Thursday 14 December 2017

LAPORAN PENDAHULUAN VENTILATOR MEKANIK

A.    PENGERTIAN
Ventilator mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama.
(Brunner dan Suddarth, 1996)
Ventilator mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan positif melalui jalan nafas buatan.
(Hudak dan Gallo, 1997)
Klasifikasi ventilator mekanik :
1.      Ventilator tekanan negatif
Adalah alat yang mudah digunakan dan tidak membutuhkan intubasi jalan nafas pasien. Terdapat beberapa jenis ventilator tekanan negatif yaitu iron lung, body wrap, dan chest cuirass.
Drinker respirator thank (iron lung) adalah bilik tekanan negatif yang digunakan ventilasi.
Body wrap dan chest cuirass adalah kedua alat portable ini membutuhkan sangkar atau sel yang kaku untuk menciptakan bilik tekanan negatif disekitar torak dan abdomen.
2.      Ventilator tekanan positif
a.         Volume cycled ventilator
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
b.        Pressure cycled ventilator
Prinsip dasar ventilator tipe ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada tipe ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang status parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
c.         Time cycled ventilator
Prinsip kerja dari ventilator tipe ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah nafas permenit).
3.      Ventilator frekuensi tinggi
Karena komplikasi berhubungan dengan ventilasi tekanan positif, metode lain yang lebih fisiologis diselidiki. Tehnik ventilasi frekuensi tinggi (VFT) adalah salah satu metode tersebut.
Mekanisme yang pasti dimana VFT memperpanjang hidup masih tidak jelas, tetapi ini memberikan oksigenasi dengan difusi oksigen dan karbon dioksida dari gradien konsentrasi tinggi kerendah.
Pada dasarnya 3 perbadaan metode pemberian VFT dapat diidentifikasi. Semua melibatkan ventilasi frekuensi lebih besar dari 240 pernafasan permenit dan menggunakan VT lebih sedikit atau sama dengan ruang mati (VD).
Pada beberapa kasus pengeluaran karbondioksida telah menjadi masalah.
4.      Ventilator generasi kini
Ventilator tehknologi tahap lanjut mempunyai sistem komputer dan prosesor mikro. Alat ini memberikan umpan balik visual pada tim perawatan pernafasan sesuai yang dilakukan oleh ventilator. Ventilator ini paling tepat untuk pasien dengan kebutuhan ventilasi permenit tinggi yang sering melampaui ventilator konvensional.
Ø  Kontrol-kontrol ventilator
Kebanyakan ventilator mempunyai cakra angka yang mirip dalam hal fungsi terminologinya.
·           Fraksi oksigen Inspirasi (FIO2)
Kebanyakan model memungkinkan perawat untuk secara langsung menekan cakra angka persentase oksigen FIO2. Namun perawat tidak boleh berasumsi bahwa karena 100% telah ditentukan, maka pasien menerima konsentrasi FIO2 50% atau lebih tinggi. Ventilator perlu diperiksa dengan sering untuk keakuratan analiser oksigen.
·           Frekuensi pernafasan
Pada beberapa model, jumlahnya ditandai, meskipun model seperti monaghan frkuensi ditentukan untuk menit penuh dengan jam cakra angka yang diset dengan sesuai. Sehingga perawat tidak berasumsi, hanya karena ventilator diset pada jumlah khusus untuk pernafasan permenitnya, dan sejumlah itu yang akan diberikan.
·           Volume tidal
Pada ventilator volume, cakra angka atau engkol diputar untuk jumlah sentimeter kubik udara yang akan diberikan pada tiap pernafasan. Kecepatan aliran rendah meningkatkan VT dan menghasilkan ventilasi alveolar lebih baik dari pada kecepatan aliran tinggi.
·           Aliran puncak
Ini adalah besarnya aliran udara perunit dari waktu dan ditunjukkan sebagai liter permenit. Pada ventilator volume, ini adalah sebuah tombol terpisah. Pada ventilator tekanan, ini dimanipulasi dan dengan kontrol waktu kecepatan aliran inspirasi.
·           Batas tekanan
Pada ventilator volume cycled, tombol ini membatasi tekanan tertinggi yang dimungkinkan dalam sirkuit ventilator. Bila batas tekanan tinggi tercapai inspirasi dihentikan. Namun bila batas tekanan secara konstan tercapai, VT yang telah ditentukan tidak diberikan pada pasien. Penyebab ini dapat membuat batuk, akumulasi sekret, melipat selang ventilator, pneumotoraks, menurunnya komplain atau batas tekanan diset terlalu rendah.
·           Tekanan ekspirasi-akhir positif (TEAP)
Tombol TEAP mengatur tekanan yang dipertahankan dalam paru pada akhir ekspirasi. TEAP dapat diperlihatkan pada ukuran tekanan pernafasan. Selanjutrnya kembali ke nol pada akhir ekspirasi jarum tekanan turun ketingkat TEAP.
Pada ventilator yang lebih baru, TEAP dibuat. Proses dimana kita mendapatTEAP pada ventilator ini dengan mempertahankan katupekshalasi mengembang selama fase ekspirasi dengan tekanan sama dengan jumlah TEAP yang dibutuhkan. Banyak alat lain yang dapat digunakan untuk menerapkan TEAP secara eksternal pada ventilator atau T-piece. Alat ini disusun dari diafragma berisi-pegas dan katup bola silinder plastik untuk tempat air. Alat ini dipakai pada ekshalasi disirkuit ventilator. Bila air digunakan untuk tiap 1 cm ekshalasi selang dimasukkan ke air, menciptakan 1 cm TEAP.
Ø  Mode-mode ventilator
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting. Mode-mode tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Mode Control
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumotorak. Contoh mode control ini adalah : CR (Controlled Respiration), CMV (Controled mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positif Pressure Ventilation).
2)      Mode IMV / SIMV : Intermitten Mandatory Ventilation / Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekuensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator  generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/ SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
3)      Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
4)      CPAP : Continous Positif Air Pressure
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
5)      Mode assist
Hanya picuan pernafasan oleh pasien diberikan pada Vt yang telah diatur. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu pernafasan, udara tak diberikan.
6)      Mode assist control
Menghubungkan kedua mode diatas frekuensi dasar dapat diatur bila pasien mengharapkan pernafasan lebih cepat ia dapat memicu ventilator (memberikan kemungkinan sensitifitas).
B.     INDIKASI
a.       Gagal nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa.
1      Penyebab sentral
a      Trauma kepala : contusio cerebri
b      Radang otak : encephalitis
c      Gangguan vaskuler : perdarahan otak, infark otak
d     Obat-obatan : narkotika, anestesi
2      Penyebab perifer
a      Kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus, trauma cervikal, muscle relaxans
b      Kelainan jalan nafas : obstruksi jalan nafas, asma bronchiale
c      Kelainan di paru : edema paru, atelektasis, ARDS
d     Kelainan tulang iga / thoraks : fraktur costae, pneumotoraks, hematoraks
e      Kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
b.      Hypoksemia yang telah mendapat terapi oksigen maksimal namun tidak ada perbaikan.
c.       Apneu
INDIKASI
Parameter
Nilai
Tindakan
Frekuensi pernafasan



