Friday 14 August 2015

ASKEP GERONTIK HAMBATAN MOBILITAS FISIK DAN RESIKO KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT



LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W
DI RUANG ISOLASI PANTI WREDA HARAPAN IBU
NGALIYAN SEMARANG




Disusun oleh :
Abi Sufyan Harits
220201141210120




PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIV
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Usia lanjut atau Lansia adalah periode terakhir dalam masa kehidupan seseorang. Masa Lansia dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses penuaan merupakan proses alami yang akan dialami seseorang, berjalan secara terus menerus. Hal ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh yang akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh lansia secara keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008).  
Terdapat bermacam-macam masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur, semakin tua umur seseorang maka akan semakin banyak masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Peran perawat dalam mengurangi dan menangani masalah kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia pada tingkat individu dan kelompok. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah peningkatan kesehatan, peningkatan status mental dan mengoptimalkan fungsi fisik.
Menurut Boedhi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan proses perubahann dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, dimana lansia akan mengalami 13i yaitu imobilisasi, instabilitas (mudah jatuh), intelektualitas terganggu (demensia), isolasi (depresi), inkontinensia, imunodefisiensi, infeksi mudah terjadi, impaksi (konstipasi), iatrogenesis (kesalahan diagnosis), insomnia, impairment of  (gangguan pada), penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi dan integritas kulit, inaniation (malnutrisi), impotensi.
Salah satu penghuni Panti Harapan Ibu mengalami kondisi imobilisasi dan gangguan integritas kulit . Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengelola kasus yang dialami oleh Ny.W  dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W di Ruang Isolasi Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan,Semarang”

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan secara holistik dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada lansia.
2.      Tujuan Khusus
a.       Membuat asuhan keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
b.      Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
c.       Menentukan prioritas masalah keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
d.      Membuat intervensi keperawatan gerontik pada Ny.w di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
e.       Mahasiswa dapat merumuskan rencana tindak lanjut (RTL) pada Ny.w di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori
1.      Hambatan mobilitas fisik
a.       Definisi
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing  Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomis akibat perubahan fisiologis (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien pengguna kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005).
b.      Jenis jenis mobilisasi dan rentangnya
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2)  Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1)    Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.
2)     Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c.       Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan,dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
1)      Kelainan postur
2)      Gangguan perkembangan otot
3)      Kerusakan system saraf pusat
4)      Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5)      Kekakuan otot
d.      Pencegahan
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi sistem musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodik pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat imoblitas atau ketidakaktifan.
1)      Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2)      Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang faktor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;
a)Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah aktivitas diberikan)
b)          Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah latihan khusus)
c)Kesulitan yang dirasakan
d)          Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan
e)Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
3)  Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.

2.      Kerusakan integritas kulit
a.       Definisi
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimulus-stimulus yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah pelindung yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
b.      Lapisan kulit
1.      EPIDERMIS
Epidermis mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan sesorang. Namun terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih sedikit, dan penurunan jumlah dan kedalaman rete ridge. Rete ritge dibentuk oleh penonjolan epidermal dari lapisan basal yang mengarah kebawah kedalam dermis. Pendataran dari rete ridge tersebut mengurangi area kontak antara epidermis dan dermis, menyebabkan mudah terjadi pemisahan antara lapisan-lapisan kulit ini. Akibatnya adalah proses penyembuhan kulit yang rusak ini lambat dan merupakan predisposisi infeksi bagi individu tersebut. Kulit dapat mengelupas akibat penggunaan plester atau zat lain yang dapat menimbulkan gesekan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan suatu perekat yang tidak lebih kuat dari taut epidermal-dermal itu sendiri untuk mencegah atau meminimalkan cedera akibat penggunaan plester.
Terjadi penurunan jumlah melanosit seiring penuaan, dan sel yang tersisa mungkin tidak dapat derfungsi secara normal. Rambut mungkin menjadi beruban, kulit mungkin mengalami pigmentasi yang tidak merata, dan perlindungan pigmen dari sinar ultraviolet (UV) mungkin menurun.
2.      DERMIS
Pada saat individu mengalami penuaan, volume dermal mengalami penurunan, dermis menjadi tipis, dan jumlah sel biasanya menurun. Konsekuensi fisiologis dari perubahan ini termasuk penundaan atau penekanan timbulnya penyakit pada kulit, penutupan dan penyembuhan luka lambat, penurunan termoregulasi, penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat topical.
Perubahan degeneratif dalam jaringan elastis dimulai sekitar usia 30 tahun. Serabut elastis dan jaringan kolagen secara bertahap dihancurkan oleh enzim-enzim, menghasilkan perubahan dalam penglihatan karena adanya kantung dan pengeriputan pada daerah sekitar mata. Pada saat elastisitas menurun, dermis meningkatkan kekuatan peregangannya; hasilnya adalah lebih sedikit ‘’melentur’’ ketika kulit mengalami tekanan. Organisasi kolagen menjadi tidak teratur, dan turgor kulit hilang.
Vaskularitas juga menurun, dengan lebih sedikit pembuluh darah kecil yang umumnya terdapat pada dermis yang memiliki vaskuler sangat tinggi. Dermis berisi lebih sedikit fibroblast, makrofag, dan sel batang. Secara visual kulit tampak pucat dan kurang mampu untuk melakukan termoregulasi. Lansia oleh karena hal tersebut beresiko tinggi untuk mengalami hipertermia atau hipotermia.
3.      SUBKUTAN
Secara umum, lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan seiring dengan peningkatan usia. Hal ini turut berperan lebih lanjut terhadap kelemahan kulit dan penampilan kulit yang kendur / menggantung diatas tulang rangka. Penurunan lapisan lemak terutama dapat dilihat secara jelas pada wajah,tangan, kaki, dan betis, pembuluh darah menjadi lebih cenderung untuk mengalami trauma. Deposit lemak cenderung untuk meningkat pada abdomen baik pada wanita dan pria, seperti halnya bagian paha pada wanita. Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh lebih lanjut menimbulkan gangguan fungsi perlindungan dari kulit tersebut.

