A. MPKP (Model Praktik Keperawatan
Profesional)
1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP)
adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai – nilai profesional), yang
memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli,
2006).
2. Tujuan
a. Model praktik
keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
b. Model praktik
keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut
diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan
jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah
perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat
tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat
untuk melakukan tindakan keperawatan.
c. Selain jumlah, perlu
ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi
masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang
jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap
ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau
berdasarkan sistem tubuh.
d. Pada aspek proses
ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode
tim dan keperawatan primer).
3.
Jenis – jenis
MPKP
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a.
Metode
Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat
melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2002).
b.
Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan
pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
c.
Metode Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse).
Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana
pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas,
kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse).
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
d.
Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu
asuhan keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan
konsep berikut:
a.
Ketua tim sebagai perawat profesional
harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b.
Komunikasi yang efektif penting agar
kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c.
Anggota tim menghargai kepemimpinan
ketua tim.
d.
Peran kepala ruang penting dalam model
tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri
dari anggota yang berbeda – beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri
dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu.
4. Dasar Pertimbangan Pemilihan MPKP
Mc. Laughin, Thomas
dean Barterm (1995) mengidentifikasikan ada 8 model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah keperawatan tim dan
keperawatan primer. Untuk menentukan pilihan metode asuhan keperawatan yang
akan digunakan hendaknya mempertimbangkan 6 unsur utama, yaitu:
a.
Sesuai dengan visi dan misi institusi
b.
Dapat diterapkan proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan.
c.
Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d.
Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga
dan masyarakat.
e.
Kepuasan kinerja perawat.
5.
Faktor-Faktor
yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP
a.
Kualitas Pelayanan Keperawatan
b.
Standar Praktik Keperawatan
c.
Model Praktik
d.
Manajerial Grid
6.
Pilar – pilar
dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik
keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya:
a.
Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen
approach)
Dalam model praktik
keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan
professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu
pendekatan manajemen terdiri dari:
1)
Perencanaan dengan kegiatan
perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi,
filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan
proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan
dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,
1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang
apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan
itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari:
a) Rencana jangka panjang, yang disebut
juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
b) Rencana jangka menengah dibuat dan
berlaku 1 sampai 5 tahun.
c) Rencana jangka pendek dibuat 1 jam
sampai dengan 1 tahun.
..... Hierarki
dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan,
kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
..... Kegiatan perencanaan
yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan
kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan
jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
i. Visi
.. Visi
adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta
tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan
organisasi.
ii. Misi
Misi adalah pernyataan yang
menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.
iii. Filosofi
Filosofi adalah seperangkat
nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan
menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai
dalam filosofi dapat lebih dari satu.
iv. Kebijakan
Kebijakan
adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
v. Rencana
Jangka Pendek
Rencana
jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian,
bulanan dan tahunan.
vi. Rencana
harian
Rencana
harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat.
Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan
dan preconference.
1) Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi
rencana harian kepala ruangan meliputi:
a) Asuhan keperawatan
b) Supervisi Katim dan Perawat
pelaksana
c) Supervisi tenaga selain perawat dan
kerja sama dengan unit lain yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara
lain :
a) Operan
b) Pre conference dan Post conference
c) Mengecek SDM dan sarana prasarana
d) Melakukan interaksi dengan pasien
baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus
e) Melakukan supervisi pada ketua
tim/perawat pelaksana
f) Hubungan dengan bagian lain terkait
rapat-rapat terstruktur/insidentil
g) Mengecek ulang keadaan pasien,
perawat, lingkungan yang belum teratasi.
h) Mempersiapkan dan merencanakan
kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat
ketergantungan pasien.
2) Rencana Harian Ketua Tim
Isi
rencana harian Ketua Tim adalah:
a) Penyelenggaraan asuhan keperawatan
pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya.
b) Melakukan supervisi perawat
pelaksana.
c) Kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain.
d) Alokasi pasien sesuai perawat yang
dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara
lain:
a) Operan
b) Pre conference dan Post conference
c) Merencanakan asuhan keperawatan
d) Melakukan supervisi perawat
pelaksana.
e) Menulis dokumentasi
f) Memeriksa kelengkapan dokumentasi
askep
g) Alokasi pasien sesuai dengan perawat
yang dinas
3) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi
rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift
sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat
tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada
kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan
tersebut meliputi antara lain:
a) Operan
b) Pre conference dan Post conference
c) Mendokumentasikan askep
4) Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk
menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrumen jurnal rencana harian.