Kapasitas vital


Tekanan inspirasi
Analisa gas darah : Ph


PaCO2

PaO2

Auskultasi paru


Irama dan frekuensi jantung
Aktivitas


Status mental

Observasi fisik
< 10 x/mnt
16-20 x/mnt
28-40 x/mnt

< 10-20 ml


< 20 cm H2O
< 7,25


>50 mmHg

< 50 mmHg

Tidak ada bunyi


120 x/ mnt

Kelelahan berat, penurunan toleransi aktifitas
Delirium, somnolen

Penggunaan otot asesori, kelelahan kerja pernafasan berat.
Evaluasi dan hilangkan etio
Normal
Rencanakan ventilator
Lihat AGD
Siapkan dukungan
Ventilator

Evaluasi dan kombinasi
Dengan peningkatan PaCO2
Evaluasi dikombinasi dengan penurunan Ph
Evaluasi dikombinasi dengan Ph dan PaCO2
Berikan oksigen 100%
Siapkan dukungan
Ventilator
Monitor disritmia

Evaluasi tindakan diatas dan lakukan tindakan tepat
Monitor kemungkinan kejang hipoksia
Siapkan dukungan ventilator

C.    MANIFESTASI KLINIS
·           Apneu
·           Gagal nafas
·           Hipoksemia
·           Tekanan inspirasi maksimal < 25 cm H2O
·           PaO2 < 60 mmHg pada FiO2 > 60%
·           PaO2 > 60 mmHg
·           Ruang Rugi: Volume Tidal > 0,6
D.    PATOFISIOLOGI
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontraksi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thoraks paling positif.
Akibat dari tekanan positif pada organ toraks, darah yang kembali kejantung terhambat. Venous retrum menurun maka kardia output juga menurun, bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut) maka biasa menagkibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkuarang karena ada kompresi mikrovaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibat kardia output berkurang. Bila tekanan tinggi bisa terjadi oksigenasi. Selain itu bila volume tidal semakin tinggi yaitu lebih dari 20-10 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 cm H2O, tidak hanya mempengaruhi kardia output curah jantung tetapi juga resiko terjadi pneumotoraks.
Efek pada orang lain :
Akibat cardia output menurun : perfusi ke organ-organ lain pun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif rongga toraks, darah yang kembali dari otak terlambat sehingga tekanan intra kranial meningkat.
E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
1.      Pemeriksaan fungsi paru
2.      Analisa gas darah arteri
3.      Kapasitas vital paru
4.      Kapasitas vital kuat
5.      Volume tidal
6.      Inspirasi negatif kuat
7.      Ventilasi semenit
8.      Tekanan inspirasi
9.      Volume ekspirasi kuat
10.  Aliran volume
11.  Status nutrisi/ elektrolit
F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sinar X dada
GDA
G.    MEKANISME VENTILATOR MEKANIK
Prosedur pemberian ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangakan pengesetan awal adalah sebagai berikut :
Ventilator volume terkontrol (MA1, Bear, Servo) akan memberi volume tidal dengan beragam tekanan.
Fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2)
Konsentrasi oksigen yang diberikan tergantung pada kebutuhan pasien, seperti yang ditentukan oleh dokter dan dievaluasi melalui kadar gas darah arteri.
Volume tidal (V1)
10-15 ml/kg BB
Frekuensi pernafasan
12-16 x/mnt
Sensifitas pengesetan