c.       Fungsi kulit
1.      Perlindungan terhadap dehidrasi
1)      Keratin yang ada pada epidermis & sebum merupakan jaringan hidariopobik yang dapat mencegah keluarnya cairan & elektrolit.
2)      Trauma pada epidermis yang luas akibat luka bakar/injuri/temperatur ruangan terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidariasi.
2.      Perlindungan terhadap gangguan fisik & mekanik
Bagianian stratum korneum epidermis merupakan pelindung yang paling efektif terhadap berbagai faktor lingungan seperti bahan-bahan kimia, sinar matahari (UV), virus, bakteri, fungus, gigitan serangga, & gangguan fisik/mekanik baik tekanan, gesekan, tarikan & infeksi luar.
3.      Persepsi (penerima rangsang)
1)      Kulit bertanggung jawab sebagai indaria terhadap rangsangan dari luar (tekanan, raba, suhu & nyeri)
2)      Reseptor rangsangan pada kulit :
a)    Raba : Benda Meissner, Diskus Merkelenjaringanl & korpuskulum Golgi
b)   Tekanan : Korpuskulum Pacini
c)    Suhu panas : Korpuskulum Ruffini
d)   Suhu dingin : Benda Krauss
e)    Nyeri : Nervous End Plate.
4.      Pengatur Suhu Tubuh
1)      Dua reflek pusat yang ada di Hypothalamus bertanggung jawab terhadap kontrol temperatur. Satu indra peningkatan Core Temperatur & satu indra penurunan.
2)      Core temperature adalah temperatur yang ada pada darah, dalam dada, abdomen & kepala.
3)      Produksi panas > kehilangan panas = Core temperatur naik.
4)      Produksi panas < kehilangan panas = Core temperatur turun.
5)      Idealnya : produksi panas = kehilangan panas.
6)      Ketika core temperatur turun, tubuh akan menggigil & vasokonstriksi pembuluh darah.
7)      Ketika core temperatur naik maka terjadi vasodilatasi pembuluh darah.
5.      Pengeluaran (Eksresi)
1)      Kulit membantu organ-organ utama sistem eksresi seperti hati, ginjal & usus untuk menyingkirkan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh.
2)      Keringat mengandung urea dengan konsentrasi 1/130 dari urea urin.
3)      Suhu tubuh / lingkungan meningkat menyebabkan pembuluh darah di kulit akan melebar, maka semakin banyak darah mengalir kedaerah tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah penyerapan air, garam & sedikit urea oleh kelenjar keringat kemudian keringat  keluar melalui pori-pori kulit.
6.      Sintesis Vitamin D
1)      Kulit dapat merbuat vit D dari bahan baku 7-dihidarioksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari (UV).
2)      Vit D merupakan unsur esensial untuk mercegah penyakitriketsia(suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalium serta fosfor yang menyebabkan deformitas tulang)



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
A.    DATA UMUM
1.      Nama lansia                : Ny.W
2.      Usia                            : Ny.W tidak dapat mengingat usianya
3.      Agama                        : Islam
4.      Suku                           : Jawa
5.      Jenis kelamin              : Wanita
6.      Nama wisma              : Isolasi
7.      Pendidikan                 : tidak ada
8.      Riwayat pekerjaan     : Pernah menjadi penjaga di universitas diponegoro
9.      Status perkawinan      : Janda
10.  Pengasuh wisma         : Bu Kani

B.     ALASAN BERADA DI PANTI
Ny. W mengatakan bahwa “kulo teng mriki di bekto kaliyan dosen undip niku ingkang mbekto kulo teng mriki”.

C.    DIMENSI BIOFISIK
1.      RIWAYAT PENYAKIT (6 bulan terakhir)
Ny W mengalami masalah imobilitas fisik, daerah kakinya juga sering lecet.
Ny W mengatakan “ kulo mpun mboten saget melampah mas, mpun mboten saget”.
2.      RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ny. W mengatakan “ keluarga kulo mboten gadah penyakit napa-napa”
3.      RIWAYAT PENCEGAHAN PENYAKIT
a.       RIWAYAT MONITORING TEKANAN DARAH

Tanggal
Tekanan darah
2 Oktober 2014
120/80 mmHg
3 Oktober 2014
130/80 mmHg

b.       RIWAYAT VAKSINASI
Ny. w tidak pernah vaksin dibuktikan dengan Ny.w mengatakan” mboten mboten pernah disuntik kulo mas?” setelah ditanyakan pihak panti, ternyata belum ada agenda vaksin untuk penghuni panti.
c.       SKRINING KESEHATAN YANG DILAKUKAN
      Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti Wreda Harapan Ibu belum pernah dilakukan skrining kesehatan.
4.      STATUS GIZI
Berat badan Ny.w tidak bias dikaji karena Ny.W tidak dapat berjalan atau di berdiri untuk ditimbang 
                                                  
5.      MASALAH KESEHATAN TERKAIT STATUS GIZI
a.       Masalah pada mulut
Ny. W mengatakan bahwa “kulo mboten pernah aduus mas, mboten gosok gigi soale untue wis entek ” berdasarkan observasi gigi klien sudah tanggal semua.
b.      Perubahan berat badan
Ny. W mengatakan “kulo yo mboten ngerti mas”.
c.       Masalah nutrisi
Ny.W mengatakan “kulo maeme niku sekedik mas, mau bar mangan sego karo gereh karo sambel tambah ndog dadar enak mas, kadang ora entek nek mangane rasane anyep mas”. Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa klien makan hanya sedikit.

