Thursday 14 December 2017

model praktik keperawatan profesional (MPKP)

A.    MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional)
1.      Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai – nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).

2.      Tujuan
a.       Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).
b.      Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan, tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
c.       Selain jumlah, perlu ditetapkan pula jenis tenaga yaitu PP dan PA, sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan dan terdapat tanggung jawab yang jelas. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar renpra, artinya pada setiap ruang rawat sudah tersedia standar renpra berdasarkan diagnosa medik dan atau berdasarkan sistem tubuh.
d.      Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan keperawatan primer).

3.      Jenis – jenis MPKP
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
a.       Metode Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2002).
b.      Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
c.         Metode Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
d.      Metode Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).
Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
a.       Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
b.      Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
c.       Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d.      Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda – beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.

4.      Dasar Pertimbangan Pemilihan MPKP
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan ada 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah keperawatan tim dan keperawatan primer. Untuk menentukan pilihan metode asuhan keperawatan yang akan digunakan hendaknya mempertimbangkan 6 unsur utama, yaitu:
a.       Sesuai dengan visi dan misi institusi
b.      Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
c.       Efisien dan efektif penggunaan biaya.
d.      Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
e.       Kepuasan kinerja perawat.

5.      Faktor-Faktor yang Berhubungan Dalam Perubahan MAKP
a.       Kualitas Pelayanan Keperawatan
b.      Standar Praktik Keperawatan
c.       Model Praktik
d.      Manajerial Grid

6.      Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)
Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya:
a.      Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)
Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.
Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari:
1)      Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan dan tahunan).
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari:
a)      Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.
b)      Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.
c)      Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.
..... Hierarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
..... Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.
                                                                                 i.     Visi
.. Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
                                                                               ii.     Misi
Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.
                                                                             iii.     Filosofi
Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
                                                                             iv.     Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.
                                                                               v.     Rencana Jangka Pendek
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan.
                                                                              vi.     Rencana harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan preconference.
1)      Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian kepala ruangan meliputi:
a)      Asuhan keperawatan
b)      Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
c)      Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait
Kegiatan tersebut meliputi antara lain :
a)      Operan
b)      Pre conference dan Post conference
c)      Mengecek SDM dan sarana prasarana
d)     Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus
e)      Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
f)       Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil
g)      Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi.
h)      Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.

2)      Rencana Harian Ketua Tim
Isi rencana harian Ketua Tim adalah:
a)      Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya.
b)      Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c)      Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
d)     Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
a)      Operan
b)      Pre conference dan Post conference
c)      Merencanakan asuhan keperawatan
d)     Melakukan supervisi perawat pelaksana.
e)      Menulis dokumentasi
f)       Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
g)      Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas

3)      Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shift sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Kegiatan tersebut meliputi antara lain:
a)      Operan
b)      Pre conference dan Post conference
c)      Mendokumentasikan askep

4)      Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen jurnal rencana harian.
Setiap Ketua Tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.
Presentasi RH =           Jumlah RH yg dibuat                      x 100%
                                          Jumlah hari dinas pd bulan tersebut

5)      Rencana bulanan
Rencana bulanan merupakan rencana tindak lanjut yang dibuat oleh kepala ruangan dan ketua tim
a)      Rencana bulanan kepala ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan karu adalah:
-       Membuat jadwal dan memimpin case conference
-       Membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
-       Membuat jadwal dinas
-       Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat
-       Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
-       Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
-       Melakukan audit dokumentasi
-       Membuat laporan bulanan
b)      Rencana bulanan ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
-       Mempresentasikan kasus dalam case conference
-       Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
-       Melakukan supervisi perawat pelaksana.
c)      Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
-       Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.
-       Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
-       Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
-       Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

2)      Pengorganisasian
Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari
a)        Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000).
Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari beberapa hal, yaitu :
-          Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 tim dan tiap tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui suatu uji.
-          Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua tim mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)
-          Kepala ruangan membagi pasien untuk masing – masing tim.
-          Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim ke tim yang mengalami kekurangan anggota.
-          Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Oleh sebab, itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada.
-          Sebagai pengganti kepala ruangan adalah ketua tim, sedangkan jika ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.
-          Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
-          Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh perawat pelaksana anggota timnya.
-          Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dilakukan oleh ketua Tim. Bila ketua tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam tim.
-          Masing-masing tim memiliki buku komunikasi.
-          Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

b)        Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.
c)        Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift. Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh ketua Tim berdasarkan jadual dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas sore.
3)      Pengarahan
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:
-     Menciptakan iklim motivasi
-     Mengelola waktu secara efisien
-     Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik
-     Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi
-     Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi
-     Negosiasi
Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
-     Menciptakan iklim motivasi
-     Komunikasi efektif pada operan antar-shift
-     Komunikasi efektif pada preconference
-     Komunikasi efektif pada postconference
-     Manajemen konflik
-     Supervisi
-     Pendelegasian
4)      Pengawasan
5)      Pengendalian

b.      Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.
Manajemen SDM di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.

c.       Pilar III: Hubungan Profesional
Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan lain–lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

d.      Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan
Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.