Pasien harus tidak mempunyai bangkitan lebih dari -2 cm H2O inspiratori kuat untuk mencetuskan ventilator.
Jenis ventilasi
Terkontrol. Mesin benar-benar mengontrol ventilasi pasien sesuai dengan volume tidal dan frekuensi pernafasan yang ditentukan. Karena masalah dengan sinkronisasi, maka ventilator ini jarang digunakan.
Bantu/ kontrol. Pasien membangkitkan mesin. Jika pasien tidak berhasil untuk bernafas, mesin akan memberikan nafas terkontrol pada frekuensi minimal dan volume yang ditentukan.
Ventilasi mandatori intermiten (IMV). Mesin mmemungkinkan pasien untuk bernafas secara spontan sambil memberikan FIO2 dalam jumlah pernafasan ventilator untuk memastikan ventilasi yang adekuat tanpa keletihan.
Rasio inspirasi terhadap ekshalasi (rasio I:E)
Harus 1:3, 1:2, atau lebih (1 detik inspirasi terhadap 3detik ekshalasi dst) dalam menjaga pola pernafasan normal.
Volume satu menit (Ve)
Volume tidal x pernafasan / mnt normal = 6-8 L/mnt
Tekanan jalan nafas
Normal = 15-20 cm H2O
Tekanan jalan nafas rendah dapat tampak dengan kebocoran udara.
Tekanan jalan nafas tinggi dapat tampak pada :
·         Sekresi meningkat
·         Obstruksi jalan nafas
·         Bronkospasme
·         Edema paru
·         Pneumotoraks
·         Flail chest
·         Pasien ekshalasi ketika ventilator hidup
SIGH
·         Paru-paru diperinflasikan secara periodik untuk membuka alveoli yang kolaps
·         Volume sigh adalah 1,5 kali volume tidal 1-3 kali/jam
·         Digunakan hanya dengan cara bantu atau kontrol
Humiditas dan suhu
·         Humiditas yang dihangatkan diberikan bagi semua pasien dengan selang endotrakea atau trakeostomi untuk menghindari pengentalan sekresi.
·         Evaluasi klinis harian dari kekentalan sekresi pasien memberikan panduan untuk humidifikasi dan nebulisasi yang efektif.
Tekanan ekspirasi aktif positif (PEEP)
·         Tekanan posiif 5 cm, 10 cm, atau 15 cm H2O dipertahankan pada akhir ekshalasi dan bukan tekanan normal 0 cm H2O
·         Meningkatkan kapasitas residual (membuka alveoli yang kolaps)dari memperbaiki oksigenasi dengan FIO2.
Pengesetan awal ventilator setting
1.      Atur mesin untuk memberikan Vt yang dibutuhkan (10-15 mmHg)
2.      Sesuaikan mesin untuk memberikan konsentrasi oksigen terendah untuk mempertahankan PaO2 normal (80-100 mmHg) pengesetan ini dapat diatur tinggi dan secara bertahap dikurangi berdasarkan pada hasil pemeriksaan gas darah arteri.
3.      Catat tekanan inspiratori puncak.
4.      Atur cara (bantu kontrol ventilasi mandatori intermitten) dan frekuensi sesuai dengan program medik dokter.
5.      Jika ventilator diatur pada cara bantu-kontrol, sesuaikan sensivitas sehingga pasien dapat merangsang ventilator dengan upaya minimal (biasanya 2 mmHg dorongan inspirasi negatif).
6.      Catat volume satu menit dan ukur tekanan parsial karbondioksida (PaO2) dan PO2 setelah 20 menit ventilasi mekanisme kontinu.
7.      Sesuaikan pengesetan (FiO2 dan frekuensi) sesuai dengan hasil pemeriksaan GDA atau sesuai dengan yang ditentukan dokter.
8.      Jika pasien menjadi bingung atau agitasi atau mual. Ventilator karena tidak jelas, kaji terhadap hipoksemia dan ventilasikan manual pada oksigen 100% dengan bag resusitasi.