6.      MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI SAAT INI
Ny.W mengatakan bahwa “kulo mboten saget mlampah mas”. Klien melakukan semua aktifitas ditempat tidur.
7.      OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI
                   Vitamin B1,B12
8.      TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT INI
Ny.w mengatakan “kulo mboten ngopo ngopo teng mriki mawon awan sore isuk mbengi kulo nggih kerso kados niki.
9.      STATUS FUNGSIONAL (AKS) (Dinilai dengan Indeks KATZ)
Mobilisasi                    : bedrest
Berpakaian                  : mandiri diatas tempat tidur
Makan & minum         : mandiri diatas ttempat tidur
Toileting                      : mandiri diatas tempat tidur
Personal hygiene         : mandiri diatas tempat tidur
Mandi                          : mandiri diatas tempat tidur
.Ny. W termasuk dalam katz G karena walaupun klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri namun semuanya hanya diatas tempat tidur yang berarti Ny,W membutuhkan bantuan untuk semua aktifitas yang dilakukannya.

D.    DIMENSI PSIKOLOGI
1.      STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Pertanyaan
Jawaban
Betul
Salah
1.      Tanggal berapa hari ini?

V
2.      Hari apakah hari ini?

V
3.      Apakah nama tempat ini?
V

4.      Berapa nomor telepon rumah anda?
V

5.      Berapa usia anda?

V
6.      Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)?

V
7.      Siapa nama presiden sekarang?

V
8.      Siapa nama presiden sebelumnya?
V

9.      Siapa nama ibu anda?
V

10.  5+6 adalah ?
V


Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status Quesionnare (SPMSQ)  klien memiliki skor 5 di kolom salah, hal ini menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan sedang.
2.      PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Ny.w masih hafal dan sering menceritakan kejadian kejadian masa lalu, masih dapat menngingat nama mahasiswa yang merawatnya namun kadang bercerita sendiri walau tidak ada lawan bicara.
3.      DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Tidak ada dampak
4.      STATUS DEPRESI
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN
JAWABAN
JAWABAN
Ny. B
1.      Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda?
Tidak
Ya
2.      Sudahkah anda meninggalkan aktivitas yang anda minati?
Ya
Ya
3.      Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?
Ya
Ya
4.      Apakah anda merasa bosan?
Ya
Tidak
5.      Apakah anda mempunyai semangat setiap waktu ?
Tidak
Ya
6.      Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ?
Ya
Tidak
7.      Apakah anda merasa bahagia setiap waktu ?
Tidak
Ya
8.      Apakah anda merasa jenuh ?
Ya
Tidak
9.      Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi melakukan sesuatu yang baru ?
Ya
Ya
10.  Apakah anda merasa bahwa anda lebih banyak mengalami masalah dengan ingatan anda daripada yang lainnya ?
Ya
Tidak
11.   Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini ?
Tidak
Tidak
12.  Apakah anda merasa tidak berguna saat ini ?
Ya
Ya
13.  Apakah anda merasa penuh berenergi saat ini ?
Tidak
Tidak
14.  Apakah anda saat ini sudah tidak ada harapan lagi ?
Ya
Ya
15.  Apakah anda berfikir banyak orang lain lebih baik daripada anda ?
Ya
Ya
Skor GDS 8
5.      PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The Geriatric Depression Scale) Ny.W memiliki skor kesesuaian sebesar 8 menunjukkan depresi.
6.      DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Berdasarkan pengkajian berdasarkan (The Geriatric Depression Scale) klien lebih cenderung mengalami depresi karena merasa sudah tidak berguna. Klien juga sering bercerita sudah siap menunggu meninggal namun belum diijinkan meninggal. Klien yang hanya bedrest total di tempat tidur membuat sosialisasi kurang.
7.      KEADAAN EMOSI
a.       Anxietas
Ny.W mengatakan “mboten kawatir teng mriki mpun kerso di paringi maem kalih bu kan, pakean, tempat turu”
b.      Perubahan perilaku
Ny.W termasuk tipe orang yang senang diajak ngobrol, tidak ada perubahan perilaku yang menyimpang, klien terlihat semangat jika sedang bercerita.
c.       Mood
Ny. W terlihat selalu senang jika diajak bercerita namun jika tidak ada lawan bicara klien sering berbicara sendiri.

