Sunday 17 December 2017

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) / MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP), Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) GRADE 2

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian                 : 7 Mei 2013 pukul 17.00 WIB
Tanggal masuk ruangan          : 3 Mei  2013 pukul 16.00 WIB
Ruang                                      : Mawar 3
A.    Identitas
1.      Klien                           :
a.       Nama               : Tn.H
b.      Rekam medis  : 130427655
c.       Umur               : 72 th
d.      Jenis Kelamin  : laki-laki
e.       Agama             : Islam
f.       Pendidikan      : SD
g.      Pekerjaan         : wiraswasta
h.      Suku                : Jawa
i.        Bahasa             : Jawa, Indonesia
j.        Alamat                        : Pulosari RT 05 RW 04,Gondangrejo, Karang Anyar, Jawa Tengah
k.      Dx medis         : BPH grade II
l.        Pembiayaan kesehatan : Jamkesmas
2.      Penanggung jawab      :
a.       Nama               : Sugiyono
b.      Umur               : 35 tahun
c.       Pendidikan      :SMA
d.      Pekerjaan         : wiraswasta
e.       Suku                : Jawa
f.       Bahasa             : Jawa, Indonesia
g.      Alamat                        : Bayan Kadipiro RT 02 / RW 07 Banjarsari, Surakarta
h.      No telp                        : 0821785XXX

B.     Keluhan utama : Pasien mengeluh nyeri dan panas di bagian ujung penisnya
P          : pasien mengatakan nyerinya tidak dipengaruhi oleh aktivitas.
Q         : Pasien mengatakan ujung penisnya nyeri dan panas seperti terbakar
R         : Pasien mengatakan nyeri di bagian lubang penisnya (meatus uretra) tempat terpasang selang kateter
S          : Skala nyeri 3
T          : nyeri berlangsung selama terus menerus

C.     Riwayat penyakit sekarang
Kurang lebih 1 bulan yang lalu pasien merasa nyeri  saat BAK. Biasanya nyeri berlangsung lima menit kemudian hilang,  pancaran urin lemah (+), ada gumpalan darah pada air kencing , pasien tidak dapat menahan keinginan untuk kencing padahal baru saja selesai kencing (frekuensi kencing dalam sehari 5-6 kali/hari), pasien merasa tidak puas setelah BAK. Saat itu pasien memeriksakan dirinya ke puskesmas, kemudian pada tanggal 3 Mei 2013 pasien dirujuk ke RSDM. Pada tanggal 7 Mei 2013 pasien menjalani operasi TURP. Pasien mengatakan merasakan nyeri seperti terbakar sejak dipasang kateter post TURP.
D.    Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit. Riwayat DM, penyakit jantung, dan hipertensi disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, udara, debu dll
E.     Riwayat penyakit keluarga
Penyakit : Keluarga pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, jantung, hepatitis atau penyakait herediter lainny
Genogram :








Keterangan      :
            = laki-laki


= perempuan                                                                 


            = laki-laki, perempuan sudah meninggal

            = Menikah

            = Keturunan
           
            = klien

F.      Pemeriksaan fisik
1.      Keadaan umum     :  baik
2.      Kesadaran             : GCS : E4M6V5 = 15 (Composmentis)
Vital sign               :  TD= 130/80, RR=  20x/menit,  N= 80 x/menit, S= 38,60C
3.      Kepala                               :
Mesosephalus ( simetris ); kepala bersih; tidak ada luka kepala,  rambut warna hitam beruban, lurus, tidak rontok
4.      Mata                      :
Posisi kelopak mata normal, bentuk dan keadaan kulit pinggir mata tidak ada lesi, jaringan parut, dan bersih, konjungtiva anemis, warna sclera tidak ikterik, pupil bentuk bulat  isokhor 3 mm, tidak terlihat adanya papiledema, reflex pupil positif, lensa mata     : jernih, mata tidak mengalami penurunan penglihatan.
5.      Hidung                  :
Tidak terlihat adanya pernafasan cuping hidung,  keadaan hidung bersih tidak ada sekret
6.      Mulut                    :
Bentuk bibir atas dan bawah simetris, warna bibir pucat, tidak sianosis , mukosa bibir lembab , gusi tidak ada perdarahan, keadaan lidah bersih dan letak simetris
7.      Telinga                  :
Bentuk telinga simetris, telinga bersih / tidak ada secret, tidak mengalami penurunan pendengaran


8.      Leher                     :
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
9.      Dada dan paru                 
Inspeksi                 : Pergerakan dada kanan = kiri ( simetri ), retraksi interkosta (-)
Palpasi                   :  Taktil Fremitus kanan = kiri, tidak ada massa dan krepitasi, tidak ada nyeri
Perkusi                  : suara paru sonor +/+
Auskultasi             : Vesikuler +/+, tidak ada suara nafas tambahan
10.  Jantung                 
Inspeksi                 : kedua belah dada simetris, pulsasi iktus kordis tak tampak
Palpasi                   : iktus kordis kuat angkat, letaknya bergeser ke lateral dari intercostal ke V
Perkusi                  : perkusi pericardium redup, batas jantung melebar
Auskultasi             : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, bunyi bising (-)
11.  Abdomen             
Inspeksi                 : Tidak ada memar atau luka, tidak ada asites, pergerakan pernafasan abdomen normal
Auskultasi            : bising usus 6x/menit, tidak ada bruit atau rub
Perkusi                  : timpani yang jelas ditemukan diseluruh abdomen
Palpasi                   : tidak ada nyeri tekan pada penekanan dalam, tidak teraba organomegali, tidak teraba massa
12.  Genitalia    :
Sebelum operasi penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai (BPH grade II). Setelah dilakukan TURP, dipasang kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi traksi. Jumlah urin 1000 ml, warna urin kemerahan, bau khas urin bercampur darah, ada gmpalan darah kecil-kecil. Jumlah caiaran irigasi yang diberikan adalah 200 ml/24 jam.
13.  Ekstremitas           :
Akral hangat, capillary refill < 3 detik, terpasang infus NaCl 0,9% 20  tetes per menit di ekstremitas kiri atas, edema (-), refleks babinski negatif,
kekuatan otot        5          5
                        5          5
                                                                             


G.    Pemeriksaan fungsional
1.      Kebutuhan oksigenasi
Tekanan darah       : 130/90
Nadi                      : 80x/menit, irama nadi normal, teratur
RR                         : 20x/menit
Irama nafas           : normal, teratur
Pasien mengatakan tidak merasa sesak nafas
Tidak ada sianosis
2.      Kebutuhan nutrisi dan cairan
Berat badan           : 55 kg
Tinggi badan         : 160 cm
IMT                       : 21,4 (normal)
Pola makan            :
Keterangan
Sebelum Sakit
Saat sakit
Frekuensi
3x/hari
2-3x/hari
Porsi
1 piring
½ piring
Bentuk makanan
Padat
Padat
Jenis makanan
Nasi,lauk, sayuran
Nasi,lauk, sayuran, buah

a.       Kondisi gigi    : baik,gigi ompong 4, keadaan gigi bersih sebelum dan saat sakit
b.      Nafsu makan   : nafsu makan baik
c.       Minum             : air putih 4-5 gelas belimbing/hari sebelum sakit
  air putih 3 gelas belimbing/hari saat sakit
d.      Mukosa mulut : lembab
e.       Pasien tidak mengalami kesulitan untuk mengunyah ataupun menelan
f.       Turgor kulit     : tidak elastis
g.      Tidak ada edema
2.      Kebutuhan eliminasi
a.       Kebiasaan BAK
1)           Selama di rumah   : 5-6 kali per hari, warna urin kuning keruh, ada gumpalan darah saat kencing, bau khas urin
2)           Saat di rumah sakit : pasien terpasang kateter, banyaknya urin yang keluar 1000 cc/ hari, warna kuning kemerahan dan bau khas urin, ada gumpalan darah
b.      Kebiasaan BAB
1)   Sebelum sakit          :
Frekuensi satu kali per hari
Warna feses kuning kecoklatan, lunak, tidak ada darah
2)   Saat sakit    :
Frekuensi 2 kali per hari
Warna feses kuning kecoklatan, lembek , tidak ada darah
3)   Klien tidak menggunakan obat-obatan laksatif
3.      Termoregulasi
Suhu tubuh pasien 38,60C. Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh
4.      Kebutuhan aktivitas dan latihan
Penilaian aktivitas
0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat: 4: semua dengan bantuan.
Macam ADL
0
1
2
3
4
Makan/minum
ü




