarga
bergantung dan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selain itu perawatan anak
berorientasi pada riset, berdasarkan asuhan keperawatan, berperan sebagai advocate,
pemberian pendidikan kesehatan dan konseling. Dalam pemberian asuhan
keperawatan, perawat anak perlu memperhatikan beberapa faktor yang terkait
antara lain stress dari anak dan keluarga, perilaku personal,budaya dan
kepercayaan serta agama.
Peran Perawat Anak
Peran perawat anak sangat luas, karena ruang lingkup
perawat anak juga sangat luas. Ruang lingkup perawat anak (Adele Pilliteri,
1999) meliputi: 1) Perawatan pada anak selama masa perinatal (6 minggu sebelum
konsepsi sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran), 2) Perawatan pada anak
mulai bayi sampai remaja, 3) Perawatan pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan : klinik rawat jalan, PICU, dan di rumah.
Prinsip yang harus dipahami oleh perawat dalam meyakinkan
keluarga sebagai family – centered child health care, adalah
bahwa : 1) Keluarga merupakan bagian mendasar dari suatu masyarakat, 2)
Keluarga merupakan gambaran adanya perbedaan ras, suku, budaya, etnik dan
sosial ekonomi, 3) Anak tumbuh sebagai individu dan sebagai bagian dari
keluarga. Intervensi keperawatannya : Anjurkan keluarga untuk menggunakan
pelayanan yang ada di masyarakat; Anjurkan rooming
in dalam setting ruang rawat anak; Berpartisipasi aktif dalam discharge planning sejak awal; Anjurkan
keluarga dan sibling untuk kunjungan ke
RS dalam rangka meningkatkan kuntitas kontak dengan klien; Ikut dalam program
stimulasi tumbuh kembang selama perawatan; Libatkan keluarga dalam
pemberianasuhan keperawatan; Berikan informasi yang terkait dan libatkan
keluarga dalam pembuatan perencanaan untuk peningkatan kesehatan anak, sehingga
pelayanan keperawatan berbasis pada keluarga.
Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Anak
Standart
pelayanan perawatan anak dikembangkan dari tahun 1980 dalam Division of
Maternal Child Nursing Practice of American Nurses’ Association. Kerangka
kerja pada perawatan kesehatan anak menggunakan proses keperawatan, teori
keperawatan, dan riset keperawatan, dimana kesemuanya dilaksanakan ke keluarga
dengan anak didalamnya melalui empat tahapan : helath promotion, helath meintenance, health restoration dan health
rehabilitation. Standar proses keperawatan dalam asuhan keperawatan secara
komprehensif meliputi lima
tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosis keperawatan, indentifikasi tujuan dan
perencanaan, implementasi dan evaluasi tujuan yang telah dicapai. Sedangkan
untuk standar dalam penampilan profesional meliputi : Standart I : Kualitas
asuhan (Quality of care), Standart II : Performence appraisal,
Standart III: Pendidikan (education), Standart IV: Collegiality,
Standart V : Ethics, Standart VI : Collaboration, Standart VII : Research,
Standart VIII: Resource Utilization.
E. REFERENSI
-
Sutjiningsih
(1995), Tumbuh Kembang Anak, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
-
Sacharin Rosa M
(1996), Prinsip Keperawatan Pediatrik, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
-
Joice
(1999), Pengkajian Pediatrik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
-
Donna
L Wong, Caryn Stormer Hess, Christina Algiere Kasprisin (2003), Clinical
Manual of Pediatric Nursing 5th ed. Mosby, Philadelphia
-
Adele
Pillitteri (1999) Child Health Nursing : Care of The Child and Family,
Lippincott, Philadelphia
-
Asrining
Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma (2002), Perawatan Bayi Resiko
Tinggi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
MASALAH I
(KEPERAWATAN ANAK TERPADU)
Kasus Infeksi
Tujuan
Khusus Pembelajaran :
1.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali berbagai pengertian dari penyakit infeksi
2.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasi berbagai macam jenis penyakit infeksi yang terjadi pada anak
3.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali proses terjadinya infeksi dan cara-cara penyebaran penyakit
infeksi
4.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali tanda dan gejala penyakit infeksi secara spesifik
5.
Mahasiswa dapat
merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan penyakit infeksi
6.
Mahasiswa dapat
membuat perencanaan dan mendemonstrasikan beberapa prosedur tindakan
keperawatan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan sebelumnya
7.
Mahasiswa dapat
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada anak dengan
penyakit infeksi
8.
Mahasiswa dapat
menyusun discharge planning
(perencanaan pulang) untuk perawatan lanjutan di rumah.
Kasus
Anak R
umur 8 bulan menderita Bronkhopneumonia. Dari pemeriksaan tanda-tanda
vital didapatkan data RR : 56x/menit, HR
: 130x/menit, t : 380C. Saat pemeriksaan fisik terdengar suara ronchi basah
halus saat bernafas dan tampak retraksi epigastrial. Anak R mendapatkan terapi
O2 nasal 28%, infus D5% 20 tetes per menit, ampisilin 3 x 200mg,
Anak D
umur 14 bulan tampak lemah dan rewel. Anak D BAB sebanyak 6 kali dalam satu
hari dengan konsistensi cair, tanpa lendir dan darah serta muntah-muntah
sebanyak 3 kali. Ubun-ubun besar cekung, turgor kulit kurang, nafsu makan
berkurang. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data t : 36,80C,
RR : 28x/menit, HR : 118x/menit. Pada Anak D diberikan infus Kaen 3B 30 tetes
per menit.