E.     DIMENSI FISIK
1.      LUAS WISMA
Luas tanah  : 3.744 m2
Luas wisma : 2.303 m2
2.      KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a.       Penerangan
Penerangan ruangan yang ada di panti sudah sangat baik, jika pagi hari sinar matahari mampu menerangi ruangan tanpa memberikan efek panas yang berlebihan
b.      Kebersihan dan kerapian
Setiap hari ada mas Wahyu yang membersihkan ruangan mawar anggrek da isolasi dengan menyapu dan mengepel, mahasiswa juga dilibatkan untuk menunjang aspek ini. Setiap penghuni ruangan juga sudah dibekali tanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan kerapihan sekitar tempat tidur.
c.       Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Panti Harapan Ibu hanya memiliki 3 ruangan yaitu Mawar, Anggrek dan isolasi semua berjenis kelamin perempuan.
d.      Sirkulasi udara
Panti Harapan Ibu memiliki desain ruangan yang bagus, hal ini ditunjukkan oleh posisi jendela di setiap tempa tidur, ventilasi diatas jendela dan pintu. Terdapat pula pintu-pintu yang saling menghubungkan anatara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.
e.       Keamanan
Pihak panti sudah memberikan fasilitas yang mendukung aspek keamanan ini mulai dari keramik yang selalu dibersihkan sehingga tidak licin, terdapat pegangan berbentuk huruf L terbuat dari pipa besi disekitar tempat wudhu.
f.       Sumber  air minum
Sumber air minum berasal dari air mineral yang tertampung di galon, Setiap 3-4 hari sekali air galon di isi ulang.
g.      Ruang berkumpul bersama
Ruang berkumpul sering diadakan di Ruang Utama setelah pintu masuk, disana sering menjadi tempat aktivitas para lansia penghuni wisma, mulai dari TAK, senam, mengobrol, dan karaoke.
3.      KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA
a.       Pemanfaatan Halaman
Halaman Panti cukup luas, sering digunakan untuk acara lomba, parkir kendaraan, menjemur pakaian dan kasur.
b.      Pembuangan air limbah
Pembungan limbah langsung dialirkan menuju sungai
c.       Pembuangan Sampah
Setiap ruangan sudah difasilitasi sampah, jika sudah penuh akan dibawa ke samping halaman untuk selanjutnya dibakar.
d.      Sanitasi
Sanitasi di Panti sudah baik, terdapat saluran pembungan air hujan, jamban, .
e.       Sumber Pencemaran
Pencemaran polusi udara tidak begitu berpengaruh karena letak panti yang sedikit menjorok ke dalam dan jauh dari lingkungan pabrik.

F.     DIMENSI SOSIAL
1.      HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Berdasarkan hasil observasi kondisi lansia antara satu dengan yang lainnya terbina hubungan yang baik, mereka sering melemparkan lelucon yang kadang membuat suasana menjadi ramai, kadang juga penghuni wisma bertengkar satu sama lain.
2.      HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo mboten saget mlampah mas ya teng mriki mawon”. Observasi : klien melakukan semua kegiatan sehari-hari hannya ditempat tidur.
3.      HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA
Ny.W mengatakan bahwa “ bu kani sae tenan  mas, kulo di paring panggonan turu maem gratis mboten bayar ”
4.      KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL
Terdapat kegiatan sosial setiap sebulan sekali yaitu posyandu lansia dan kegiatan keagamaan setiap hari kamis yaitu pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari senin dan jumat. Klien mengatakan “ kulo mboten pernah nderek mas, kulo mboten saget mlampah tur abot kulo awak kulo gede”.

G.    DIMENSI TINGKAH LAKU
1.      POLA MAKAN
Ny.W mengatakan bahwa “kulo dahar 3x mas, isuk, Awan lan sore ” hasil wawancara dengan pengurus panti klien di beri makan jam 7 , 12 dan jam 17.
2.      POLA TIDUR
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo nggih saget sare mas mboten gadah nopo-nopo”
3.      POLA ELIMINASI
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo sampun 5 dinten niki during ngising, winginane malah 8 dinten niku kulo nembe ngising sapisan”.
4.      KEBIASAAN BURUK LANSIA
Tidak ada kebiasaan buruk klien, (tidak merokok, minuman keras, konsumsi obat penenang)
5.      PELAKSANAAN PENGOBATAN
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa, pelaksanaan pengobatan dilakukan di puskesmas pembatu Beringin. Jika ada lansia yang membutuhkan obat, lansia bisa mendapatkannya dari pengasuh panti. Bagi lansia yang membutuhkan perawatan lebih biasanya di rujuk ke rumah sakit  Permata Medika  dengan menggunakan jamkesmas.
6.      KEGIATAN OLAHRAGA
Ny.W mengatakan bahwa “kulo mboten olahraga mas, kulo mboten saget mlampah”
7.      REKREASI
Tidak ada program rekreasi dari panti
8.      PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti di dapatkan bahwa biasanya keputusan diambil oleh pengurus dengan memperhatikan konndisi penghuni panti.

H.    DIMENSI SISTEM KESEHATAN
1.      PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN
Ny.W mengatakan” kulo mboten gadah obat”.
2.      SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
a.       Fasilitas Kesehatan yang Tersedia
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Panti Wreda Harapan Ibu hanya dari Puskesmas Bringin dan pelayanan kesehatan yang dilakukan hanyalah posyandu lansia setiap 1 bulan sekali, sedangkan di dalam  panti wreda sendiri tidak terdapat pelayan kesehatan khusus namun dip anti terdapat persediaan obat seperti paracetamol, captopril dan vitamin.
b.      Jumlah Tenaga
Tidak terdapat tenaga kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu.
c.       Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Pengurus panti betul-betul menjaga kesehatan para lansia dengan memperhatikan kebersihan lansia, selalu memberikan vitamin.
d.      Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu diberikan oleh puskesmas Bringin yaitu posyandu lansia. Biasanya saat posyandu lansia dilakukan pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan, pengobatan penyakit dan penyuluhan kesehatan.
e.       Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu biasanya hanya ada sebulan sekali yaitu posyandu lansia.