Mandi


ü


Berpakaian


ü


BAK/BAB


ü


Berjalan

     
ü


Naik tangga


ü



Kebiasaan olahraga: jarang.
Merasa mudah lelah (+).
Pernah mengalami jatuh: (-).
                 Keterangan      (+): Ya
                                                (-): Tidak
5.      Kebutuhan seksualitas
Pasien merupakan pria berumur 55 tahun dan tinggal sendiri di rumahnya. Istrinya sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu.
6.      Kebutuhan Psikososial (Stres, koping dan konsep diri)
a.       Pasien mengatakan merasa jenuh selama dirumah sakit dan ingin cepat pulang ke rumah
b.      Koping :
1)      Internal            : tidur
2)      Eksternal         : pasien sangat senang jika ditelpon oleh anak dan cucunya
7.      Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Klien merasa tidak nyaman dengan nyeri di bagian meatus uretranya. Skala nyeri 3. Skor risiko jatuh 0-0-0-1-0-0 (risiko rendah)
8.      Kebutuhan spiritual
Klien mengatakan sebelum sakit selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu dan berdoa. Saat sakit klien tetap menjalankan ibadah sholat waktu dengan teratur tetapi dengan duduk.
9.      Kebutuhan higiene
a.       Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 2x/hari sebelum sakit dan selalu ganti pakaian
b.      Sesudah sakit : Pasien mandi 2x sehari dengan dibantu anaknya dan selalu ganti pakaian
c.       Pasien mengatakan tidak pernah merasa gatal – gatal pada kulit selama sakit
d.      Keadaan kulit pasien bersih dan tidak ada eritema atau lesi
10.  Kebutuhan istirahat tidur
Sebelum sakit
Setelah sakit
-    Tidur 6 jam/hari
-    Tidak pernah mengalami insomnia
-    Tidak pernah menggunakan obat tidur
-    Tidur merasa puas
-          Pasien tidur 4-5 jam / hari tetapi sering terbangun
-          Pasien kurang nyaman tidur di rumah sakit
-          Tidak menggunakan obat tidur
-          Tidur tidak terasa puas


11.  Kebutuhan konsep diri
Saat dirawat di rumah sakit.
a. Harga diri    :Klien tidak menarik diri
b. Ideal diri     : Klien tidak mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.    Klien hanya ingin cepat sembuh dari penyakitnya
c. Aktualisasi diri        : Baik
d. Identitas diri           : Klien dapat mengerti siapa dirinya dengan benar
e. Gambaran diri         : Baik
f. Peran                        : Baik
12.  Kebutuhan rekreasi
Selama di rumah sakit pasien merasa jenuh dan kangen dengan cucunya. Jika sudah merasakan seperti itu klien biasany minta ditelponkan cucunya sebab selama di rumah sakit klien tidak dapat bertemu dengan cucunya
13.  Kebutuhan belajar
Tidak terkaji

H.    Pemeriksaan penunjang
1.      Hasil pemeriksaan sitologi 3 Mei 2013
Kanker sitologi :
a         Tidak ditemukan sel ganas
b        Nampak sel abnormal tetapi tidak tersangka keganasan
c         Nampak sel sel atypik yang meragukan untuk keganasan, mohon ulangan
d        Nampak sel-sel yang mencurigakan keganasan
e         Nampak adanya sel-sel ganas
Sediaan yang diterima : Cairan urine 3 ml, merah, 1 slide
Jawaban/hasil pemeriksaan : Sel-sel uropoetika dalam batas normal, beberapa sel dengan inti atripi. Latar belakang eritrosit
Kesimpulan : Tidak didapat sel ganas



2.      Hasil laboratorium kimia urin tanggal 3 Mei 2013
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
Kesan
Rasional
Makroskopis
Warna
Yellow




Kejernihan
Cloudy




Kimia Urin
Berat
1,015

1,015-1,025
Normal

pH
6,5

4,5-8,0
Normal

Leukosit
250
/ul
Negatif
Tidak normal
Peningkatan leukosit mengindikasikan terjadinya infeksi sebab pada klien BPH akumulasi urindi VU yang terlalu banyak dapat menyebabkan tempat berkumpulnya bakteri sehingga tubuh pun akan meningkatkan kadar leukositnya
Nitrit
Negatif

Negatif
Normal

Protein
75
mg/dl
Negatif
Tidak normal
Adanya protein dalam urin mengindikasikan adanya kegagalan ginjal mengfiltrasi protein
Glukosa
Normal
mg/dl
normal
Normal

Keton
Negatif
mg/dl
Negatif
Normal

Urobilinogen
Normal
mg/dl
Normal


Bilirubin
Negatif
mg/dl
Negatif


Eritrosit
150
/ul
Negatif
Tidak normal
Semakin tua seseorang fungsi tubuhnya juga akan mengalami penurunan, termasuk penurunan sum-sum tulang yang mempengaruhi produksi sel darah merah.
Mikroskopis
Leukosit
1397,4
/ul
0-5,8
Tinggi
Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya infeksi sebab pada klien BPH akumulasi urin di VU yang terlalu banyak dapat menyebabkan tempat berkumpulnya bakteri sehingga tubuh pun akan meningkatkan kadar leukositnya
Leukosit
252
/LPB
0-12
Tinggi
Peningkatan leukosit mengindikasikan adanya infeksi sebab pada klien BPH akumulasi urindi VU yang terlalu banyak dapat menyebabkan tempat berkumpulnya bakteri sehingga tubuh pun akan meningkatkan kadar leukositnya
Epitel
Epitel squamous
Negatif
/LPB
negatif
Normal

Epitel transisional
Negatif
/LPB
negatif
Normal

Epitel bulat
 Negatif
/LPB
negatif
Normal

Silinder
Hyline
0
/LPK
0-3
Normal

Granulated
0-1
/LPK
negatif
Normal

Leukosit
Negatif
/LPK
negatif
Normal

Kristal
0,0
/uL
0,0
Normal

Small round cell
1,6
/uL
0,0
Tinggi

Sperma
0,0
/uL
0,0-0,0
Normal

Konduktivitas
17,8
ms/cm
3,0-32,0
Normal


Lain-lain : eritroist memenuhi seluruh lapang pandang pemeriksaan, bakteri (+), macrophage (+)
3.      Hasil USG urologi tanggal 4 Mei 2013
Klinis : BPH grade II, hematuria diagnosa dugaan suspek Ca prostat
Kedua renal: ukuran dan echostruktur normal, batas korteks dan medulla tegas, tak tampak dilatasi PCS, batu/kista (-)
Bladder : tampak lesi hiperechoic ukuran 3x4x4 cm didalamnya
Prostat : ukuran membesar volume 41 ml, echostruktur normal, klasifikasi (-)
Kesan : Pembesaran prostat
Lesi hiperechoic didalam bladder mengesankan blood clot
4.      Hasil rontgen thorak 4 Mei 2013
Klinis : pro urgent evaluasi cloth ai hematuria + susp massa intra thoracal
Cor : membesar dengan CTR > 50%. Tampak elongasi disertai klasifikasi aorta
Pulmo : tak tampak infiltrat di kedua lapang paru, tampak penebalan hilus kanan, kiri
Sinus costophrenicus kanan kiri anterior posterior tajam
Retrosternal dan retrocardiac space dalam batas normal
Diaphragma kanan kiri normal
Trachea di tengah
Sistema tulang baik
Kesan :
Cardiomegali dengan konfigurasi HHD
Aorthosklerosis
Penebalan hilus bilateral
5.      Hasil laboratorium mikrobiologi klinik 3 Mei 2013
Spesimen : urin
Organism : No Growth
6.      Hasil laboratorium pemeriksaan darah post TURP tanggal 7 Mei 2013
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Kesan
Rasional
Hematologi
Hemoglobin
10,9
gr/dl
12,1-17,6
Turun
Post operasi pasien akan mengalami banyak perdarahan, tubuh akan berusaha mengganti cairan plasma dalam waktu satu sampai tiga hari yang akan menyebabkan penurunan Hb
Hematokrit
34
%
33 – 45
Normal

Eritrosit
3,83
Jt/ul
4,5-5,9
Normal

Leukosit
14,1
ribu/ul
4,5– 11,0
Tinggi
Peninggian kadar leukosit post op mengindikasikan adanya infeksi
Trombosit
303
ribu/ul
150-450
Normal