II. PENYAPIHAN VENTILATOR MEKANIK
Penyapihan pasien dari ventilator
Menyapih pasien dari ketergantungan pada ventilator terjadi dalam tiga tahap dari
1.      Ventilator
2.      Selang
3.      Oksigen
Penyapihan dimulai ketika pasien telah pulih dari tahap akut masalah medikal dan bedah dan ketika penyebab gagal nafas telah diperbaikan dengan menyeluruh.
Kriteria untuk penyapihan :
                                           I.            Tes penyapihan
·      Kapasitas vital (KV) : 10-15 cc/kg
·      Volume tidal (VT) : 4-5 cc/kg
·      Ventilasi menit (VM) : 6-10 liter
·      Ventilator volunter maksimum (VVM) : gandakan VM
·      Kekuatan inspirasif : 20 cm H2O atau lebih besar
·      Komplain : -20 ml/cm H2O atau lebih besar
·      FP : <20 menit
                                        II.            Pengesetan ventilator
·      FiO2 <0,50
·      TEAP : 0
·      Vt : rata-rata untuk pasien
                                     III.            GDA
·      PaCO2 normal untuk pasien
·      P(A-a)O2 : >200-300 mmHg (FIO2 100%)
·      PaO2 sedang 60-70 atau normal untuk pasien
·      Ph : normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
                                     IV.            Selang endotrakeal
·      Posisi diatas karina pada foto rontgen
·      Ukuran diameter 8,5 mm atau lebih
·      Trakeostomi untuk penyapihan jangka panjang
                                        V.            Nutrisi
·      Kalori per hari 2000-2500/ hari
·      Pada hari penyapihan 1000 dengan pembatasan glukosa
·      Waktu sedikitnya 1 jam sebelum makan
                                     VI.            Jalan nafas
·      Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna penghisapan baik dan istirahat.
·      Bronkospasme : kontrol dengan beta adrenergik, teofilin atau steroid.
·      Posisi : duduk dikursi, semi fowler atau posisi untuk memaksimalkan pertukaran gas atau gerakan diafragma.
                                  VII.            Obat-obatan
·      Agen sedatif : dihentikan dari 24 jam
·      Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
                               VIII.            Emosi
·      Kesiapan psikologi terhadap penyapihan
                                     IX.            Fisik
·      Stabil tak ada proses akut baru, istirahat terpenuhi
Kriteria pengkajian yang dapat mengakhiri penyapihan
1.      Data fisiologis
·      Nadi : peningkatan atau penurunan 20 denyut /menit atau lebih
·      Tekanan darah : sistolik meningkat atau turun 20 mmHg
·      Frekuensi pernafasan : perubahan 10 x/ mnt : frekuensi pernafasan ≥ 25 x/ mnt atau < 8 x/ mnt
2.      Data psikologis/ subyektif
·      Dispnea
·      Panik
·      Nyeri
·      Kelelahan
3.      Observasi obyektif
·      Disritmia : KVP >4 x/ mnt
·      Peningkatan penggunaan otot asesoris
·      Peningkatan retraksi intercosta
·      Pola pernafasan tak menentu (pernafasan paradoksial, peningkatan kegelisahan, peningkatan perasaan menagantuk)
·      Penyimpangan GDA : peningkatan PaCo2 mengakibatkan Ph < 7,35 atau desaturasi oksigen melalui oksimetri.
Penyapihan ada 2 yaitu :
1.      Penyapihan jangka pendek
Sebelum penyapihan dimulai diperlukan persiapan yang tepat pada pasien. Semua sumber pasien digerakkan. Pasien di ventilasi selama 24 sampai 48 jam memenuhi kriteria penyapihan jangka pendek menunjukkan ventilator diperbaiki.
Prosedur atau mekanisme kerja
·         Mulai penyapihan pada pagi hari, bukan malam saat pasien lelah.
·         Jelaskan prosedur pada pasien.
·         Penghisapan.
·         Dapatkan parameter spontan.
·         Berikan bronkodilator bila dipesankan.
·         Penghisapan.
·         Istirahatkan pasien selama 15-20 menit.
·         Tinggikan kepala tempat tidur.
·         Tunggu pasien beri dukungan yakinkan dan evaluasi respon pasien terhadap penyapihan.
Metode-metode
A.    T-Piece