3.      PEMERIKSAAN FISIK

No
Hari/Tanggal
Bagian/Region
Hasil Pemeriksaan
Masalah Keperawatan yang Muncul
1
Selasa, 30 September 2014
10.00 WIB
Kepala
Mesocephal, rambut terlihat cukup bersih,  beruban, tidak ada lesi,
Tidak ada
2
Wajah/Muka
Bentuk muka oval,  keriput dan tidak ada lesi
Tidak ada
3
Mata
Bersih tidak terdapat serumen air mata msh dapat keluar, tidak gatal,  konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,.
Tidak ada
4
Telinga
kotor, tidak ada lesi, ada serumen, pendengaran Ny.W mulai berkurang.
Tidak ada
5
Mulut dan Gigi
Gigi sudah tanggal semua, mukosa bibir lembab, mukosa mulut tidak ada lesi,.
Tidak ada
6
Leher
Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi
Tidak ada
7
Dada
I : tidak ada retraksi dinding, letak simetris kanan dan kiri.
Pe: terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru, resonan seluruh lapang paru.
Pa : taktil fremitus terasa.
Au: bunyi napas dasar vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan ronchi (-), wheezing(-).
Tidak ada
8
Jantung
I  : IC tidak tampak
Pa: teraba pulsasi di epigastrik.
Pe: Tidak terkaji
Au: BJ I-II tidak ada bunyi tambahan, HR 82 x/menit
Tidak ada
9
Abdomen
I: simetris, tidak ada lesi, tidak ada kemerahan
Au: Bising usus (+) 7 kali/ menit
Pe: timpani
Pa: tidak ada nyeri tekan
Tidak ada
10
Ekstrimitas atas
Tidak ada oedem, capillary refill <2 detik,  kuku kotor dan panjang, turgor kulit kering dan tidak elastis, terdapat lesi.
- Gangguan intergritas kulit
11
Ekstrimitas bawah
Kulit kering, Terdapat lesi, kaki sudah tidak bias menopang angota badan, klien tidak bias berjalan maupun duduk terdapat lesi.
-  Gangguan intergritas kulit
-  Hambatan mobilitas fisik




ANALISA DATA
Hari/Tanggal
Data fokus
Diagnosa Keperawatan
TTD
Selasa,
30 September 2014

DS :
·      Ny.W mengatakan sudah tidak bisa berdiri dan duduk
·      Ny.W mengatakan tidak bias menggerakkan kakinya lagi.
·      Ny W mengatakan kakinya dulu kuat namun 3 tahun belakangan ini menjadi melemah sampai akhirnya tidak bias berjalan.
DO :
·      Ny.W melakukan seluruh aktifitas di tempat tidur
·      Kaki Ny.W terlihat selalu dalam posisi yang sama
·      Terdapat lesi di  kaki
(00085)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

Abi SH
Selasa,
30 September 2014
DS :
·         Ny.W mengatakan kakinya sudah tidak bisa digerakkan lagi
DO :
·         Terdapat lesi pada daerah kaki (derajat 1, luas sekitar 5cm2, kedalaman hanya di bagian luar kulit)
·         Kulit kaki kering
·         Turgor kulit buruk
(00046)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik
Abi SH
Selasa,
30 September 2014
DS :
·         Ny.W mengatakan dirinya tidak bisa bergerak dari tempat tidur
·         Ny.W mengatakan kakinya tidak bias digerakkan
·         Ny.W mengatakan jarang berhubungan dengan teman satu panti sehingga klien merasa selalu sendirian.
·         Ny.W mengatakan tidak bias beraktifitas di luar

DO :
·         Ny.W terlihat hampir selalu sendirian
·         Nilai GDS : 8
·         klien sering berbicara sendiri.



(00052)
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik


Abi SH


No
Diagnosa Keperawatan
Prioritas Masalah
Pembenaran
TTD
1
(00085)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
High
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai High Priority dengan pertimbangan sebagai berikut :

Urgency : Ny. W selalu melakukan aktifitas sehari-hari di tempat tidur, hal ini beresiko menimbulkan banyak masalah keperawatan yang akan muncul.

Dampak: Jika hambatan mobilitas fisik tidak segera diatasi maka masalah seperti kerusakan integritas kulit  akan semakin parah

Intervensi: Fokus Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi etiologi adalah dengan mempertahankan fungsi gerak yang masih bisa dilakukan dan membantu gerak untuk fungsi gerak yang sudah menurun. Salah satu intervensinya adalah memberikan latihan Range of Motions (ROM) pasif setiap hari.

Anom
2.
(00046)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik

Medium
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Medium Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:

Urgency: Kerusakaan integritas kulit dapat membuat Ny.W merasa tidak nyaman dan nyeri

Dampak : jika kondisi Ny.w tidak segera diatasi maka resiko luka untuk melebar menjadi tinggi yang berakibat meningkatnya resiko infeksi nyeri dll.

Intervensi : Fokus Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah Ny.W adalah dengan alih baring dan Pressure management berupa menjaga kulit agar tetap bersih dan lembab menggunakan lotion.


3.
(00052)
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
Low
Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Low Priority dengan pertimbangan sebagai berikut:

Urgency: Geriatri Depression Scale Ny.W berada di angka 9.

Dampak: Jika kondisi isolasi sosial Ny.W tetap seperti sekarang maka kemungkinan masalah keperawatan lain seperti kesepian dikhawatirkan akan muncul.

Intervensi: fokus intervensi yang dapat dilakkan untuk mengatasi masalah hambatan interaksi social adalah memotivasi klien untuk membina hubungan baik dengan orang lain sesuai kemampuan Ny.w.
Anom





RENCANA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kode NIC
Intervensi
Umum
Khusus
1
(00085)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 hari, diharapkan Ny.W dapat melakukan mobilisasi ditempat tidur secara bertahap sesuai dengan batas kemampuan dengan kriteria hasil:
a.         Ny. W mampu melakukan alih posisi miring secara mandiri.
b.         Ny.W tidak menunjukkan kelelahan.
c.          Ny.W melakukan aktifitas sehari-hari dengan mandiri sesuai kemampuan.
d.         TTV dalam batas normal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 25 menit, diharapkan dapat mengoptimalkan keseimbangan tubuh dan kekuatan otot serta sendi secara bertahap sesuai dengan batas kemampuan dengan kriteria hasil:
a.       Ny.w mampu berpindah dari posisi miring kanan ke miring kiri.
b.       Ny.w melakukan gerakan -gerakan ROM pasif.