7.      Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi tanggal 11 Mei 2013 post TURP
MAKROS : Diterima jaringan
a         Prostat 30 gram, coklat 2 coupe
b        Buli-buli 25 cc, coklat, 2 coupe
MIKROS :
a         Sediaan kelenjar prostat teridiri atas keping jaringan fibromuskular yang padat dengan hiperplasia kelenjar prostat
b        Keping-keping sediaa bersel dari buli menunjukkan Transisional Cel Carcinoma yang sudah menginfiltrasi jaringan otot
Kesimpulan : Benign Prostat Hiperplasia, Transisional Cell Carcinoma Buli Grade II/III

I.       Terapi
1.    Terapi tanggal 7 Mei 2013
Jenis terapi
Dosis
Rute
Indikasi & Cara Kerja
Kontraindikasi
Efek samping
Peran perawat
NaCl 0,9%
20 tpm
200ml/24 jam (irigasi)
IV dan irigasi kateter
Indikasi :
Penggantian cairan plasma isotonik yang hilang, penggantian cairan pada kondisi alkalosis hiperkloremia
Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, inufisiensi renal, hiperetensi, edema perifer dan edema paru
Hipokalemia, hipervolemia, hipernatremia
-          Memberi terapi sesuai dengan advice dokter,
-          Mengkaji keseimbangan cairan (asupan dan haluaran, berat badan harian, edema, bunyi paru) selama terapi,
-          Mengkaji adanya gejala hiponatremia (sakit kepala, takikardia, kelesuan, membran mukosa kering, mual, muntah, kram otot) atau hipernatremia (edema, penambahan berat badan, hipertensi, takikardia, demam, kulit memerah, iritabilitas mental) selama terapi. Natrium dikukur dalam kaitannya dengan konsentrasinya terhadap cairan didalam tubuh dan gejala dapat berubah berdasarkan status hidrasi pasien,
-          Memantau konsentrasi serum natrium, kalium bikarbonat dan kalium klorida dan keseimbangan asam basa secara periodik pada pasien yang mendapat terapi natrium klorida jangka panjang.
-          Memantau osmolaritas serum pada pasien yang mendapat larutan salin hipertonik
Ketorolac
2x30 mg
IV
Indikasi: penanganan jangka pendek untuk nyeri hebat
Cara kerja :
Efeknya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksogenase (prostaglandin sintetase). Selain menghambat sintese   prostaglandin, juga menghambat tromboksan A2. ketorolac tromethamine memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan
Tukak peptik aktif, perdarahan atau perforasi GI, riwayat tukak peptik atau perdarahan GI, disfungsi ginjal berat atau risiko gagal ginjal, , gangguan hemostatik, penyakit serebrovaskulatdiatesis hemoragik, pemberian secara intratekal atau epidural, penggunaan bersama dengan AINS dan probenesid, laktasi
Tukak GI, perdarahan dan perforasi GI, pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, reaksi anafilaktoid, gagal hati
Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, mengecek, riwayat alergi obat, mengevaluasi aktivitas obat (efek samping),

Kalnex
2x500 mg
IV
Indikasi :Fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks, edma angioneurotik, herediter, perdarahan abnormal pasca operasi
Cara kerja :
Aktifitas antiplasminik:
Menghambat aktifitas dari aktifaktor plasmonogen dan plasmine. Aktifitas anti plasminik telah dibuktikan dengan berbagai percobaan “ in vitro” penemuan aktifitas plamin dalam darah dan aktifitas plasma setempat, setelah diberikan pada tubuh manusia.
Aktifitas Hemostatis :
Mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuan faskuler dan pemecahan factor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya waktu pendarahan dan lama pendarahan.


Gangguan GI, mual, pusing, muntah, anoreksia, eksantema, dan sakit kepala, hipotensi pada pemberian IV cepat
Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, mengecek, riwayat alergi obat, mengevaluasi aktivitas obat (efek samping),

Ceftriaxon
1x1 gram
IV
Indikasi: Pengobatan infeksi saluran napas bawah, saluran kemih kelamin, tulang dan sendi, kulit, infeksi ginekologi, infeksi SSP, ISK, bakteremia dan septikemia,infeksi intra abdomen, profilaksis pra-op
Cara kerja :
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri
Hipersensitifitas terhadap sefalosporin
Ganggaun GI, reksi hipersensitivitas, suprainfeksi, leukopenia sementara, eosinofilia, neutropenia, trombositosis. Peningkatan sementara SGOT, SGPT, BUN
Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, mengecek, riwayat alergi obat, mengevaluasi aktivitas obat (efek samping),

2.    Tanggal 8-10 Mei 2013
Jenis terapi
Dosis
Rute
Indikasi & Cara Kerja
Kontraindikasi
Efek samping
Peran perawat
NaCl 0,9%
20 tpm (IV)
200 cc /24 jam (irigasi)
IV dan irigasi
Indikasi :
Penggantian cairan plasma isotonik yang hilang, penggantian cairan pada kondisi alkalosis hiperkloremia
Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, inufisiensi renal, hiperetensi, edema perifer dan edema paru
Hipokalemia, hipervolemia, hipernatremia
-          Memberi terapi sesuai dengan advice dokter,
-          Mengkaji keseimbangan cairan (asupan dan haluaran, berat badan harian, edema, bunyi paru) selama terapi,
-          Mengkaji adanya gejala hiponatremia (sakit kepala, takikardia, kelesuan, membran mukosa kering, mual, muntah, kram otot) atau hipernatremia (edema, penambahan berat badan, hipertensi, takikardia, demam, kulit memerah, iritabilitas mental) selama terapi. Natrium dikukur dalam kaitannya dengan konsentrasinya terhadap cairan didalam tubuh dan gejala dapat berubah berdasarkan status hidrasi pasien,
-          Memantau konsentrasi serum natrium, kalium bikarbonat dan kalium klorida dan keseimbangan asam basa secara periodik pada pasien yang mendapat terapi natrium klorida jangka panjang.
-          Memantau osmolaritas serum pada pasien yang mendapat larutan salin hipertonik
Ketorolac
2x30 mg
IV
Indikasi: penanganan jangka pendek untuk nyeri hebat
Cara kerja :
Efeknya menghambat biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim siklooksogenase (prostaglandin sintetase). Selain menghambat sintese prostaglandin, juga menghambat tromboksan A2. ketorolac tromethamine memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pelekatan granulosit pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan
Tukak peptik aktif, perdarahan atau perforasi GI, riwayat tukak peptik atau perdarahan GI, disfungsi ginjal berat atau risiko gagal ginjal, , gangguan hemostatik, penyakit serebrovaskulatdiatesis hemoragik, pemberian secara intratekal atau epidural, penggunaan bersama dengan AINS dan probenesid, laktasi
Tukak GI, perdarahan dan perforasi GI, pendarahan pasca operasi, gagal ginjal akut, reaksi anafilaktoid, gagal hati
Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, mengecek, riwayat alergi obat, mengevaluasi aktivitas obat (efek samping),
Ranitidin
2x50 mg
IV
Indikasi :
meredakan gejala refluks esofagus

Cara kerja :
Ranitidin adalah antihistamin penghambat reseptor H2 (AH2). Perangsangan reseptor H2   akan merangsang sekresi asam lambung. Dalam menghambat reseptor H2, ranitidine bekerja cepat, spesifik dan reversibel melalui pengurangan volume dan kadar ion hidrogen cairan lambung. Ranitidine juga meningkatkan penghambatan sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin.