Bila menggunakan metode ini maka kumpulkan data-data fisiologis. Hubungkan set T-piece pada fio2 yang diinginkan ke pasien, biasanya 20-30 menit pada T-piece cukup untuk evaluasi potensial ekstubasi, lanjutkan untuk mengumpulkan data fisiologis tiap 5-10 menit atau bila diperlukan pada akhir 30 menit kumpulan GDA dan evaluasi pasien untuk tanda kelemahan. Bila kriteria penyapihan dipenuhi pada saat ini ekstubasi dilakukan, ekstubasi tidak dilakukan kecuali beberapa kualitas untuk intubasi tiba-tiba dan dapat dicoba untuk mengkonstriksikan kapiler setempat dan menurunkan edema.
B.     Ventilasi mandatori intermiten
Penyapihan dengan VMI sama efektif dengan penyapihan T-piece. VMI memerlukan banyak waktu, karena tiap tambahan 2-3 kecepatan 2 atau nol tercapai. Pada titik ini pasien dapat dievaluasi dengan kriteria penyapihan untuk menentukan potensial ekstubasi.
2.      Penyapihan jangka panjang
Bila pasien diventilasi selama lebih dari 30 hari, penghentian ventilasi lebih sulit. Prinsip sama yang dilakukan pada ventilasi jangka pendek tetapi jangka panjang. Prosesnya lebih lama, sering kali beberapa minggu dan kriteria yang diterapkan harus dinilai pada proses penyakit kronis.
Prosedur atau mekanisme
Setelah keputusan dibuat untuk mulai penyapihan diperlukan pendekatan tim, tim ini harus termasuk dokter, perawat, terapis pernafasan, fisioterapis, terapi nutrisi dan psikologis, rencana keperawatan adalah kegiatan yang meliputi olah raga harian, jalan dan jalan-jalan dengan kursi roda ke luar unit perawatan kritis, proses penyapihan ditinjau kembali pada saat ini, tujuan jangka pendek diperlukan dibuat dan kekuatirkan dapat mengatasi proses penyapihan diekspresikan. Berbagai perilaku manipulatif pada pasien diperlihatkan saat ini dan pendekatan sistematik terhadap masalah ditemukan. Pelaksanaan keperawatan primer harus dikoordinasi dan dievaluasi untuk proses penyapihan perhari.
Setelah rencana perawatan diputuskan, perawat primer mendiskusikan rencana dengan pasien dan keluarga. Bila pasien mengharapkan untuk menyusun tujuan pribadi, hal ini harus dipertimbangkan, pada saat ini pasien harus diinformasikan tentang konsekuensi bila tak mampu disapih dari ventilator.
Metode-metode
T-piece bila dipilih sebagai metode penyapihan, jadwal waktu pada ventilator dan waktu pada T-piece disiapkan. Jumlah menit pada T-piece ditotalkan setiap 24 jam. Tujuan untuk meningkatkan waktu off ventilator sampai pasien mampu mentoleransi ventilator off selama 48 jam. Cara terbaik untuk memberikan ventilasi (periode istirahat) selama penyapihan adalah dengan mode assist-control atau VMI pada kecepatan tinggi. VMI pada kecepatan rendah tidak memberikan istirahat yang cukup untuk otot pernafasan, menyababkan kegagalan penyapihan karena kelelahan. Bila T-piece dipilih sebagai alat penyapihan, jadwal berikut dianjurkan :
1.      Pada awalnya penyapihan hanya selama sehari.
2.      Dapatkan pemeriksaan GDA dan parameter fisiologis.
3.      Mulai penyapihan dengan 5 menit perjam.
4.      Secara bertahap tingkatkan penyapihan 5 menit selanjutnya perhari.
5.      Tekankan pasien tetapi tidak terlalu melelahkan.
6.      Tingkatkan periode penyapihan sampai 10 menit / jam.
7.      Tingkatkan periode penyapihan dengan 5 menit tambahan sampai 30 menit/ jam.
8.      Tingkatkan periode istirahat sampai 30 menit tercapai.
9.      Turunkan Vt pada respirator dengan 50 cc/ hari.
10.  Setelah 8 jam periode penyapihan dilakukan, tingkatkan penyapihan pada malam hari dan dini hari.
11.  Lanjutkan 1 jam istirahat diantara periode penyapihan.
12.  Penyapihan malam hari dengan perlahan ini merupakan periode kritis.
13.  Penyapihan selesai.
Selama proses penyapihan yang panjang ini, pencatatan dilakukan terus oleh perawat primer dan jumlah total pasien menyelesaikan penghentian dari ventilator tiap hari. Catatan tambahan dengan nilai GDA dan parameter spontan juga dipertahankan. Catatan ini meyakinkan bahwa pasien secara aktual meningkatkan waktu berhenti dari ventilator dan memberikan umpan balik positif untuk pasien dan staf.
Biasanya proses ini tidak progresif dan tidak selesai seperti yang digambarkan, banyak keterlambatan dan pengesetan kembali terjadi. Perawatan tiap minggu memberikan dukungan pada staf, membuat tujuan ulang dan membuat diagnosa kepearwatan baru.
Ventilator mandatori intermitten