Environmental Management
1.       Menyediakan kondisi lingkungan yang aman bagi Ny. W
2.       Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi

Exercise Therapy: balance
3.       Berikan latihan ROM pasif
4.       Monitor TTV
5.       Melatihan ketahanan dengaan merubah posisi.
6.       Memotivasi Ny.W untuk latihan gerak mandiri.

2.
(00046)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 12 menit, kerusakan intergritas kulit mengalami perbaikan dengan kriteria hasil:
a.      Lesi tidak meluas
b.      Ny.W tidak merasakan gatal.
c.      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
d.      Luka bersih, lembab (tidak kering)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 x 12 menit kondisi kulit menjadi baik dengan kriteria hasil:
a.       Ny. W bersedia menggunakan lotion.
b.       Ny.W mampu menjaga kulit agar tidak kering
c.        Ny.W bersedia merawat kulit.



Pressure management:
1.    Melonggarkan pakaian pasien
2.    Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tidak kering
3.    Memonitor kulit akan adanya tanda-tanda infeksi
4.     Oleskan lotion di daerah yang tertekan dan lesi.
5.     Melakukan alih baring kepada klien.

3.
(00052)
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 bulan, Hambatan isolasi sosial klien mengalami perbaikan dengan kriteria hasil:
a.     Klien mampu menjalin hubungan baik dengan orang  lain sesuai kemampuan.
b.     Nilai GDS direntang 0-4

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 7 x 10 menit, klien mampu mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain dengan criteria hasil :
a.       Klien menyukai berinteraksi dengan orang lain.
b.       Klien dapat membuka percakapan dengan orang lain
c.        Suasana hati klien tetap baik.


Self awareness enhancement :
1.     Mengajak klien berdiskusi tentang keinginan dan perasaan klien
2.     Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain.


















IMPLEMENTASI

Selasa 30 september 2014

Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi formatif
09.30
1
Mengkaji kondisi pasien
S :
·       Ny.W mengatakan sudah tidak bisa berdiri dan duduk
·       Ny.W mengatakan tidak bias menggerakkan kakinya lagi.
·       Ny W mengatakan kakinya dulu kuat namun 3 tahun belakangan ini menjadi melemah sampai akhirnya tidak bias berjalan.
O :
·       Ny.W melakukan seluruh aktifitas di tempat tidur
·       Kaki Ny.W terlihat selalu dalam posisi yang sama
·       Terdapat lesi di  kaki
10.10
2
Mengkaji kondisi pasien
S :
·         Ny.W mengatakan kakinya sudah tidak bisa digerakkan lagi
O :
·         Terdapat lesi pada daerah kaki (derajat 1, luas sekitar 5cm2, kedalaman hanya di bagian luar kulit)
·         Kulit kaki kering
·         Turgor kulit buruk
11.00
3
Mengkaji kondisi pasien
S :
·         Ny.W mengatakan dirinya tidak bisa bergerak dari tempat tidur
·         Ny.W mengatakan kakinya tidak bias digerakkan
·         Ny.W mengatakan jarang berhubungan dengan teman satu panti sehingga klien merasa selalu sendirian.
·         Ny.W mengatakan tidak bias beraktifitas di luar

O :
·         Ny.W terlihat hampir selalu sendirian
·         Nilai GDS : 8
·         klien sering berbicara sendiri.


Rabu 1 Oktober 2014

Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
09.00
1
Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
S:
·         klien mengatakan sekarang kegiatannya hanya berada ditempat tidur termasuk makan, minum toileting secara mandiri

O:
·         Klien dapat makan, toileting ditempat tidur secara mandiri,

·         klien tidak dapat duduk meskipun dibantu perawat

10.00








10.10
2
Menganjurkan klien memakai pakaian yang longgar





Melakukan alih baring kepada klien
S
·         klien mengatakan lebih enak jika pakaian yang dipakai lebih lonngar

O
·         klien terlihat mengenakan pakaian longgar

O
·         Klien mengatakan biasanya hanya tidur tanpa memperhatikan posisi tidur

O
·         Klien terlihat senang dan cooperative
13.00
3
Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain
S
·         Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
O
·         Klien terlihat bersemangat dalam bercerita namun kadang pembicaraan klien menjadi tidak jelas

Kamis 2 Oktober 2014

Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
08.30
1
Menyediakan lingkungan yang aman bagi klien
S
·         Klien mengatakan terima kasih karena peralatan makan, air dll telah didekatkan
O
·         Klien terlihat lebih mudah menjangkau keperluan probadi
09.00
2
Mengoleskan lotion pada bagian tubuh yang kering dan tertekan
S
·         Klien mengatakan lebih enakan
O
·         Klien terlihat merasa nyaman dan senang
·         Kulit klien terlihat tidak kering lagi
12.00
3
Mengajak klien berdiskusi tentang keinginan klien
S
·         Klien mengatakan ingin kecap untuk pelengkap makanan
·         Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
·         Klien mengatakann sudah pasrah
O
·         Klien terlihat bersemangat dalam bercerita namun kadang pembicaraan klien menjadi tidak jelas

Jumat 3 oktober 2014

waktu
diagnosa
Implementasi
Evaluasi formatif
08.30
1
Memberikan latihan rom pasif
S
·         Klien mengatakan lebih enakan
·         Klien mengatakan bersedia melakukan latihan sendiri jika tidak ada perawat
O
·         Klien cooperative
·         Klien dapat melakukan rom aktif pada ektremitas atas amun untuk ekstremitas bawah harus dibantu (pasif)

09.00
2
1.   Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tidak kering

2.   Oleskan lotion di daerah yang tertekan dan lesi.



3.   Melakukan alih baring kepada klien.

O
·         Kulit sudah tidak kering lagi
S
-



S
·         Klien menngatakan badan klien menjadi wangi dan lebih enak
O
·         Kulit klien terlihat tidak kering

S
·         Klien mengatakan nyaman
O
·         Klien terlihat lebih rileks dan tenang
10.30
3
Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain.