Penderita gangguan fungsi ginjal, wanita hamil dan menyusui
Sakit kepala, tidak enak badan, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi, takikardi, bradikardi, blok AV, denyut prematur ventrikel,, gangguan GI, artralgia, mialgia, perubahan hematologik, gangguan endokrin, ruam kulit, eritema, multiform, alopesia, hipersensitivitas, sedikit peningkatan kreatinin serum
Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, mengecek, riwayat alergi obat, mengevaluasi aktivitas obat (efek samping),
Ceftriaxon
2x1 gram
IV
Indikasi: Pengobatan infeksi saluran napas bawah, saluran kemih kelamin, tulang dan sendi, kulit, infeksi ginekologi, infeksi SSP, ISK, bakteremia dan septikemia,infeksi intra abdomen, profilaksis pra-op.
Cara kerja :
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri
Hipersensitifitas terhadap sefalosporin
Ganggaun GI, reksi hipersensitivitas, suprainfeksi, leukopenia sementara, eosinofilia, neutropenia, trombositosis. Peningkatan sementara SGOT, SGPT, BUN
Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi, mengecek, riwayat alergi obat, mengevaluasi aktivitas obat (efek samping),

J.       Analisa Data
No
Tanggal dan jam
Data
Masalah
Etiologi
1
07 Mei 2013 pukul 14.00
S :Pasien mengeluh nyeri dan panas di bagian ujung penisnya
·         P : pasien mengatakan aktivitas tidak mempengaruhi nyerinya
·         Q: Pasien mengatakan ujung penisnya nyeri dan panas seperti terbakar
·         R: Pasien mengatakan nyeri di bagian lubang penisnya (meatus uretra) tempat terpasang selang kateter
·         T : pasien mengatakan nyeri berlangsung selama terus menerus
O : klien tampak meringis kesakitan menahan nyeri dan gelisah. Skala nyeri 3. TD= 130/90, RR=  20x/menit,  N= 80 x/menit, S= 38,60C
Nyeri akut
Agens cedera (post TURP)
2
07 Mei 2013 pukul 14.00
Ds : pasien mengatakan aktivitasnya hanya terbatas di tempat tidur karena terpasang selang
Do : semua kebutuhan ADL pasien kecuali makan dibantu oleh keluarga, kekuatan otot pasien  5  5
                                  5   5
pasien terpasang kateter  three way no 24
Hambatan mobilitas fisik
Program pembatasan gerak
3
07 Mei 2013 14.00
Ds: pasien mengatakn setelah operasi warna urinnya merah dan ada gumpalan darah kecil-kecil.
Do: pasien post TURP terpasang kateter folley threeway dengan traksi ukuran 24. Warna urin kemerahan, jumlah urin 1000cc, ada gumpalan darah kecil-kecil pada saluran kateternya, distensi   bladdder (-)
Risiko tinggi retensi urin
Obstruksi  (gumpalan darah post TURP)
4
07 Mei 2013 pukul 14.00
Ds : pasien mengatakan di bagian lubang penisnya terasa panas seperti terbakar
Do : pasien post TURP, pasien terpasang kateter foley three way no 24, Suhu = 38,60C, leukosit 14,1 ribu/ul (tinggi)
Resiko infeksi
Trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)

K.    Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (post TURP)
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan program pembatasan gerak
3.      Resiko tinggi retensi urin berhubungan dengan obstruksi (gumpalan darah post TURP)
4.      Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)






L.     Perencanaan
No
Dx keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Nyeri akut b/d agens cedera (post TURP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :
·         Pasien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi dengan skala 1
·         Pasien tidak terlihat kesakitan atau gelisah
·         TTV klien dalam batas normal
·         Mampu mengontrol nyeri (tahu   penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·         Tidak mengalami gangguan tidur
NIC
Manajemen nyeri
·         Kaji nyeri PQRST
·         Monitor TTV dan skala nyeri secara teratur
·         Observasi reaksi non verbal
·         Jelaskan penyebab nyeri
·         Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
·         Jelaskan pada keluarga peran yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri.
·         Batasi aktivitas selama periode nyeri
·         Minimalkan stimuli yang menyebabkan peningkatan nyeri

Administrasi analgesik
·         Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian analgesik
·         Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgesik
·         Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
·         Cek riwayat alergi analgesik
·         Evaluasi aktivitas analgesik tanda dan gejala (efek samping)
2
Hambatan mobilitas fisik b/d program pembatasan gerak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam hambatan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:
·         Klien meningkat dalam aktivitas fisik dan
·         Klien  dapat memenuhi kebutuhan ADL sendiri
·         Pasien memverbalisasikan perasaannya dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

·         Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
·         Konsultasikan dengan terapi fisik   tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
·         Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
·         Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk mempertahankan kekuatan otot
·         Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
·         Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
·         Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien
·         Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
·         Berikan penguatan yang positif selama aktivitas
3
Risiko tinggi retensi urin berhubungan dengan adanya obstruksi (gumpalan darh post TURP)
Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 4x24 jam pasien tidak mengalami retensi urin dengan kriteria hasil :
·         Tidak ada gumpalan darah pada urin
·         Kandung kemih kosong secara penuh, tak teraba distensi kandung kemih
·         Tidak ada residu urine >100-200 cc
·         Balance cairan seimbang
·         Monitor intake dan output
·         Monitor derajat distensi bladder
·         Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urin)
·         Lakukan irigasi kandung kemih sesuai dengan instruksi dokter
·         Kaji haluaran urin dan sistem kateter/drainase. Khususnya selma irigasi kandung kemih
·         Instruksikan pasien dan atau keluarga untuk mencatat jumlah caiaran yang masuk dan mencatat output urin.
4
Risiko infeksi b/d trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
·         Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  (tumor, rubor, dolor dan kalor)
·         Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·         Jumlah leukosit dalam batas normal
·         Pertahankan teknik aseptif
·         Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
·         Awasi tanda vital, perhatiakn demam ringan, menggigil, nadi  dan pernapasan, cepat, gelisah, peka, disorientasi
·         Tingkatkan intake nutrisi
·         Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·         Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·         Dorong masukan cairan
·         Dorong istirahat
·         Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
·         Monitor hitung granulosit dan WBC
·         Berikan antibiotik
·         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·         Ajarkan klien dan keluarga bagaimana mencegah infeksi







M.   Implementasi
NO
Tanggal/jam
Dx keperawatan
Implementasi
Evaluasi formatif
1
07 Mei 2013 pukul 14.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (post TURP, pemasangan kateter)
1.      Mengkaji nyeri PQRST
2.      Memonitor TTV dan skala nyeri setiap 4 jam
3.      Mengobeservasi reksi non verbal
4.      Menjelaskan penyebab nyeri pada pasien
S : pasien mengeluh nyeri dan panas di bagian ujung penisnya
O :  pasien terlihat gelisah, skala nyeri pasien 3,TD= 130/90, RR=  20x/menit,  N= 80 x/menit, S= 38,60C
2
07 Mei 2013 pukul 16.00
1.      Kolaborasi dengan dokter : memberikan analgetik (ketorolac 30 mg)
2.      Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
3.      Membatasi aktivitas selama perode nyeri


S : pasien mengatakan bersedia untuk diberi obat anti nyeri dan bersedia diajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
O : pasien mengikuti instruksi perawat untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
3
8 Mei 2013 pukul 16.00
1.      Memonitor tingkat nyeri
2.      Memonitor TTV
3.      Memberikan terapi analgetik sesuai dengan perintah dokter (ketorolac 30 mg)
4.      Memotivasi pasien untuk menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam
S : pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah diberi obat dan menerapkan tehnik nafas dalam
O : TD = 140/90, N= 90x/menit, S = 37,3 RR = 18x/menit
Skala nyeri 2
4
9 Mei 2013 pukul
16.00
1.      Memonitor tingkat nyeri
2.      Memonitor TTV
3.      Melanjutkan terapi analgetik sesuai dengan perintah dokter (ketorolac 30 mg)
4.      Memotivasi pasien untuk untuk menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri
S : pasien mengatakan nyerinya berkurang
O : skala nyeri 2
TD : 130/85, N = 88x/menit, RR= 20x/menit S= 36,50C
5
10 Mei 2013
Jam 08.00
1.      Memonitor tingkat nyeri
2.      Memonitor TTV
3.      Melanjutkan terapi analgetik sesuai dengan perintah dokter (ketorolac 30 mg)
4.      Memotivasi pasien untuk untuk menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri
S : pasien mengatakan nyerinya berkurang
O : skala nyeri 1
TD : 130/80, N = 80x/menit, RR= 18x/menit S= 36,70C
1
7 Mei 2013 pukul 15.00
Hambatan mobilitas fisik berhubungandengan program pembatasan gerak
1.      Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
2.      Menjelaskan pentingnya mobilisasi kepada pasien
3.      Mengajarkan pasien tehnik merubah posisi  (lateral kanan, lateral kiri) setiap 2 jam sekali
4.      Memberikan penguatan yang positif pada pasien
S : pasien mengeluh aktivitasnya hanya terbatas pada tempat tidur saja,
O : kekuatan otot pasien 5  5
                                        5  5
Pasien mengikuti instruksi perawat untuk merubah posisi 2 jam sekali, pasien mampu menjelaskan tentang tujuan dari mobilisasi fisik kepada perawat setelah perawat memberi edukasi
2
8 Mei 2013 pukul
 17.00
1.      Mengajarkan pasien  ROM pasif selama 10 menit
2.      Memonitor TTV pasien setelah latihan ROM
3.      Memotivasi pasien untuk selalu merubah posisi setaip 2 jam sekali
S : pasien mengatakan bersedia ketika perawat mau mengajarkan ROM pasif
O : pasien mengikuti apa yang diinstruksikan perawat saat latihan ROM pasif
TD : 140/90,N= 90x/menit, RR= 20x/menit,  S= 37,30C
3
9 Mei 2013 pukul 17.00
1.      Membantu pasien untuk mobilisasi dari tempat tidur ke posisi duduk
2.      Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL

S : pasien mengatakan jika nanti selang kateter dan infusnya sudah dilepas dia yakin akan bisa memenuhi semua ADL nya dengan mandiri
O : pasien senang sekali ketika dibantu oleh perawat, pasien tidak merasa pusing dan kuat saat perawat membantu untuk mobilisasi dari tempat tidur ke posisi duduk
4
10 Mei 2013 jam 10.00
1.      Membantu pasien untuk melakukan ROM aktif selama 15 menit
2.      Monitor TTV setelah latihan ROM
3.      Motivasi pasien untuk rajin melakukan ROM untuk mempertahankan kekuatan ototnya
S : pasien mengatakan tidak lelah setelah latihan ROM
O : TD = 130/90 N= 90x/menit, S= 37,5 RR= 22x/menit
1
7 Mei 2013 pukul 14.00 WIB
Risiko tinggi retensi urin berhubungan dengan adanya obstruksi (gumpalan darh post TURP)
1.      Memonitor intake dan output
2.      Memonitor derajat distensi bladder
3.      Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urin)

S: Pasien mengatakan minum mengahabiskan 3 gelas belimbing (1500 cc)
O:  distensi bladder tidak teraba, jumlah urin 1000 cc, warna urin kemerahan, konsistensi urin cair dan ada gumpalan darh kecil-kecil, bau khas urin bercampur darah
2
7 Mei 2013 pukul 14.00

·         Melakukan irigasi kandung kemih sesuai dengan instruksi dokter
·         Mengkaji haluaran urin dan sistem kateter/drainase. Khususnya selama irigasi kandung kemih
·         Menginstruksikan pasien dan atau keluarga untuk mencatat jumlah caiaran yang masuk dan mencatat output urin.
S: pasien bersedia dilakukan irigasi kandung kemih dan keluarga pasien bersedia untuk mencatat jumlah cairan yang masuk dan mencatat output urin
O: haluaran urin 1000 cc, cairan NaCl yang masuk 200 cc/24 jam
3
7 Mei 2013 pukul 20.00

·         Memberikan injeksi kalnex 500 mg
S: pasien mengatakan bersedia untuk diberikan obat
O : pasien tampak menahan kesakitan saat diberikan obat injeksi kalnex 500 mg
3
8 Mei 2013 pukul 14.00

·         Memonitor intake dan output
·         Memonitor derajat distensi bladder
·         Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urin)
S: pasien mengatakan tidak merasakan nyeri dibagian bawah perutnya (daerah suprapubik)
O: warna urin masih kemerahan, banyaknya 1500 cc,  gumpalan darah masih ada. Masukan cairan 1200 cc, bau khas urin bercampur darah
4
8 Mei 2013 pukul 14.15

·         Melakukan irigasi kandung kemih sesuai dengan instruksi dokter
·         Mengkaji haluaran urin dan sistem kateter/drainase. Khususnya selama irigasi kandung kemih
·         Mengingatkan pasien dan atau keluarga untuk mencatat jumlah caiaran yang masuk dan mencatat output urin
S: pasien bersedia untuk dilakukan irigasi bladder
O: haluaran urin 1500 cc, cairan irigasi 200 cc/24 jam

5

9 Mei 2013 pukul 15.00


·         Memonitor intake dan output
·         Memonitor derajat distensi bladder
·         Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urin)

S: pasien mengatakan urinnya tidak kunjung jernih namun sudah tidak ada gumpalan darah lagi
O: distensi kandung kemih tidak teraba, warna urin masih kemerahan, gumpalan darah sudah tidak ada. Masukan cairan 1200 cc, haluaran urin 1400 cc.

6

9 Mei 2013 pukul 15.14


·         Melakukan irigasi kandung kemih sesuai dengan instruksi dokter
·         Mengkaji haluaran urin dan sistem kateter/drainase. Khususnya selama irigasi kandung kemih
·         Mengingatkan pasien dan atau keluarga untuk mencatat jumlah caiaran yang masuk dan mencatat output urin

S: pasien bersedia untuk dilakukan irigasi bladder
O: haluaran urin 1400 cc, cairan irigasi 200 cc/24 jam

7

10 Mei 2013 pukul 14.00


·         Memonitor intake dan output
·         Memonitor derajat distensi bladder
Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urin)

S; pasien mengatakan gumpalan darah sudah tidak ada, namun warna urinnya masih merah
O: Distensi kandung kemih tidak teraba, warna urin masih kemerahan, gumpalan darah sudah tidak ada. Masukan cairan 1300 cc, haluaran urin 1500 cc

8

10 Mei 2013 pukul 14.15


·         Melakukan irigasi kandung kemih sesuai dengan instruksi dokter
·         Mengkaji haluaran urin dan sistem kateter/drainase. Khususnya selama irigasi kandung kemih
·         Mengingatkan pasien dan atau keluarga untuk mencatat jumlah caiaran yang masuk dan mencatat output urin

S: pasien bersedia untuk dilakukan irigasi bladder
O: haluaran urin 1500 cc, cairan irigasi 200 cc/24 jam
1
7 Mei 2013 pukul 16.00
Risiko infeksi b/d trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)
1.      Kaji suhu badan pasien
2.      Monitor tanda dan gejala infeksi sitemik lokal
3.      Monitor hitung white blood cell




S: pasien mengeluh panas dibagian ujung penisnya

O : daerah disekitar uretra pasien yang terpasang selang kateter tampak kemerahan
Hasil lab leukosit 14,1 ribu/ul
2
7 Mei 2013 pukul 20.00
Memberikan injeksi antibiotik berdasarkan prinsip 5 benar (ceftriaxon 1 gram)
S : pasien mengatakan bersedia diberi obat antibiotik
O : pasien tampak meringis kesakitan saat obat antibiotik disuntikkan .
3
8 Mei 2013 pukul 16.00
1.      Memonitor suhu tubuh pasien
2.      Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
3.      Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
S : pasien mengatakan tubuhnya sedikit hangat
O : S= 37,80C, daerah ujung uretra yang terpasang kateter masih tampak kemerahan disekitarnya
4
8 Mei 2013 pukul 20.00
Memberikan injeksi ceftriaxon (1 gram)
S ; pasien bersedia diberikan injeksi obat antibiotik
O : pasien tampak kesakitan saat obat disuntikkan
5
9 Mei 2013 pukul 17.00
1.      Memonitor suhu tubuh pasien
2.      Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
3.      Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
S ; pasien mengatakan suhu badannya sudah tidak panas lagi, klien mengatakan rasa panas di ujung penisnya sudah agak berkurang
O : S= 36,50C

6
9 Mei 2013 pukul 20.00
Memberikan injeksi ceftriaxon (1 gram)
S ; pasien bersedia diberikan injeksi obat antibiotik
O : pasien tampak kesakitan saat obat disuntikkan
7
10 Mei 2013 pukul 08.00
1.      Memonitor suhu tubuh pasien
2.      Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
3.      Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4.      Memberikan injeksi ceftriaxon (1 gram)
S klien mengatakan rasa panas di ujung penisnya sudah agak berkurang
O : S= 36,70C, pasien terlihat kesakitan saat disuntikkan obat antibiotik



N.    Evaluasi Sumatif
No
Tanggal dan jam
Dx keperawatan
Evaluasi
Ttd
1
07 Mei 2013 pukul 20.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (post TURP, pemasangan kateter)
S : pasien mengeluh nyeri dan panas di bagian ujung penisnya
O: pasien terlihat gelisah, skala nyeri pasien 3,pasien mampu mengikuti instruksi perawat untuk mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam, TD= 130/90, RR=  20x/menit,  N= 80 x/menit, S= 38,60C
A: masalah belum teratasi
P:
-          Memonitor tingkat nyeri
-          Memonitor TTV
-          Melanjutkan intervensi yaitu pemberian analgetik sesuai dengan instruksi dokter
-          Memotivasi pasien untuk menerapkan tehnik relaksasi nafs dalam untuk mengontrol nyeri