Setiap
Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan
dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Presentasi RH = Jumlah
RH yg dibuat x
100%
Jumlah hari dinas pd bulan tersebut
5) Rencana bulanan
Rencana
bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan dan
ketua tim
a) Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap
akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat
rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang
mencakup rencana bulanan karu adalah:
- Membuat jadwal dan memimpin case
conference
- Membuat jadwal dan memimpin
pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Membuat jadwal dinas
- Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan
perawat
- Membuat jadwal dan memimpin rapat
tim kesehatan
- Membuat jadwal supervisi dan
penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan
b) Rencana bulanan ketua Tim
Setiap
akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang
dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim
adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case
conference
- Memimpin pendidikan kesehatan
kelompok keluarga
- Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c) Rencana Tahunan
Setiap
akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun
yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana
tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
- Menyusun laporan tahunan yang berisi
tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan
dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
- Melaksanakan rotasi tim untuk
penyegaran anggota masing-masing tim.
- Penyegaran terkait materi MPKP
khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan
kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
- Pengembangan SDM dalam bentuk
rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim
menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
2)
Pengorganisasian
Pengorganisasian dengan menyusun stuktur
organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien. Pengorganisasian adalah
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga
keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik
vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP
menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer.
Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap
tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian
di ruang MPKP terdiri dari
a)
Struktur
organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam
suatu organisasi (Sutopo, 2000).
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan
tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi
dua atau lebih ketua tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi
beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh
kepada sekelompok pasien.
Mekanisme
pelaksanaan pengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari beberapa hal, yaitu :
-
Kepala
ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai
masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.
-
Kepala
ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)
-
Kepala
ruangan membagi pasien untuk masing – masing tim.
-
Apabila
suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena kondisi tertentu.
Kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim ke tim yang
mengalami kekurangan anggota.
-
Kepala
ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila
karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Oleh sebab, itu yang
dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada.
-
Sebagai
pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim
berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang
paling kompeten di antara anggota tim.
-
Ketua
tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
-
Ketua
mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang
diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya.
-
Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua Tim. Bila ketua tim karena suatu
hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat
paling kompeten yang ada di dalam tim.
-
Masing-masing
tim memiliki buku komunikasi.
-
Perawat
pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
b)
Daftar
Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas,
penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat
dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya
untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala
ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang
selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang
berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama
yang telah berdinas pada malam hari.
c)
Daftar
Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama
dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat
saat menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah
pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga
setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat
agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien
sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga
memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi
tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi
oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi
sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau
malam dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan
sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
3)
Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi,
supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang
mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan
perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan
pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan
pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah
direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya
(Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengelola waktu secara efisien
- Mendemonstarikan keterampilan
komunikasi yang terbaik
- Mengelola konflik dan memfasilitasi
kolaborasi
- Melaksanakan sistem pendelegasian
dan supervisi
- Negosiasi
Di ruangan
MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Menciptakan iklim motivasi
- Komunikasi efektif pada operan
antar-shift
- Komunikasi efektif pada preconference
- Komunikasi efektif pada postconference
- Manajemen konflik
- Supervisi
- Pendelegasian
4)
Pengawasan
5)
Pengendalian
b.
Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model
praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja
orientasi, penilaian kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan
manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM)
keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga
keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat
tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling
banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah
Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan
yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program
pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan
seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan
jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen,
seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf
perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawat baru.
c. Pilar III: Hubungan Profesional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata
(tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada
pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang
terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan
perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan
professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima
pelayanan kesehatan.
d.
Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah
pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.
Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan
dengan menerapkan proses keperawatan.
7. Menciptakan iklim motivasi di ruang
MPKP
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang
individu untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi,
maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu
merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut
(Marquis dan Houston, 1998):
1)
Memberikan
harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut secara
efektif
2)
Bersikap
fair dan konsisten terhadap semua staf
3)
Membuat
keputusan yang bijaksana
4)
Mengembangkan
konsep kerja kelompok
5)
Mengintegrasikan
kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan tujuan organisasi
Di ruang
MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai berikut:
1)
Budaya
pemberian reinforcement positif
Reinforcement
positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward.
Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-masing
staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang tulus diantara mereka terhadap
kinerja dan penampilan.
2)
Doa
bersama sebelum memulai kegiatan
3)
Memanggil
staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil secara mendalam dan
membantu penyelesaiannya.
4)
Manajemen
Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan kompetensi
5)
Sistem
reward yang fair sesuai dengan kinerja
Aktivitas
menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim setiap
6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.
8. Manajemen waktu di ruang MPKP
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang
dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu:
a. Membuat perencanaan waktu dan
membuat prioritas
b. Melengkapi prioritas tertinggi kapan
saja memungkinkan, menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
c. Membuat prioritas ulang berdasarkan
informasi yang diterima
Dalam MPKP
manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kerja harian yaitu
suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang disusun secara
berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Aktivitas
manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner
9. Pendelegasian di ruang MPKP
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain.