Persiapan untuk VMI sama dengan yang digambarkan sebelumnya. Kecepatan VMI diturunkan perlahan, secara teoritis ini memberikan pasien waktu untuk pelatihan otot pernafasan, meskipun tak ada data klinis untuk mendukung tori ini. Evaluasi dengan cermat oleh tim terhadap hipoventilasi dan hiperkapnia karena kelelahan adalah penting, Vt juga dapat secara perlahan diturunkan sesuai dengan progresi penyapihan. Monitor dilakukan dengan pemeriksaan seri GDA dan ventilasi permenit.
Tekanan positif jalan nafas kontinu (TPJK)
Penggunaan TPJK pada 5 cm H2O atau kurang pada penyapihan kontinu merupakan kontroversial. Namun ini dapat menguntungkan bagi gradien besar PO2 alveolar ke arteri yang menimbulkan kolaps alveolar dini. Karena ini, pasien dengan SDPA mendapat keuntungan dari TEAP atau TPJK selama penyapihan.
Ventilasi dukungan tekanan (VDT)
Dukungan tekanan adalah metode penyapihan dan ventilasi baru. Penggunaan tekanan diperkirakan untuk meningkatkan tahanan dan kekuatan otot pernafasan untuk bernafas. Satu cara untuk penyapihan dengan VDT adalah untuk mulai dengan tingkat tekanan yang menghasilkan Vt yang diharapkan. Tekana kemudian tambah dikurangi sedikit memberikan Vt kontinu adekuat. Metode penyapihan lain adalah untuk menghubungkan penggunaan VDT dengan VMI diturunkan sementara pernafasan spontan pasien diperbesar dengan VDT pada tingkat rendah.
Tanpa menghiraukan metode penyapihan yang dipilih, pendekatan harus konsisten. Berdasarkan tim dan evaluasi setiap hari. Pengesetan kembali setelah penyapihan adalah umum. Tujuannya untuk mensukseskan penyapihan dengan mengembalikan pasien hidup bebas dari ventilasi mekanis.
H.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1.      Obstruksi jalan nafas
2.      Hipotensi
3.      Tension pneumotoraks
4.      Atelektase
5.      Infeksi pulmonal
6.      Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan gastrointestinal.
I.       ASUHAN KEPERAWATAN
1.      PENGKAJIAN
Pengakajian yang harus dilakukan oleh perawat selama pasien terpasang ventilator adalah :
·         Primer survey
1.      STATUS RESPIRASI
Status respirasi yang harus dikaji :
a.       Jalan nafas seperti tipe, ukuran dan posisi ET
b.      Pergerakan dada
c.       Suara nafas
d.      Sputum : jumlah, warna, konsistensi
e.       Parameter pada ventilator meliputi :
·         Modus yang diberikan
·         Volume tidal
·         Frekuensi pernafasan dari ventilator dan pasien
·         FiO2
·         PEEP
·         Tekanan puncak saat inspirasi
·         Alarm
f.       Selang ventilator seperti kebocoran pada selang atau terdapat kondensasi dan suhu pada selang.
g.      Saturasi oksigen.
h.      Foto thoraks, biasanya dilakukan setiap hari atau sesuai dengan keadaan pasien.
i.        Analisa Gas Darah (AGD)
Pemeriksaan AGD dikerjakan 20-30 menit setiap ada perubahan pada pengaturan ventilator atau tergantung pada keadaan pasien.
2.      STATUS KARDIOVASKULER
Pengkajian pada status kardiovaskuler meliputi :
a.       Frekuensi nadi
b.      Gambaran irama EKG
c.       Parameter hemodinamik :
·         Tekanan darah arteri sistemik
·         Tekanan vena sentral
·         Tekanan arteri pulmonalis
·         Tekanan kapiler arteri pulmonalis
·         Curah jantung
·         Skunder survey :
1.      STATUS NEUROLOGI
Pengkajian terhadap status neurologi pasien adalah pengkajian terhadap kesadaran pasien, refleks gag, reflek menelan dan reflek kornea.
2.      STATUS RENAL
Pengkajian pada renal meliputi pengkajian pada produksi urin, berat jenis, dan serum elektrolit.
3.      STATUS GATROINTESTINAL
Distensi abdominal dan peristaltik usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.
4.      STATUS IMUNOLOGI
Pengkajian dilakukan terhadap tanda dan gejala infeksi seperti peningkatan suhu pasien, hasil kultur sputum dan peningkatan leukosit darah.
5.      PSIKOLOGIS
Pengkajian yang harus dilakukan pada psikologis pasien adalah pengkajian terhadap gangguan rasa aman dan nyaman seperti rasa gelisah, takut dan cepat marah.
·         Tersier survey :
1.      Pemeriksaan GDA
2.      Ronsen dada




























Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa keperawatan
Kriteria hasil/ tujuan
Intervensi keperawatan
Rasional
Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan intubasi, ventilasi, proses penyakit, kondisi lemah dan kelelahan.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, klien diharapkan : dapat mempertahankan jalan nafas pasien. KH :
1.      Bunyi nafas terdengar bersih
2.      Ronchi tidak terdengar
3.      Tracheal tube bebas hambatan
1.     Auskultasi bunyi nafas 2-4 jam.

2.     Monitor humidifier dan suhu ventilator (35-37,8ºC).
3.     Monitor status hidrasi pasien untuk mencegah sekresi kental.
4.     Monitor ventilator tekanan dinamis untuk peningkatan tiba-tiba yang menunjukkan perlengketan pada jalan nafas.
1.    Mengevaluasi keefektifan jalan nafas.
2.    Membantu mengencerkan secret.
3.    Mencegah sekresi menjadi kental.


4.    Mengetahui totalitas cara kerja ventilator secara total.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi tertahan proses penyakit atau pengesetan ventilator tak tepat.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan kerusakan pertukaran gas dapat teratasi. KH :
GDA dalam batas normal
1.    Ambil GDA 10-30 menit setelah perubahan ventilator terjadi.
2.    Monitor GDA atau oksimetri selama periode penyapihan.
3.    Kaji apakah posisi tertentu menyebabkan penurunan PaO2.
4.    Monitor tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia.
1.    Untuk mengetahui arteri dalam darah secara akurat.

2.    Untuk mengamati perubahan GDA selama penyapihan.
3.    Beberapa posisi membantu peningkatan PaO2.
4.    Mencegah terjadinya hipoksemia dan hiperkapnia.
Inefektif pola nafas berhubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator tidak tepat, peningkatan sekresi atau obstruksi selang endotrakeal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan pola nafas efektif. KH:
1.      Nafas sesuai dengan irama ventilator.
2.      Volume nafas adekuat.
3.      Alarm tidak berbunyi.
1.     Lakukan pemeriksaan ventilator dengan petugas perawatan yang berkualitas atau petugas respiratori tiap 1-2 jam.
2.     Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya.