Hambatan mobilitas fisik berhubungandengan program pembatasan gerak
S: pasien mengatakan aktifitasnya hanya terbatas di tempat tidur saja karena terpasang selang kateter dan infus
O: kekuatan otot pasien  5  5
                                        5  5
Pasien mengikuti instruksi perawat untuk merubah posisi 2 jam sekali, pasien mampu menjelaskan tentang tujuan dari mobilisasi fisik kepada perawat setelah perawat memberi edukasi
A: masalah belum teratasi
P:
-          Mengajarkan pasien  ROM pasif selama 10 menit
-          Memonitor TTV pasien setelah latihan ROM
-          Memotivasi pasien untuk selalu merubah posisi setaip 2 jam sekali


Risiko tinggi retensi urin berhubungan dengan obstruksi (adanya gumpalan darah post TURP)
S: : Pasien mengatakan warna urin merah dan ada gumpalan darah kecil-kecil
O:  distensi bladder tidak teraba, jumlah cairan yang masuk 1500 cc, jumlah haluaran urin 1000 cc, warna urin kemerahan, konsistensi urin cair dan ada gumpalan darah kecil-kecil, bau khas urin bercampur darah, haluaran urin 1000 cc, cairan NaCl yang masuk 200 cc/24 jam
A: masalah belum teratasi
P: - Monitor haluaran urine (jumlah, warna, konsistensi, adanya darah)
    -  Pantau masukan dan haluaran cairan
    -  Pantau adanya distensi bladder
    - Lanjutakn program irigasi sesuai dengan instruksi dokter
   


Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)
S: pasien mengeluh panas dibagian ujung penisnya
O : daerah disekitar uretra pasien yang terpasang selang kateter tampak kemerahan, hasil lab leukosit 14,1 ribu/ul
A : masalah belum teratasi
P :
-          Memonitor suhu tubuh pasien
-          Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
-          Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan

2
8 Mei 2013 pukul 20.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (post TURP, pemasangan kateter)
S : pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang setelah diberi obat dan menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam
O : TD = 140/90, N= 90x/menit, S = 37,3 RR = 18x/menit
Skala nyeri 2
A :masalah teratasi sebagian
P:
-          Memonitor tingkat nyeri
-          Memonitor TTV
-          Melanjutkan terapi analgetik sesuai dengan perintah dokter (ketorolac 30 mg)
-          Memotivasi pasien untuk untuk menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri


Hambatan mobilitas fisik berhubungandengan program pembatasan gerak
S : pasien mengatakan tidak mengalami kelelahan setelah selesai latihan ROM pasif selama 10 menit
O: TD : 140/90,N= 90x/menit, RR= 20x/menit,  S= 37,30C
A:  masalah belum teratasi
P: Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL


Risiko tinggi retensi urin berhubungan dengan obstruksi (adanya gumpalan darah post TURP)
S: Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri dibagian bawah perutnya.
O: warna urin masih kemerahan, banyaknya 1500 cc,  gumpalan darah masih ada. Masukan caiarn 1200 cc, bau khas urin bercampur darah. Cairan irigasi 200cc/24 jam
A: masalah belum teratasi
P: - Monitor haluaran urine (jumlah, warna, konsistensi, adanya darah)
    -  Pantau masukan dan haluaran cairan
    -  Pantau adanya distensi bladder
    - Lanjutakn program irigasi sesuai dengan instruksi dokter


Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)
S : pasien mengatakan tubuhnya sedikit hangat
O : S= 37,80C, daerah ujung uretra yang terpasang kateter masih tampak kemerahan disekitarnya
A: masalah belum teratasi
P:
-          Memonitor suhu tubuh pasien
-          Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
-          Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
-          Memberikan injeksi ceftriaxon 1 gram


9 Mei 2013 pukul  20.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (post TURP, pemasangan kateter)
S : pasien mengatakan nyerinya berkurang
O : skala nyeri 2
TD : 130/85, N = 88x/menit, RR= 20x/menit S= 36,50C
A : masalah teratasi sebagian
P:
-          Memonitor tingkat nyeri
-          Memonitor TTV
-          Melanjutkan terapi analgetik sesuai dengan perintah dokter (ketorolac 30 mg)
-          Memotivasi pasien untuk untuk menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri



Hambatan mobilitas fisik berhubungandengan program pembatasan gerak
S : pasien mengatakan jika nanti selang kateter dan infusnya sudah dilepas dia yakin akan bisa memenuhi semua ADL nya dengan mandiri
O : pasien mampu mobilisasi dari tempat tidur ke posisi duduk secara mandiri, pasien mampu makan sendiri.
A : masalah teratasi sebagian
P:
-          Membantu pasien untuk melakukan ROM aktif selama 15 menit
-          Monitor TTV setelah latihan ROM
-          Motivasi pasien untuk rajin melakukan ROM untuk mempertahankan kekuatan ototnya



Risiko tinggi retensi urin berhubungan dengan obstruksi (adanya gumpalan darah post TURP)
S: pasien mengatakan urinnya tidak kunjung jernih namun sudah tidak ada gumpalan darah lagi
O: distensi kandung kemih tidak teraba, warna urin masih kemerahan, gumpalan darah sudah tidak ada. Masukan cairan 1200 cc, haluaran urin 1400 cc.Cairan irigasi 200 cc/24 jam
A: masalah teratasi sebagian
P: - Monitor haluaran urine (jumlah, warna, konsistensi, adanya darah)
    -  Pantau masukan dan haluaran cairan
    -  Pantau adanya distensi bladder
    - Lanjutakn program irigasi sesuai dengan instruksi dokter



Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)
S ; pasien mengatakan suhu badannya sudah tidak panas lagi, klien mengatakan rasa panas di ujung penisnya sudah agak berkurang
O : S= 36,50C, selang kateter masih terpasang
A : masalah teratasi sebagian
P:
-          Memonitor suhu tubuh pasien
-          Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
-          Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
-          Memberikan injeksi ceftriaxon (1 gram)


10 Mei 2013 pukul 14.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (post TURP, pemasangan kateter)
S : pasien mengatakan nyerinya berkurang dan mengatakan lebih nyaman
O : skala nyeri 1, pasien tidak gelisah
TD : 130/80, N = 80x/menit, RR= 18x/menit S= 36,70C
A: masalah teratasi
P :Pertahankan  terapi analgetik sesuai dengan perintah dokter (ketorolac 30 mg)

Hambatan mobilitas fisik berhubungandengan program pembatasan gerak
S : pasien menyatakan mampu dan kuat untuk latihan ROM, pasien mengatakan tidak   lelah setelah latihan ROM
O : pasien mengalami peningkatan aktivitas fisik, klien memahami dan mengerti tujuan dari aktivitas fisik. TD = 130/90 N= 90x/menit, S= 37,5 RR= 22x/menit
A: masalah teratasi sebagian
P :
-          Pertahankan latihan ROM pasif ataupun aktif
-          Membantu memenuhi ADL pasien
-          Melatih pasien untuk ambulasi dengan segera jika selang kateter pasien sudah dilepas

Risiko tinggi retensi urin berhubungan dengan obstruksi (adanya gumpalan darah post TURP)
S; pasien mengatakan gumpalan darah sudah tidak ada, namun warna urinnya masih merah
O: Distensi kandung kemih tidak teraba, warna urin masih kemerahan, gumpalan darah sudah tidak ada. Masukan cairan 1300 cc, haluaran urin 1500 cc 
A: maslah terastasi sebagian
 P:  - Monitor haluaran urine (jumlah, warna, konsistensi, adanya darah)
    -   Pantau masukan dan haluaran cairan
    -   Pantau adanya distensi bladder
    - Lanjutakn program irigasi sesuai dengan instruksi dokter

Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (post TURP, pemasangan kateter)
S klien mengatakan rasa panas di ujung penisnya berkurang
O : S= 36,70C, selang kateter masih terpasang, daerah yang terpasang selang kateter masih terlihat sedikit kemerahan
A: masalah teratasi sebagian
P :
-          Memonitor suhu tubuh pasien
-          Memonitor keadaan trauma jaringan post TURP
-          Memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
-          Memberikan injeksi ceftriaxon (1 gram)
-          Melakukan perawatan selang kateter
-          Memantau nilai WBC











BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
PREDIKTOR AUR (RETENSI URIN AKUT SETELAH TURP (TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE): DIAGRAM AUDIT RETROSPEKTIF)
Oleh:
Ariane McKinnon, Andrew Higgins, Jesus Lopez dan Wendy Chaboyer
2011