Kasus non infeksi
Tujuan Khusus Pembelajaran :
1.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali berbagai pengertian dari penyakit non infeksi
2.
Mahasiswa dapat
mengidentifikasi berbagai macam jenis penyakit non infeksi yang terjadi pada
anak
3.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali proses terjadinya non infeksi
4.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali tanda dan gejala penyakit non infeksi secara spesifik
5.
Mahasiswa dapat
merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan penyakit non infeksi
6.
Mahasiswa dapat
membuat perencanaan dan mendemonstrasikan beberapa prosedur tindakan
keperawatan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan sebelumnya
7.
Mahasiswa dapat
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada anak dengan
penyakit non infeksi
8.
Mahasiswa dapat
menyusun discharge planning (perencanaan pulang) untuk perawatan lanjutan di
rumah.
Kasus
Anak A umur 6 tahun dirawat di bangsal Non Infeksi Ruang Anak RSDK dengan
sindroma nefrotik. Keadaan umumnya tampak bengkak seluruh tubuh. Dari
pemeriksan fisik didapatkan data konjungtiva anemis dan terdapatnya edema
periorbital. Pembesaran abdomen dan tidak nyeri tekan, capillary refill lebih dari 2 detik. Tanda-tanda vital menunjukkan
data HR : 100x/menit, RR : 24x/menit, t : 370C
Kasus bayi
risiko tinggi
Tujuan Khusus Pembelajaran :
1.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali berbagai pengertian dari bayi resiko tinggi
2.
Mahasiswa dapat
mengklasifikasikan bayi resiko tinggi
3.
Mahasiswa dapat
menjelaskan tanda dan gejala bahaya pada bayi resiko tinggi
4.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali penanganan bayi resiko tinggi
5.
Mahasiswa dapat
merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada bayi resiko tinggi
6.
Mahasiswa dapat
membuat perencanaan dan mendemonstrasikan beberapa prosedur tindakan
keperawatan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan sebelumnya
7.
Mahasiswa dapat
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada bayi resiko
tinggi
8.
Mahasiswa dapat
menyusun discharge planning (perencanaan pulang) untuk perawatan lanjutan di
rumah.
kasus
Bayi Ny. M
(2 hari) perempuan dirawat di ruang perawatan bayi resiko tinggi karena setelah
persalinan bayi mengalami asfiksia sedang (apgar score 4-6) dan kejang. Pada
riwayat persalinannya terjadi persalinan yang lama, sehingga dilakukan SCTP
(sectio caesarea) atas indikasi persalinan macet. Saat dibawa ke RS bayi tidak
menangis. BBL 3500 gr, PBL 50 cm. Bayi mendapatkan terapi O2 40% 5
L/mnt dengan Box Head dan infus D5%, dipasang NGT. Hasil pengkajian saat ini :
N : 140x/mnt, suhu : 38,20C, gerakan kurang aktif, reflek menelan
kurang, dan bayi sering tremor.
Bayi Ny. Sw (1 hari) laki-laki dirawat di ruang perawatan
bayi resiko tinggi karena lahir dengan BBLR. Riwayat intranatal : partus
spontan, gemeli, apgar skore 6-8, BBL 1500 gr, PBL 45 cm, LK : 29 cm. Bayi
sekarang dirawat dalam inkubator. Refleks menghisap lemah, menangis lemah. Ibu
masih takut untuk memegang bayi dan menyusuinya. Bayi dipasang NGT dan
diberikan infus D5% dan untuk minum diberikan PASI. Nadi : 138x/mnt, RR :
40x/mnt, suhu : 360C
Kasus
Tumbuh dan Kembang
Tujuan Khusus Pembelajaran :
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan kembali berbagai pengertian dari gangguan tumbuh kembang anak
2.
Mahasiswa dapat
menjelaskan tanda dan gejala gangguan tumbuh kembang pada anak
3.
Mahasiswa dapat
menjelaskan kembali penanganan anak dengan gangguan tumbuh kembang
4.
Mahasiswa dapat
merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan gangguan tumbuh
kembang
5.
Mahasiswa dapat
membuat perencanaan dan mendemonstrasikan beberapa prosedur tindakan
keperawatan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah dirumuskan sebelumnya
6.
Mahasiswa dapat
mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan kepada anak dengan
gangguan tumbuh kembang
7.
Mahasiswa dapat
menyusun discharge planning (perencanaan pulang) untuk perawatan lanjutan di
rumah.
kasus
Anak MA (11,5 bulan) dibawa ke Poliklinik Tumbang RSDK
karena menurut orang tuanya anak mengalami keterlambatan. Informasi yang
didapatkan dari orang tuanya adalah : anak belum dapat duduk sendiri, belum
bisa merangkak dan belum dapat berjalan. Selain itu anak juga belum dapat
menirukan kata-kata, papa-mama non spesifik, dan mengoceh. Saat anak diperiksa
anak belum mampu mengambil manik-manik dan tidak bisa menjangkau mainan yang
agak jauh darinya. Riwayat persalinan : normal-spontan, silahirkan di bidan,
BBL : 3000 gram. Hasil pemeriksaan fisik anak saat ini : BB : 6400 gram, PB :
71 cm, LL : 13,5 cm, LK : 38 cm, LD : 43 cm. Anak mendapatkan makan nasi tim 1
mangkok kecil, minum ASI dan dutambahkan susu SGM 1 takar ditambah 100 ml air
matang. Pada KMS arah garis mendatar. Orang tua mengatakan anak sering sakit
batuk pilek dan panas. Diagnosa
medis Microcephal dan keterlambatan tumbuh kembang.