S
·         Klien mengatakan akan menyapa teman satu panti jika lewat
O
·         Klien Terlihat menyapa sesama penghuni panti yang kebetulan lewat.

Sabtu 4 oktober 2014

Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
09.00
1
Memonitor kembali lingkungan yang aman bagi klien



Memberikan latihan rom pasif
S
·         Klien mengatakan bias melakukan kegiatan secara mandiri walaupun diatas tempat tidur
O
·         Klien terlihat bicara sendiri




S
·         Klien mengatakan lebih enakan
·         Klien mengatakan bersedia melakukan latihan sendiri jika tidak ada perawat
O
·         Klien cooperative
·         Klien dapat melakukan rom aktif pada ektremitas atas amun untuk ekstremitas bawah harus dibantu (pasif)

10.00
2
Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tidak kering

Oleskan lotion di daerah yang tertekan dan lesi.



Melakukan alih baring kepada klien.

O
·         Kulit sudah tidak kering lagi
S
-



S
·         Klien menngatakan badan klien menjadi wangi dan lebih enak
O
·         Kulit klien terlihat tidak kering

S
·         Klien mengatakan nyaman
O
·         Klien terlihat lebih rileks dan tenang
13.00
3
Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain.

S
·         Klien mengatakan akan menuruti saran perawat
O
·         Klien Terlihat menawarkan makanannya kepada teman satu panti








Senin 6 oktober 2014

Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi formatif
09.00
1
Memberikan terapi rom pasif
O
Klien terlihat tenang dan cooperative
S
Klien mengatakan dapat melakukan sendiri rom semampunya
10.00
2
Melakukan alih baring dan memberikan lotion
S
·         Klien mengatakan akan mengikuti saran perawat
·         Klien mengatakan suka diberi lotion yang wangi
O
·         Klien terlihat tenang
11.00
3
Mengajak klien berdiskusi tentang keinginan dan perasaan klien

Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain
S
·         Klien mengatakan betah berada di panthi
·         Klien mengatakan sering menawarkan teh kepada teman teman di panti
O
·         Klien terlihat senang

Selasa 7 Oktober 2014

Waktu
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi Formatif
09.00
1
Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
S:
·         klien mengatakan sekarang kegiatannya hanya berada ditempat tidur termasuk makan, minum toileting secara mandiri

O:
·         Klien dapat makan, toileting ditempat tidur secara mandiri,

·         klien tidak dapat duduk meskipun dibantu perawat

10.00








10.10
2
Menganjurkan klien memakai pakaian yang longgar





Melakukan alih baring kepada klien
S
·         klien mengatakan lebih enak jika pakaian yang dipakai lebih lonngar

O
·         klien terlihat mengenakan pakaian longgar

O
·         Klien mengatakan biasanya hanya tidur tanpa memperhatikan posisi tidur

O
·         Klien terlihat senang dan cooperative
13.00
3
Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain
S
·         Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
O
·         Klien terlihat bersemangat dalam bercerita namun kadang pembicaraan klien menjadi tidak jelas


EVALUASI SUMATIF

Diagnosa Keperawatan
Evaluasi Sumatif
(00085)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Subjektif
·        Ny W mengatakan dapat melakukan alih baring secara mandiri
·        Ny W mengatakan jika melakukan ROM dan alih baring tidak merasa lelah
·        Ny W mengatakan dapat melakukan aktifitas makan,minum toileting dll secara mandiri diatas temoat tidur
Objektif
·        Ny w terlihat makan dan minum diatas tempa tidur dengan mandiri
·        Ny w terlihat melakukan ROM secara mandiri sebisanya
·        Ny w terlihat bisa melakukan alih baring secara mandiri
Analisa
Hambatan mobilitas fisik belum teratasi karena foku intervensi meningkatkan kualitas hidup klien, sedangkan masalah keperawatan sendiri sulit diatasi mengingat usia klien yang lansia
Planning
·        Lanjutkan intervensi rom secara mandiri semampunya
·        Lanjutkan alih baring secara mandiri minimal 4 kali sehari


(00046)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik

Subjektif
·        Klien mengatakan akan memakai lotion setiap hari
·        Klien mengatakan sudah tidak merasakan gatal
Objektif
·        Tidak ada tanda-tanda infeksi
·        Lesi tidak meluas
·        Klienn terlihat sering membersihkan diri ssecara mandiri dengan cara mmengoleskan lotion atau membasuh dengan air
Analisa
Masalah keperawatan teratasi
Planning
·        Lanjutkan intervensi alih baring secara mandiri minimal 4 kali sehari
·        Lanjutkan intervensi mengoleskan lotion secara madiri
(00052)
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
Subjektif
·        Nilai GDS klien 4
·        Klien merasa senang
·        Klien mengatakan mempunyai banyak teman dip anti
Objektif
·        Klien terlihat sering berinteraksi dengan teman satu panti
·        Klien terlihat senang
Analisa
Masalah keperawatan teratasi
Planning
·        Lanjutkan intervensi motivasi klien untuk terus berinteraksi dengan teman satu panti


RENCANA TINDAK LANJUT

Nama         : Ny. W
Alamat       : Panti wredha ngaliyan

Diagnosa Keperawatan
Intervensi yang telah dilakukan
RTL
(00085)
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Environmental Management
1.       Menyediakan kondisi lingkungan yang aman bagi Ny. W
2.       Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi

Exercise Therapy: balance
3.       Berikan latihan ROM pasif
4.       Melatihan ketahanan dengaan merubah posisi.
5.       Memotivasi Ny.W untuk latihan gerak mandiri.