A.    Latar Belakang
Sekitar 7 dari 10 laki- laki yang berusia diatas 70 tahun akan mengalami BPH (benign prostatic evidence). Pada faktanya di Amerika Utara menunjukkan kumpulan data dari 5 praktisi urologi, 39% pasien dengan BPH dan memiliki IPSS (International Prostate Severe Symptoms) lebih besar dari 20 persaratan untuk melakukan TURP karena penyumbatan uretra. Emberton (2008) mendiskusikan sebuah studi yang menemukan laki- laki dengan BPH dan diacak untuk berjaga- jaga menunggu perubahan terapi invasiv selama 5 tahun. Sekarang ini, pasien dengan BPH ditandai dengan aliran urin yang buruk, peningkatan volume prostat, dan terjadi retensi urin akut (AUR=acute urinaru retention).
Emberton dan Fitzpatrick (2008) melaporkan pada penatalaksanaan AUR. Dari kesemuanya, 83% sampai 97% dari 3785 laki- laki dengan AUR dirawat dengan kateterisasi urin. 76% (n=2811) diberikan trial tanpa kateter (TWOC). Dari kesemuanya itu 1201 gagal, dan melakukan pembedahan. Tetapi ada alternatif teknik pembedahanseperti foto vaparixation prostat ( Ruszat, et al., 2008), URP menyisakan standar emas pada penatalaksanaan BPH. Akan tetapi prosedur ini bukan tanpa ada resiko. Pendarahan intraoperativ dan perforasi kapsul prostatik adalah komplikasi potensial intraoperativ. Sindrom TUR, yang dikarakteristikkan dengan level sodium yang rendah, mual dan muntah adalah komplikasi post operasi. Selain itu dalam infark miokard, infeksi saluran kemih, retensi gumpalan darah, dan angka kegagalan penundaan post TURP terjadi pada 0.5%-11% pasien.
B.     Literatur review
Ada batasan pengertian tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan trial of void (TOV atau AUR) pada paisen yang menjalani TURP. Kateter indwelling ditempatkan selama operasi TURP untuk irigasi kandung kemih berkelanjutan dan untuk membantu memindahkan bekuan darah dan debris. Beberapa hari kemudian, kateter dilepas dan oasien diobservasi untuk AUR prosedur ini sering menunjukkan adanya TOV atau avoiding trial.
Embertonn Fitzpatrick (2008) tidak menspesifikan kriteria  kegagalan TOV ketika  pelepasan kateter setelah retensi urin pada deskripsi penelitian.
Choong dan Emberton (2000)menyatakan bahwa kriteria keberhasilan TOV lebih besar dari 150 ml pengosongan dalam sekali waktu, dengan volume residu kurang dari 100 ml. secara tradisional pasien yang sudah berulang kali di pasang kateter, apakah nyaman atau tidak, residunya mencapai 500 ml. Steggall (2007) mendiskusikan bahwa tubuh secara umum menggunakan mekanisme alamiu untuk merangsang pengosongan volume antara 200 ml samapai 400 ml urin. Jika lebih dari 500 ml urin yang disalurkan setelah pemasangan kateter, pasien dapat didiagnosa dengan AUR.
AUR secara umum didefinisikan sebagai 500 ml atau lebih residu urin yang disalurkan dengan kateterisasi, dan itu dapat muncul setelah ada kejadian pencetus seperti prosedur pembedahan dengan  anestesi local atau general, kelebihan masukan cairan, UTI dan obat antikolinergik. Beberapa pengobatan seperti narkotika, antikolinergik dan beberapa agen anestesi dapat menyebabkan AUR.
Kondisi yang lainnya seperti penyakit spinal dan infeksi saluran kemih dapat menyebabkan AUR. Akhirnyam konstipasi akan mempengaruhi AUR. Contohnya, tubrukan fekal jika cukup besar dapat mengakibatkan AUR karena adanya penekanan leher kandung kemih luar.
C.     Pertanyaan penelitian
Walaupun AUR dikenali sebagai komplikasi TURP, hanya sedikit yang tau tentak factor spesifik yang mempengaruhinya. AUR mungkin dapat dipengaruhi oleh infeksi preoperasi. Studi ini menduga bahwa factor kombinasi dapat mempengaruhi post operasi AUR pada pasien yang menjalani TURP. Mengetahui tentang apa yang mempengaruhi AUR  setelah pembedahan TURP akan membantu perawat mengenali dan merespon pada komplikasinya.
D.    Metodologi
Diagram retrospektif semua pasien dengan TURP pada tahun 2007 di salah satu rumahsakit di Australia diambil. Data diekstrasikan sesuai dengan bentuknya: laporan operasi, diagram pengobatan, anestesi sebelum operasi, catatan pasien keluar, diagram observasi, hasil laboratorium dan radiologi dan catatan pengobatan sebelumnya
E.     Sampel
Aturan studi ini adalah pengajaran tersier besar rumah sakit di Queensland, Australia. Rumahsakit ini memiliki 19 tempat tidur unit urologi dan menunjukkan sekitar sekitar 150 pembedahan TURP per tahun. Dengan bantuan management informasi pelayanan kesehatan, semua pasien yang akan menjalani TURP diidentifikasi dan data rekam medis mereka di dapatkan.
F.      Pemeriksaan
AUR di definisikan ketika pasien yang menjalani pos operasi TURP gagal dalam TOV dan dilakukan kateterisasi ulang untuk pemberhentian rumahsakit. Alat audit diagram dikembangkan berdasarkan bukti klinis yang di publikasikan terbaru. Termasuk di dalamnya:
1.      Informasi demografi
2.      20 prediktor (8 yang berhubungan dengan riwayat pasien, 2 dengan pembedahan, 5 faktor klinis, 5 untuk obat- obatan
Peralatan audit menggunakan pilihan respon dengan jawaban “ya” atau “tidak” untuk hal seperti pre operasi UTI. Pilihan respon numeric juga digunakan untuk variable seperti berat prostat.
G.    Pengumpulan Data
2 pengalaman peneliti perawat urologi mengumpulkan data secara bersamaan sesuai dengan acuan pengalaman peneliti sebelumnya menggunakan metodelogi audit diagram. Menggunakan audit diagram, setiap diagram secara teliti diulang, berfokus pada criteria peralatan audit. Ada ketidaksesuaian yang didiskusikan dan keputusan dibuat oleh persetujuan dan kemudian didiskusikan  dengan pengalaman peneliti. Untuk konsistensi, satu auditor mengambil tanggung jawab primer untuk memasukkan data. Data kemudian secara elektronik dikirimkan untuk menghubungkan data base menggunakan menegement system data base yang mandiri pada model data dan desain untuk secara efisien memegang sesuatu yang tidak direncanakan, ad hoc dan lingkungan analisis system.
H.    Analisa Data
Deskripsi statistic digunakan untuk merangkum pasien dengan AUR. Keputusan tiga analisis menggunakan C5.0 algoritma yang kemudian di ambil. 3 arsitektur ini secara otomatis membuang variable yang tidak peka dan membantu membuat keputusan, mengusulkan factor prediksi AUR (factor pada keputusan yang lebih tinggi dengan pohon). Pohon keputusan dapat digunakan sebagai alat pendukung keputusan yang menggunakan grafik pohon atau model keputusan dan kemungkinan konsekuensinya. Pohon keputusan dihasilkan dengan menganalisa data dengan computer algoritm special yang menemukan secara statistic subset yang terpisah pada pengaturan data yang dikumpulkan oleh peneliti kesehatan selama uji coba. Potongan- potongan data kemudian direpresentasikan dalam struktur pohon. Setiap potongan data dipisahkan oleh simpul yang berhubungan dengan pemeriksaan korelasi (hubungan). Pada kata- kata lain, mereka merepresentasikan kemungkinan keluaran pada particular “ titik keputusan” di pengaturan data.
Keistimewaan pohon keputusan dapat digunakan  sebagai deskripsi rata- rata untuk perhitungan kondisi kemungkinan. Pohon kepurusan adalah representasi visual yang kuat pada deskripsi statistic pada pengaturan data. Pohon keputusan diterapkan untuk data medis dalam rangka membantu mengidentifikasi semua strategi untuk mencapai keluaran, contohnya pada artikel ini, factor yang mempengaruhi retensi urin setelah prosedur TURP. Setelah pohon keputusan menginformasikan factor resiko ekstraksi, kemunduran logistic yang kemudian mengalami factor resiko untuk:
1.      Validasi pohon proposal
2.      Mengidentifikasi rasio gagal dengan 95% interval kepercayaan (CIs), yang digunakan untuk mengidentifikasi semua predictor yang mengakibatkan AUR. Metodelogi data analisis ini, sebagai pembanding untuk kemunduran logistic yang sudah divalidasikan untuk memberikan informasi lebih dengan detail pada keluaran klinis jika banyak factor resiko yang dipertimbangkan secara bersama- sama.
I.       Hasil
Total dari 165 pasien yang diidentifikai menjalani TURP pada tahun 2007, tetapi hanya 156 grafik yang di audit. Grafik yang tidak sesuai dengan kode klinis (6 kesempatan) dan pasien yang tidak memiliki TOV sebelum mereka keluar dari rumahsakit (3 kesempatan) yang dikeluarkan dari audit. Rata- rata usia pasien yang di audit adalah 67 tahun, dan semuanya adalah laki- laki. Total 24 (15.4%) dari 156 pasien dengan AUR.
figure 1 mendemonstrasikan Prediktor signifikan pada AUR diberikan pada berbagai kondisi darai klasifikasi phon analisa. Predictor AUR pada pasien dimana berat prostat kurang dari 17.5 gram yang dibandingkan secara berbeda dengan pasien yang bertanya 17.5 gram atau lebih. Rata- rata berat prostat adalah 62.5  (±35.0). Pada kelompok dengan prostat lebih dari 17.5 gram, kehadiran atau ketidakhadiran retensi bekuan darahselebihnya mempengaruhi predictor AUR. Analisa pohon keputusan bukanlah “kasus peka”, ini membedakan kelompok ketika kelompoknya kecil, seperti pada kasus kelompok dengan berat prostat kurang dari 17.5 gram.
Table 2 menampilkan rasio gagal pada AUR dalam keputusan hirarki. Berat prostat kurang dari 17.5 gram, retensi bekuan darah dan infeksi saluran kemih preoperasi adalah factor yang mempengaruhi keputusan hirarki.
J.       Diskusi
Sekitar 15% studi, pasien yang menjalani TURP di salah satu rumah sakit di Australia mengalami AUR, ini merupakan komplikasi yang berhubungan dengan pembedahan. Sebagai konsekuensi, perawat urologi harus memberi perhatian pada AUR dan monitor poat TURP. Pre operatif prostat yang berukuran kurang dari 17.5 gram menjadi faktor yang paling mempengaruhi keputusan hirarki dan penemuan ini tidak dapat dijelaskan. Bagaiamanapun faktor penting yang kedua  adalah retensi bekuan darah yang secara umum disebabkan karena post operasi irigasi kandung kemih. Hal ini penting bagi perawat mengkaji pasien setelah operasi untuk tanda- tanda seperti bypass uretra, ketidak nyamanan kandung kemih, dan atau mengurangi saluran kandung kemih untuk deteksi retensi bekuan darah.
Pre operatif UTI dan diagnosa pre operatif AUR adalah factor ketiga dan keempat yang membedakan AUR. Ada potensi untuk mengidentifikasi kedua kondisi preoperative. Ini harus dicatat bahwa pada studi, pasien secara ideal dilihat oleh kedua tenaga medis dan perawat dalam pengaturan pre admisi pada minggu awal pembedahan. Selama kunjungan ini, contoh MSU (Mid Stream Urine) diambil dan dianalisa. Jika ada bukti infeksi, pasien diobati dengan antibiotic oral atau intravena tergantung sensitivitas bakteri. Pasien secara umum diproses dengan prosedur sepanjang tanda dan gejalanya. Pos operasi, pasien harus dipertimbangkan “resiko” AUR dan harus dimonitor. Infeksi secara umum dapat dihubungkan dengan AUR pada pasien non bedah. Bagaimanapun, pengetahuan tentang predictor AUR membantu perawat lebih besar dalam mengkaji pasien.
Pengkajian da monitoring perawat adalah hl yang sangat penting. Perawat dapat menggunakan scanner kandung kemih untuk mengkaji residu urin paisen selama TOV, tetapi scanner tidak tersedia untuk semua perawat. Oleh karena itu kewaspadaan pada potensi factor resiko harus dimiliki oleh perawat untuk memprediksi AUR dan potensi untuk menunda komplikasi jangka panjang pada pasien. Informasi ini dapat membantu perawat untuk membantu pasien da keluarganya untuk mengetahui tntang AUR dan TOV.
Dugaan bahwa konstipasi ikut berperan dalam terjadinya AUR tidak di dukung pada studi ini. Bagaimanapun ukuran sampel relative kecil. Selain itu keberadaan kateter indwelling preoperasi atau penggunaan antikolinergik secara signifikan bukan menjadi predictor AUR.
Tidak ada data signifikan yang ditemukan mengenai hubungan usia dan AUR. Bagaimanapun hasil pohon data menunjukkan bahwa jika pasien lebih tua dari 73.5 tahun pada hubungannya dengan factor lain yang terlibat seperti operasi UTI atau gangguan neurologis, AUR biasanya terjadi.
Studi ini memiliki beberapa batasan. Pertama, studi ini diarahkan sebagai single site. Hal ini selalu mungkin bahwa ada beberapa isu idiosyncratic berhubungan dengan penatalaksanaan paisen TURP. Hal ini harus di catat bahwa cohor site menjaga rata- rata nasional lamanya rawat inap dan penggunaan pathway klinis untuk bukti. Operasi pembedahan juga mengoperaskanpenggunaan beberapa petunjuk klinis untuk perawatan. Kedua, studi ini memiliki ukuran sample yang kecil yang akan membatasi hasil. Denga menggnakan sample yang lebih besar, factor- factor yang lain akan muncul sebagai predictor signifikan AUR. Kelompok pasien dengan  berat prostat kurang dari 17.5 garam lbih diutamakan untuk pembedahan hanya direpresentasikan satu pasien. , akhirnya studi ini tidak dapat ditiru oleh studi lain. Akhirnya diagram audit retrospektif digunakan. Tidak ada jalan untuk mengecek akurasi diagram data, hasilnya harus diinterpretasikan dengan hati- hati
K.    Penutup
Pada studi ini, secara statistic pohon keputusan disusun untuk membantu  perawat dalam mengidentifikasi pasien dengan lebih baik pada pasien dengan resiko AUR setelah TURP. Sekitar 15% pasien yang menjalani TURP pada studi ini mengalami AUR. Faktornya seperti berat prostat, retensi bekuan darah, dan keduanya UTI dan AUR lebih dulu untuk pembedahan , mempengaruhi pos TURP AUR. Kewaspadaan indicator ini akan membuat perawat lebih focus pada pasien yang memiliki resiko AUR. walaupun perawat tidak dapat mencegah AUR, pengkajian dan respon yang tepat waktu akan memeri keuntungan pada pasien.