7.      Menciptakan iklim motivasi di ruang MPKP
Motivasi adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang individu untuk memuaskan kebutuhannya. Karena kebutuhan manusia bervariasi, maka motivasi memiliki rentang yang sangat luas. Pemenuhan kebutuhan individu merupakan salah satu cara memotivasi (Marquis & Houston, 1998).
Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (Marquis dan Houston, 1998):
1)        Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut secara efektif
2)        Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
3)        Membuat keputusan yang bijaksana
4)        Mengembangkan konsep kerja kelompok
5)        Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan tujuan organisasi
Di ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai berikut:
1)        Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-masing staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang tulus diantara mereka terhadap kinerja dan penampilan.
2)        Doa bersama sebelum memulai kegiatan
3)        Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil secara mendalam dan membantu penyelesaiannya.
4)        Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan kompetensi
5)        Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja
Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh kepala ruangan dan ketua tim setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan suatu instrumen/kuisioner.

8.      Manajemen waktu di ruang MPKP
Manajemen waktu adalah penggunaan secara optimal waktu yang dipunyai. Tahapan majanemen waktu meliputi 3 tahapan yaitu:
a.    Membuat perencanaan waktu dan membuat prioritas
b.    Melengkapi prioritas tertinggi kapan saja memungkinkan, menyelesaikan tugas sebelum memulai tugas yang lain.
c.    Membuat prioritas ulang berdasarkan informasi yang diterima
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kerja harian yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadual kerja yang disusun secara berurutan yang disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Aktivitas manajemen waktu dievaluasi melalui instrumen/kuisioner

9.      Pendelegasian di ruang MPKP
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses:
a.       Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b.      Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
c.       Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d.      Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuannya
e.       Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
a.       Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi nara sumber untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
f.       Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
g.      Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Penerapan Pendelegasian di MPKP dilaksanakan dalam bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala Ruangan kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya dapat berupa:
a.       Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara karena alasan tertentu
b.      Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shift
c.       Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shift, tergantung pada personil yang berhalangan.
Prinsip-prinsip Pendelegasian tugas di ruang MPKP
a.       Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas
b.      Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c.       Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal secara terinci, baik lisan maupun tertulis
d.      Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
e.       Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya.
Pendelegasian tugas di ruang MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen/kuisioner yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi

10.  Supervisi di ruang MPKP
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemempuan yang mumpuni dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisisi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran (produk) seperti yang diinginkan.
Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tetapi lebih kepada pengawasan partisipatif yaitu dalam proses pengawasan dihargai dahulu pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih kurang agar meningkat. Dengan demikian bawahan tidak merasakan bahwa ia sekedar dinilai akan tetapi dibimbing untuk melakukan pekerjaannya secara benar.
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar professional yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut:
a.       Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala Ruangan.
b.      Kepala Ruangan Keperawatan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.
c.       Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf  perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuahan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami oleh staf dan jadwal supervisi.
Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang melakukan supervisi dengan menggunakan instrumen/kuisioner dengan cara self evaluasi

11.  Penerapan Komunikasi di ruang MPKP
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi. Komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat dan saran yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama.
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
a.       Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift sore.
b.      Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada hari tersebut yang dipimpin oleh katim atau PJ tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim atau PJ.
c.       Post Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP. Evaluasi dilakukan sekali tiap bulan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

12.  Manajemen konflik di ruang MPKP
Konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Demikian juga di ruang MPKP konflik pun bisa terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin di ruang MPKP.
Cara – cara penanganan konflik yaitu dengan bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi.
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win solution. Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian masalah (problem solving) yang meliputi:
a.       Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik.
b.      Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik.
c.       Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan.
d.      Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan.
e.       Menerapkan solusi pilihan
f.       Mengevaluasi peredaan konflik.
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala Seksi Perawatan atau Konsultan.
Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen/kuisioner.

13.  Pengendalian di ruang MPKP
Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.
Kepala Ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerja sama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian/pengontrolan meliputi :
a.       Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
b.      Melakukan pengukuran prestasi kerja
c.       Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d.      Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu :
a.       Audit struktur
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia; lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik; pelanggan.
b.         Audit proses
Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retropektif, concurrent, atau peer review. Retropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
c.         Audit hasil
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, dan indikator mutu.
Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan, yaitu:
a.       Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b.      Survey masalah baru
c.       Kepuasan pasien dan keluarga
Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan, yaitu
a.       Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
b.      Penilaian kinerja perawat
Indikator mutu umum yaitu:
-          Prosentasi pemakaian tempat tidur (BOR)
-          Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS)
-          Tempat tidur tidak terisi (TOI)
-          Angka infeksi nasokomial (NI)
-          Angka dekubitus dan sebagainya.

14.  Komponen-komponen MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu sebagai berikut:
a.       Ketenagaan Keperawatan
b.      Metoda pemberian asuhan keperawatan
c.       Proses Keperawatan

d.      Dokumentasi Keperawatan

No comments:

Post a Comment

iklan perawatan luka

iklan