1. Memotivasi klien untuk melakukan ROM secara mandiri semampunya
2. Motivasi klien untuk melakukan alih baring mandiri minimal 4 kali sehari
(00046)
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik

Pressure management:
1.    Melonggarkan pakaian pasien
2.    Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tidak kering
3.    Memonitor kulit akan adanya tanda-tanda infeksi
4.     Oleskan lotion di daerah yang tertekan dan lesi.
5.     Melakukan alih baring kepada klien.

1. Motivasi klie agar selalu mengenakan pakaian yang longgar
2. Motivasi klien agar menjaga kebersihan tubuh
3. Mengajarkan klien menggunakan lotion di tubuh klien yang kering
(00052)
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
Self awareness enhancement :
1.     Mengajak klien berdiskusi tentang keinginan dan perasaan klien
2.     Memotivasi klien untuk berinteraksi dengan orang lain.

1. Motivasi klien agar berinteraksi dengan lansia lainnya
2. Komunikasikan kepada pengurus panti agar klien dapat di bantu berinteraksi




























BAB IV
PEMBAHASAN

A.    ANALISA DATA
           Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. w didapatkan data bahwa masalah utama Ny.W adalah mobilitas fisik, hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh saat pengkajian. Ny.W tidak dapat bergerak dari atas tempat tidur karena ektremitas bawah klien telah lumpuh. Berdasarka pengakuan klien, awalnya klien terjatuh saat berjala kekamar mandi sehingga kaki klien tidak bisa dipakai untuk berjalan lagi. Dari penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa Ny. W mengalami masalah mobilitas fisik.
           Mobilitas fisik yang dialami Ny. W meyebabkan aktifitas keseharian Ny.W dilakukan diatas tempat tidur mulai dari makan, minum toileting dll. Walaupun klien megalami gangguan mobilitas fisik tapi klien dapat secara mandiri melakukan aktifitas sehari-hari tanpa dibantu oleh perawat maupun pengawas panti.
           Salah satu resiko yang dapat terjadi pada klien yang dapat dialami oleh klien dengan gangguan mobilitas fisik adalah gangguan integritas kulit hal ini disebabkan oleh tertekanya area tubuh tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ny.w telah mengalami gangguan mobilitas fisik selama kurag lebih 3 tahun. Ny.w telah mengalami gangguan integritas kui karena imobilitas fisik yang di alamit. Hal ini dibuktikan dengan adanya lesi pada daerah kaki klien, turgor kulit yang buruk dan kulit terihat kering.
           Masalah gangguan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik juga dialami oleh Ny.w . keterbatasan yang dialami klien yang mengakibatkan aktifitas hanya dilakukan diatas tempat tidur menyebabkan Ny. W kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.


B.     Implementasi
            Diagnosa keperawatan yang menjadi high priority dalam kasus ini hambatan mobilitas fisik berhungan dengan penurunan kekuatan otot,. Adapun fokus intervensi yang dilakukan adalah dengan melatih pergerakan sendi untuk meningkatkan kekuatan otot dengan latihan Range of Motions (ROM). ROM merupakan salah satu bentuk upaya mempertahankan dan meningkatkan fungsi gerak yang masih bisa dilakukan secara mandiri. Rom yang dipilih adalah ROM pasif karena pada bagian kaki klien mengalami kelumpuhan sehingga klien tidak dapat melakukan rom aktif. Prioritas utama dalam intervensi keperawatan pada lansia adalah memandirikan klien. Latihan ini dilakukan setiap hari. Diharapkan ROM ini memberikan efek mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas persendian.
            Diagnosa kedua adalah kerusakan integritas kulit Implementasi yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan dan turgor kulit agar tidak basah. Perawat memberikan terapy topikal berupa pemberian bedak dan lotion didaerah ekstremitas untuk mengurangi gatal dan luka tekan.
            Diagnosa keperawatan yang selanjutnya adalah hambatan interaksi social berhubungan hambatan mobilitas fisik. Intervensi terapi aktifitas kelompok tidak dapat dilakukan kepada ny.w karena klien tidak dapat berpindah dari tempat tidur. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan adalah memotivasi klien untuk berinteraksi dengan teman satu panti yang kebetuan lewat di bed klien.








BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.W ditegakkan 3 diagnosa dan hasil intervensi selama 7 hari diantaranya adalah diagnosa yang pertama hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot belum teratasi. Diagnosa kedua kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik sudah teratasi. Sedangkan untuk diagnosa yang ketiga mengenai hambatan interaksi sosial berhubngan dengan hambatan mobilitas fisik sudah teratasi.

B.     Saran
1.      Untuk Lansia
Lansia diharapkan untuk lebih bersemangat dalam menjalani aktifitas sehari-hari dan merasa bahagia di masa lansia.
2.      Untuk Pengasuh
Diharapkan pengasuh dapat memotivasi lansia untuk melanjutkan intervensi yang telah diberikan oleh perawat.
3.      Untuk Mahasiswa
Diharapkan lebih memperhatikan klien dengan keterbatasan mobilitas fisik karena klien dengan gangguan mobilitas fisik sering tidak mendapatkan perhatian

          
            


DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Tamher, S. dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lukman, Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika
Pranarka.2010. Buku Ajar Geriatri Edisi 4.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suratun.2008.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:EGC


No comments:

Post a Comment

iklan perawatan luka

iklan