BAB V
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Hiperplasia prostat benigna adalah perbesaran atau hipertrofi prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine sehingga menyebabkan berbagai  derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius. Ada beberapa penyebab  dari BPH yaitu:
1.      Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosterone dan estrogen pada usia lanjut
2.      Peranan dari growth faktor sebagai pemacu pertumbuhan stroma Kelenjar prostate
3.      Meningkatkannya lama hidup sel-sel prostate karena berkurangnya sel yang mati.
4.      Proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan epitel kelenjar prostate menjadi berlebihan
Penatalaksanaan BPH meliputi :
1.      Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah, diberi pengobatan konservatif.
2.      Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (trans urethral resection / tur)
3.      Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sbaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui trans vesikal retropublik/perianal
4.      Derajat empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine total dengan pemasangan kateter
  1. SARAN
Dalam menyusun sampai mengimplementasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Operasi TURP BPH diharapkan:
1.      Pengkajian sesuai dengan kasus yang ada.
2.      Perioritas utama adalah dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pasien dengan baik.
3.      Tindakan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan yang ada.
4.      Kepada tenaga kesehatan agar selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasiennya.



DAFTAR PUSTAKA

Grace A. N Pierce & Neil R Borley. 2007. At Glace Ilmu Bedah. Ed 3. Jakarta : EMS

Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA International Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Purnomo, Basuki B. 2011.  Hiperplasia prostat dalam: Dasar – Dasar Urologi., Ed 2. Jakarta: Sagung Seto

Sjamsuhidayat dan Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wilkinson, Judith M dkk. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA, Intervensi NIC dan Kriteia Hasil NOC Ed . Jakarta: EGC




No comments:

Post a Comment

iklan perawatan luka

iklan