3.     Pertahankan resusitasi manual tetap berada pada sisi tempat tidur sepanjang waktu.

4.     Monitor selang dari terlepas. Terlipat, bocor, atau tersumbat.
1.    Deteksi dini adanya kelainan atau gangguan fungsi ventilator.


2.    Bunyi alarm menunjukkan adanya gangguan fungsi ventilator.
3.    Memudahkan melakukan pertolongan bila sewaktu-waktu ada gangguan ventilator.
4.    Mencegah berkurangnya aliran nafas.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyakit kritis, peningkatan kebutuhan metabolisme, kurang kemampuan untuk makan peroral
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat mempertahankan berat badan mendekati berat badan normal. Dengan KH :
1.      BB normal
2.      Tidak ada tanda-tanda kekurangan gizi
1.     Timbang BB setiap hari.
2.     Pertahankan masukan tinggi kalori dengan makanan perselang, nutrisi parenteral total dan intralipit. Hindari kelebihan karbohidrat tinggi yang dapat meningkatkan kadar PaCO2 selama penyapihan.
3.     Bila dipasang trakeostomi, evaluasi dan berikan makan perselang sesuai toleransi.
1.    Untuk memantau kebutuhan nutrisi.
2.    Tinggi kalori dibutuhkan selama ventilasi untuk memperbaiki fungsi otot pernafasan.





3.    Agar pemenuhan nutrisi tepat sesuai kebutuhan.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penempatan selang endotrakeal
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan dapat mempertahankan komunikasi dengan alternatif metode. Dengan KH :
1.      Dapat berkomunikasi
2.      Terjalin hubungan saling percaya
1.     Jelaskan lingkungan, semua prosedur, harapan dan alat.
2.     Simpan bel pemanggil oleh pasien setiap waktu.
3.     Berikan papan catatan dan pensil, papan tulis, kertas atau papan gambar.
1.     Memudahkan klien untuk memahami lingkunganya.
2.     Agar pasien bisa meminta bantuan.

3.     Memudahkan klien untuk mengemukakan pendapatnya.
Resiko tinggi perubahan perfusi berhubungan dengan ventilasi tekanan positif TEAP, hipotensi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan perfusi jaringan teratasi. Dengan KH :
1.      Mempertahankan hemodinamik dan status mental stabil.
2.      O2 dalam jaringan terpenuhi.
1.   Monitor tanda vital, PAP, PCWP, perfusi perifer, TK, dan asupan dan haluaran.
2.   Lakukan pengukuran hemodinamik pada setiap perubahan pengesetan TEAP.
3.   Periksa gas darah campuran 20 menit setelah tiap perubahan pengesetan TEAP sesuai pesanan.
1.     Untuk mengetahui adanya infeksi,penghitungan output dan input.
2.     Pemantauan ketepatan hemodinamik secara akurat.




3.     Mengevaluasi perubahan dari darah organ yang disebabkan oleh pengesetan TEAP.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemasangan selang endotrakeal dengan kondisi lemah.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan tidak mengalami infeksi nosokomial. Dengan KH :
1.      Tidak terjadi infeksi
1.   Evaluasi warna, jumlah, konsistensi, dan sputum tiap kali penghisapan.
2.   Tampung spesimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi.
3.   Pertahankan teknik steril bila melakukan penghisapan.
4.   Ganti selang ventilator tiap 24-72 jam.
1.    Indikator untuk menilai infeksi jalan nafas.


2.    Menentukan jenis kuman dan sensitifitasnya terhadap antibiotik.

3.    Mencegah infeksi bosokomial.


4.    Menjamin ventilator tetap bersih dan steril.
Resiko tinggi perubahan kelebihan volume cairan berhubungan dengan keseimbangan air positif selama ventilasi mekanis.
Setelah dilakukan keperawatan selama 2x24 jam pasien diharapkan volume cairan dapat seimbang. Dengan KH :
1.      Tidak ada edema
2.      Ekstremitas normal
1.  Monitor suhu dan humidifier ventilator tiap 2-4 jam.
2.  Monitor asupan dan haluaran.

3.  Timbang berat badan pasien tiap hari.


4.  Hitung komplain paru tiap 2-4 jam
1.    Untuk memastikan kelembaban ventilator terjaga dengan baik.
2.    Pemantauan input dan output secara tepat.
3.    Pemasukan makanan yang buruk memberikan petunjuk tentang metabolisme.
4.    Memonitor terjadinya perubahan pada paru-paru.















































No comments:

Post a Comment

iklan perawatan luka

iklan