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap
berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian
dilaksanakan melalui proses:
a. Buat rencana tugas yang perlu
dituntaskan
b. Identifikasi ketrampilan dan tingkat
pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
c. Pilih orang yang mampu melaksanakan
tugas yang didelegasikan
d. Komunikasikan dengan jelas apa yang
akan dikerjakan dan apa tujuannya
e. Buat batasan waktu dan monitor
penyelesaian tugas
a. Jika bawahan tidak mampu
melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa
menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi
f. Evaluasi kinerja setelah tugas
selesai
g. Pendelegasian terdiri dari tugas dan
kewenangan
Penerapan
Pendelegasian di MPKP dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala
Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian
dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas
ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian
terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi
sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa:
a. Pendelegasian tugas kepala ruangan
kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
b. Pendelegasian tugas kepala ruangan
kepada penanggung jawab shift
c. Pendelegasian ketua tim kepada perawat
pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
Pendelegasian
insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir
maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur
pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau
penanggung jawab shift, tergantung pada personil yang berhalangan.
Prinsip-prinsip
Pendelegasian tugas di ruang MPKP
a. Pendelegasian tugas yang terencana
harus menggunakan format pendelegasian tugas
b. Personil yang menerima pendelegasian
tugas adalah personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan yang
digantikan tugasnya
c. Uraian tugas yang didelegasikan
harus dijelaskan secara verbal secara terinci, baik lisan maupun tertulis
d. Pejabat yang mengatur pendelegasian
tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan
yang dihadapi
e. Setelah selesai pendelegasian
dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.
Pendelegasian tugas di ruang MPKP dievaluasi dengan menggunakan
instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self
evaluasi
10. Supervisi di ruang MPKP
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan
kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan
yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi,
supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan
terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk)
seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari
kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses
pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan
memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan
demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing
untuk melakukan pekerjaannya secara benar.
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk
menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional
yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki
kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai
pilar-pilar professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan
berjenjang dilakukan sebagai berikut:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau
Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala Ruangan.
b. Kepala Ruangan Keperawatan melakukan
pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap
Perawat Pelaksana.
Materi
supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing
staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi
adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi
terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan
keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan
asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar
supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka
disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah
dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.
Aktivitas
supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang melakukan supervisi
dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara self evaluasi
11. Penerapan Komunikasi di ruang MPKP
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen
khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi.
Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam
mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran,
perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang
bekerjasama.
Beberapa
bentuk komunikasi di ruang MPKP
a. Operan yaitu komunikasi dan serah
terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi
dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift
sore.
b. Pre Conference yaitu komunikasi
katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada
hari tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference
adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim
atau PJ.
c. Post Conference yaitu komunikasi
katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin
oleh katim atau PJ tim.
Aktivitas
komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP. Evaluasi
dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.
12. Manajemen konflik di ruang MPKP
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu
orang dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan
orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian
juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya
konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi
konflik sedini mungkin di ruang MPKP.
Cara – cara penanganan konflik yaitu dengan bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi.
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya
yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan
kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan
ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan
pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
a. Mengidentifikasi akar permasalahan
yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya
konflik.
c. Mengidentifikasi
alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan.
d. Memilih alternatif penyelesaian
terbaik untuk diterapkan.
e. Menerapkan solusi pilihan
f. Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat
berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau Konsultan.
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf
keperawatan MPKP. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.
13. Pengendalian di ruang MPKP
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau
standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi
keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses
yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan
output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah
keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan
tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang
indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat
sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan,
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
a. Menetapkan standar dan menetapkan
metode mengukur prestasi kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja
sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan korektif
Peralatan
atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standar
yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang
telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
a. Audit struktur
Audit
Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan, termasuk
fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan
rekam medik; pelanggan.
b.
Audit
proses
Audit
Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan
apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retropektif,
concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang
berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap
pelaksanaan kegiatan.
c.
Audit
hasil
Audit
hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM,
dan indikator mutu.
Kondisi
pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
a. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b. Survey masalah baru
c. Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas
dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
a. Kepuasan tenaga kesehatan: perawat,
dokter
b. Penilaian kinerja perawat
Indikator
mutu umum yaitu:
-
Prosentasi
pemakaian tempat tidur (BOR)
-
Rata-rata
lama rawat seorang pasien (ALOS)
-
Tempat
tidur tidak terisi (TOI)
-
Angka
infeksi nasokomial (NI)
-
Angka
dekubitus dan sebagainya.
14. Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen
utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai berikut:
a. Ketenagaan Keperawatan
b. Metoda pemberian asuhan
keperawatan
c. Proses Keperawatan
d. Dokumentasi Keperawatan
No comments:
Post a Comment